Mas Andri adalah seorang petambak udang dari Subang. Pada tahun 2016, beliau awalnya mengelola 6 kolam udang. Usahanya terus berkembang hingga akhirnya dan pada tahun 2019 total area yang dikelola menjadi lebih dari 20 hektar lahan di bawah perusahaan CV Mandiri Berkah Bahagia. Namun, pada saat pandemi, berbagai faktor menyebabkan Mas Andri sulit mempertahankan bisnisnya.

Salah satu tantangan terbesar yang beliau alami adalah penyakit AHPND yang mengganas. Tidak hanya itu, beliau juga mengalami kesulitan dalam manajemen sosial dan keuangan. Pasokan benur ke tambaknya juga terganggu, bersamaan dengan meningkatnya harga pakan dan menurunnya harga udang. Bahkan, beberapa tambaknya mengalami kebangkrutan.

Di tengah kesulitan tersebut, Mas Andri mendapat informasi tentang JALA SmartFarm melalui media sosial. Setelah menghubungi mereka, beliau memutuskan untuk bekerja sama dengan JALA SmartFarm untuk mendapat bantuan pendanaan dan manajemen. JALA juga membantu Andri menentukan goal dan memproyeksikan keuntungan tambaknya.

Dengan JALA, Mas Andri dapat memantau tambaknya dengan lebih mudah, terutama karena adanya JALA App. Tim profesional dari JALA juga membantu Mas Andri dengan berbagai isu yang terjadi di lapangan, serta proses panen udang.

Meski di tengah kondisi pandemi yang menyulitkan, adanya penyakit udang, serta harga udang yang tak menentu, Mas Andri dapat mempertahankan bisnis udangnya dan berbudidaya dengan lebih tenang.



Mas Andri bekerja sama dengan JALA SmartFarm untuk mendapat bantuan pendanaan dan manajemen dan mengatasi masalah penyakit dan finansial di tambak udangnya.

large_2 IND.png

medium_2 IND.png

small_2 IND.png

thumbnail_2 IND.png

2 IND.png

Andri is a shrimp farmer from Subang. In 2016, he managed 6 ponds. His business then grew to over 20 hectares of farm in 2019 under the company CV Mandiri Berkah Bahagia. However, during the pandemic, various aspects threatened the survival of his business.

One of the biggest challenges during that time was shrimp diseases, especially AHPND. Not only that, social and financial management were also difficult. Andri also had difficulties in securing the supply of shrimp fry due to the pandemic. At the same time, feed prices increased and shrimp prices decreased. Some of his farms experienced bankruptcy.

Fortunately, Andri discovered JALA SmartFarm through social media. After contacting them, Andri decided to collaborate with JALA SmartFarm to get funding and management assistance from JALA. JALA also helped Andri in setting goals and projecting profits from his farms. 

With JALA, Andri can monitor his farms more easily, especially by using JALA App. JALA’s professional team also helped Andri with cultivation issues that occur in his farms, as well as harvesting his shrimp. 

Despite tough conditions that arise due to the pandemic, shrimp diseases, and shrimp price fluctuations, Andri can proceed to operate his farms with less worry.



Andri collaborated with JALA SmartFarm for funding and management assistance from JALA to tackle disease and financial issues in his farm,

#### The Goals:

Running cultivation smoothly despite challenges from diseases and shrimp price fluctuations.

#### The Approach:

- Working together with JALA SmartFarm for funding and field assistance
- Using JALA App to manage and monitor farms easily


#### The Results:

Better management of shrimp farms despite tough conditions.

Refusing to give in to tough conditions, Andri strengthened his farm’s footing in the industry with JALA SmartFarm

#### Tujuan:

Menjalankan budidaya di tengah tantangan penyakit dan fluktuasi harga udang.

#### Pendekatan:

- Bekerja sama dengan JALA SmartFarm untuk bantuan pendanaan dan teknisi lapangan
- Menggunakan JALA App untuk mengelola dan memantau tambak dengan mudah

#### Hasil:

Pengelolaan tambak udang yang lebih maksimal terlepas berbagai kesulitan.

Menolak menyerah pada kondisi sulit, Andri memperkuat bisnis tambaknya bersama JALA SmartFarm

Jatuh bangun dan mencoba lagi adalah hal yang lumrah bagi pelaku budidaya udang vaname, tak terkecuali PT Indmira yang kini telah berada di generasi kedua. "Kalau kapok harusnya sudah dari dulu, sekarang justru ingin terus memperluas," kata Bapak Aryo Wiryawan yang sekaligus merupakan CEO PT Indmira.

Berbagai jenis budidaya dan daerah tambak pernah dicoba. Metode dalam budidaya pun turut dimodifikasi untuk mendapat cara yang paling efisien dan hasil optimal, mulai dari metode ekstensif/tradisional, semi intensif, dan intensif.

Perjalanan bereksperimen dan mengembangkan metode terbaik menghabiskan waktu 11 tahun untuk memiliki metode yang dirasa paling untung. Metode budidaya terus diuji dan direkam untuk menemukan formulasi yang tepat. Hingga akhirnya lini bisnis tambak udang milik PT Indmira menggunakan metode pencatatan data budidaya yang lebih komprehensif.

PT Indmira menggunakan JALA App, aplikasi manajemen budidaya udang yang membantu mereka mencatat data dan memantau tambak dari jauh sekalipun. Hal ini terutama untuk mengakomodir Bapak Aryo Wiryawan yang harus membagi waktu untuk mengontrol berbagai kepentingan. Tambak udang PT Indmira juga menggunakan JALA Baruno, alat ukur multi-parameter untuk mengukur kualitas air tambak udang. 

Bapak Aryo yang juga merupakan Founder JALA berpesan, "JALA bukan melulu tentang aplikasi atau alat monitor kualitas air, tetapi membantu petambak menemukan informasi yang tidak diketahui sebelumnya untuk mengambil keputusan yang tepat melalui analisis data yang dihimpun ke dalam sistem JALA."


Simak bagaimana PT Indmira menggunakan alat bantu dalam melakukan monitoring kualitas air dan kondisi terkini budidaya meskipun dari jarak jauh. 

Article_masaryo_image_EN&ID_03_masaryo.png

large_Article_masaryo_image_EN&ID_03_masaryo.png

medium_Article_masaryo_image_EN&ID_03_masaryo.png

small_Article_masaryo_image_EN&ID_03_masaryo.png

thumbnail_Article_masaryo_image_EN&ID_03_masaryo.png

Vannamei shrimp farmers are used to countless trials and errors in perfecting their cultivation, including PT Indmira, which is now in their second generation. “We often feel like giving up many times, but we are also excited to keep growing,” said Aryo Wiryawan, CEO of PT Indmira.

PT Indmira has tried different cultivation products and farm locations, modifying different cultivation methods to find the most efficient and optimum one, from extensive/traditional, semi intensive, to intensive farming.

The journey of experimenting and developing the best cultivation method took up to 11 years. Cultivation methods should be tested and recorded to find the proper formulation. Finally, PT Indmira’s business line discovered a more comprehensive way to record cultivation data.

PT Indmira used JALA App, an all-in-one shrimp management application to monitor farms even from afar. This greatly helped Aryo, who has to manage his time in controlling various business priorities. His farm also used JALA Baruno to measure and monitor multiple parameters of their pond water quality at once. 

Aryo, who is also one of JALA’s founders, continued, “JALA offers more than applications or devices. We help farmers reveal information about their farm to help them make the best decision by evaluating their data stored in our system.”

How PT Indmira found the most suitable tool to measure water quality and keep track of cultivation conditions even from afar.

#### The Goals:

Finding the most suitable tool to measure water quality and keep track of cultivation conditions even from afar.

#### The Approach:

- Develop a convenient water quality measurement device
- Develop an application to record and monitor farm conditions 


#### The Results:

A more productive and profitable shrimp cultivation which can be monitored anytime and anywhere.

After 11 years, PT Indmira finally discovered the most suitable shrimp cultivation strategy

#### Tujuan:

Menciptakan alat bantu dalam melakukan monitoring kualitas air dan kondisi terkini budidaya meskipun dari jarak jauh. 

#### Pendekatan:

- Mengembangkan alat praktis untuk mengukur kualitas air
- Mengembangkan alat pencatatan dan pemantauan kondisi tambak


#### Hasil:

Budidaya udang yang lebih produktif dan profitabel serta dapat dipantau kapan saja, di mana saja.

Setelah berkutat 11 tahun, PT Indmira menemukan strategi budidaya udang terbaik

Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND) adalah penyakit udang yang disebabkan oleh bakteri dan telah menyebabkan kematian massal di berbagai negara produsen udang termasuk Indonesia. Pak Sunarto adalah salah seorang petambak dari Karangrejo, Banyuwangi, yang harus diperhadapkan dengan serangan AHPND di tambaknya meski telah menerapkan biosekuriti dan uji PCR sebelum menebar benur. 

![Article_paksunarto_image_EN&ID_04_fotopaksunarto2.png](https://strapi.jala.tech/uploads/Article_paksunarto_image_EN_and_ID_04_fotopaksunarto2_8a9e8b6bb8.png)

30 hari setelah tebar benur, udang yang dibudidayakan mengalami kematian secara mendadak dengan gejala yang menunjukkan bahwa udang terserang oleh AHPND, yaitu saluran pencernaan kosong, tubuh udang berwarna pucat, serta hepatopankreas yang pucat, mengecil, dan berwarna kuning. Jumlah kematian udang pada hari tersebut mencapai ribuan ekor dan terus meningkat hingga beberapa hari setelahnya.

Didampingi oleh JALA, Pak Sunarto melanjutkan kegiatan budidaya dengan melakukan perbaikan kualitas air melalui siphon di pagi dan sore, serta sirkulasi air secara rutin setiap hari untuk membersihkan kotoran dan udang yang mati di dasar kolam. Penentuan perlakuan dan obat -obatan dilakukan dengan perhitungan yang cermat dari sudut pandang ekonomi maupun sosial dan budidaya.

Setelah 30 hari, beliau berhasil mengembalikan nafsu makan udang hingga menekan jumlah kematian menjadi hanya ratusan bahkan puluhan ekor saja setiap harinya. Di akhir siklus, Pak Sunarto masih mampu mencatatkan hasil panen mencapai 1,5 ton dengan nilai SR 52% dan FCR 1,39. Meski angka kehidupan udang rendah, namun beliau berhasil membesarkan udang hingga 24 gram di umur budidaya (DoC) 82 hari.

Pak Sunarto mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada pihak JALA atas arahan dan pengetahuan yang diberikan. Beliau berpesan bahwa jika kita cermat dan telaten serta mau berusaha maksimal dalam budidaya, kita pasti bisa menemukan solusi yang lebih baik dalam berbudidaya. Salah satunya yaitu telaten untuk terus mencatat kondisi terkini tambak.


Sunarto, seorang petambak udang, menghadapi serangan AHPND di tambaknya didampingi oleh JALA.

Article_paksunarto_image_EN&ID_04_fotopaksunarto.png

large_Article_paksunarto_image_EN&ID_04_fotopaksunarto.png

medium_Article_paksunarto_image_EN&ID_04_fotopaksunarto.png

small_Article_paksunarto_image_EN&ID_04_fotopaksunarto.png

thumbnail_Article_paksunarto_image_EN&ID_04_fotopaksunarto.png

Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND) is a recently emerged bacterial shrimp disease which has caused large-scale mortality in several shrimp-producing countries including Indonesia. Sunarto is one of the shrimp farmers from Karangrejo, Banyuwangi, who had to deal with AHPND in his farm despite having implemented biosecurity measures and PCR testing prior to stocking. 

![Article_paksunarto_image_EN&ID_04_fotopaksunarto2.png](https://strapi.jala.tech/uploads/Article_paksunarto_image_EN_and_ID_04_fotopaksunarto2_8a9e8b6bb8.png)

30 days after shrimp stocking, his shrimp experienced sudden mortality. The shrimp’s guts were found to be empty and their bodies pale, along with a shrunk and yellowish hepatopancreas. The deaths reached thousands and kept increasing for days. 

Under JALA’s field assistance program, Sunarto proceeded with his cultivation, improving the water quality through siphoning every morning and evening as well as circulating water daily to get rid of waste and dead shrimp from the bottom of the pond. He also applied treatments and drugs, carefully considering the economic and social aspects of his cultivation.

After 30 days, he finally managed to help his shrimp regain their appetite and reduce the mortality rate. By the end of his cycle, he still reached 1.5 tonnes of harvest with a SR of 52% and an FCR of 1.39. Although there were only a few live shrimp, they reached a weight of 24 grams at 82 days DoC. 

Sunarto expressed his gratitude to JALA for the assistance in dealing with AHPND in his farm. With careful and proper techniques, he believed farmers can find the best solution for their cultivation, especially by regularly record farm conditions in real-time.


Sunarto, a shrimp farmer, dealt with AHPND in his farm with JALA's field assistance program.

#### The Goals:

Overcoming the challenges of AHPND in shrimp farms.

#### The Approach:

Managing water quality and giving appropriate treatments based on actual cultivation conditions by relying on JALA App.

#### The Results:

1.5 tonnes of harvest with a SR of 52% and an FCR of 1.39. The shrimp also reached a weight of 24 grams at 82 days DoC. 

See how this Banyuwangi farmer overcomes AHPND in his farm

#### Tujuan:

Menghadapi serangan penyakit di tambak udang. 

#### Pendekatan:

Melakukan manajemen kualitas air dan aplikasi berdasarkan kondisi terkini (data budidaya), salah satunya dengan JALA App.

#### Hasil:

Hasil panen mencapai 1,5 ton dengan nilai SR 52% dan FCR 1,39. Udang berbobot 24 gram di umur budidaya (DoC) 82 hari.

Bagaimana petambak asal Banyuwangi ini melawan AHPND di tambaknya?

Pak Angga adalah seorang teknisi tambak udang di salah satu tambak udang yang berlokasi di Bantul, Yogyakarta. Meski awalnya berprofesi sebagai asisten tambak, beliau kemudian dipercaya untuk mengelola 11 kolam. Ia percaya bahwa kunci budidaya yang sukses adalah bersedia membuka diri untuk menimba dan membagikan ilmu.

![Article_pakangga_image_EN&ID_05_fotopakangga2.png](https://strapi.jala.tech/uploads/Article_pakangga_image_EN_and_ID_05_fotopakangga2_86eb103e08.png)

Awalnya, Pak Angga masih melakukan trial and error untuk menentukan strategi budidaya yang paling cocok dalam meningkatkan produktivitas kolamnya. Namun, dengan adanya berbagai faktor seperti penyakit dan kualitas air yang dapat berdampak negatif pada budidayanya, beliau menyadari pentingnya data dalam membimbingnya menjalankan budidaya.

Setelah menggunakan JALA App selama 2 siklus, beliau kini cukup terampil dalam mempraktekkan penggunaannya dalam pencatatan pakan, umur budidaya (DoC), dan kualitas air. Meski mengelola 11 kolam sekaligus, beliau tidak kesulitan memantau semuanya dalam satu aplikasi. Data pun ditampilkan langsung di smartphone sehingga tidak perlu lagi membawa buku tulis dan pulpen kemana-mana.

Pak Angga juga dapat membaca berbagai tips di JALA App, seperti rekomendasi untuk menjaga kualitas air, di Kabar Udang. Selain itu, ia juga bisa melihat informasi penyakit udang serta harga udang di daerahnya, serta konsultasi dengan tim JALA yang sigap diajak berdiskusi. Beliau meyakini bahwa dengan mendokumentasikan data siklus budidaya, ia dapat menilai keberhasilan budidaya antar siklus, dan mengambil keputusan dan strategi untuk siklus berikutnya.


Pak Angga menggunakan JALA App selama 2 siklus untuk mencatat data budidaya dari 11 kolam dengan praktis.

Article_pakangga_image_EN&ID_05_fotopakangga.png

large_Article_pakangga_image_EN&ID_05_fotopakangga.png

medium_Article_pakangga_image_EN&ID_05_fotopakangga.png

small_Article_pakangga_image_EN&ID_05_fotopakangga.png

thumbnail_Article_pakangga_image_EN&ID_05_fotopakangga.png

Angga is a shrimp farm technician in one of the farms in Bantul, Yogyakarta. Started out as a farm assistant, he is now entrusted to manage 11 ponds. In running the cultivation, he believes that the key is to open himself up to gain and share knowledge. 

![Article_pakangga_image_EN&ID_05_fotopakangga2.png](https://strapi.jala.tech/uploads/Article_pakangga_image_EN_and_ID_05_fotopakangga2_86eb103e08.png)

Initially, Angga still did trials and errors to figure out the best strategy for his farm and hopefully improve productivity. Realizing that various factors such as diseases and poor water quality can affect his cultivation success, Angga relied on the use of data to guide him in his cultivation.

After using the JALA App for 2 cycles, he found it easier to record his feed data, DoC, and water quality. Since he managed 11 ponds, recording all the data in a single app saved him from much hassle. He could simply show the results from his smartphone instead of using pen and paper. 

Moreover, on JALA App, he could read cultivation tips, information on shrimp diseases, the latest updates from the shrimp industry, and shrimp prices in his area. He could also get consultation service from JALA’s responsive support team. Using well-recorded data, Angga believed that he could evaluate cultivation success based on its history and plan strategies for the next cultivation.


Angga used JALA App to record cultivation data from 11 ponds with much ease.

#### The Goals:

Recording and analyzing cultivation data of 11 shrimp ponds.

#### The Approach:

Using JALA App to record feed data, DoC, and water quality.

#### The Results:

Better use of data to document each cultivation cycle, evaluate cultivation success based on its history, and plan strategies for the next cultivation.

Pak Angga solves the hassle of recording cultivation data of 11 shrimp ponds

#### Tujuan:

Mencatat dan menganalisis data budidaya dari 11 kolam dengan lebih praktis.


#### Pendekatan:

Menggunakan JALA App untuk mencatat data pakan, umur budidaya (DoC), dan kualitas air.

#### Hasil:

Pemanfaatan data yang lebih baik untuk mencatat performa setiap siklus budidaya, mengevaluasi kesuksesan budidaya berdasarkan data historikal, dan merencanakan strategi untuk siklus budidaya berikutnya. 

Pak Angga menemukan solusi dari kesulitan mencatat data budidaya 11 kolam sekaligus

Pak Thoyib adalah peserta program Tebar by JALA, sebuah program pendampingan budidaya berbasis komunitas. Pak Thoyib bergabung dalam program pada tahun 2020. Beliau merupakan pemilik sekaligus teknisi tambak semi-intensif di Banyuwangi. Sejak awal menjadi peserta, beliau memiliki berbagai insight dan feedback bermanfaat untuk JALA.

![Article_paktoyib_image_EN&ID_06_fotopaktoyib.png](https://strapi.jala.tech/uploads/Article_paktoyib_image_EN_and_ID_06_fotopaktoyib_d7a3ea4510.png)

Program JALA tidak hanya berpusat pada peningkatan produktivitas, tapi juga kapasitas dan skill petambak, baik dalam menjalankan budidaya maupun menjadi mentor atau pembicara bagi orang lain. Bekal pengalaman berbudidaya Pak Thoyib yang bertahun-tahun tidak membuat ragu untuk membagi ke sesama petambak. 

Program Tebar by JALA yang juga dilakukan di Jembrana, Bali membuka kesempatan berbagi pengalaman sukses bagi sesama peserta program. Pak Thoyib salah satu petambak yang membagikan wawasannya sebagai pembicara di event Guyub JALA di Jembrana. Guyub merupakan salah satu kegiatan dalam program yang berisi pemberian materi tentang cara budidaya udang. 

Mendengar wawasan yang dibagikan oleh Pak Thoyib, peserta lain menanggapi materinya dengan positif karena beliau bercerita berdasarkan pengalaman pribadinya untuk memberi pengetahuan yang mudah diterapkan.

Besar harapan Pak Thoyib agar industri budidaya udang dapat menjadi komunitas yang terbuka dan solid dimana semua pihak dapat saling belajar dan berbagi ilmu untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam budidaya udang. 


Bersama program TEBAR by JALA, Pak Thoyib belajar membagikan wawasannya kepada sesama petambak udang.

Article_paktoyib_image_EN&ID_06_fotopaktoyib2.png

large_Article_paktoyib_image_EN&ID_06_fotopaktoyib2.png

medium_Article_paktoyib_image_EN&ID_06_fotopaktoyib2.png

small_Article_paktoyib_image_EN&ID_06_fotopaktoyib2.png

thumbnail_Article_paktoyib_image_EN&ID_06_fotopaktoyib2.png

Pak Thoyib was part of the Tebar by JALA program, a community-based cultivation assistance program. He joined this program in 2020. He was the owner and technician of a semi-intensive shrimp farm in Banyuwangi. Throughout his participation, he also gave JALA many useful inputs.

![Article_paktoyib_image_EN&ID_06_fotopaktoyib.png](https://strapi.jala.tech/uploads/Article_paktoyib_image_EN_and_ID_06_fotopaktoyib_d7a3ea4510.png)

JALA’s program does not only aim to improve farm productivity, but build the capability and skills of farmers, whether it’s to run their cultivation or even becoming a mentor and speaker for others. Pak Thoyib’s valuable experiences being in the cultivation industry for years does not hinder him from sharing them to fellow farmers.

The Tebar by JALA gathering event held in Jembrana, Bali, opened up the opportunity for farmers to share their success stories. Pak Thoyib was one of the speakers who was able to share his own insights there. The gathering event was one of the program’s activities which shared various materials related to shrimp cultivation.

During his speaking session, other participants were eager to learn from him because he drew from his personal experience to share practical knowledge.

Pak Thoyib hoped that the shrimp farming industry could be an open and solid community where everyone can learn from each other and share knowledge with a common goal: to improve the productivity and efficiency of shrimp cultivation.


Under TEBAR by JALA program, farmer Pak Thoyib could share useful insights for other shrimp farmers.

#### The Goals:

Developing farmer skills and capability through Tebar by JALA program.


#### The Approach:

- Field assistance program under experts’ and practitioners’ supervision 
- Encouraging farmers to share their experiences with one another


#### The Results:

Farmers are no longer only passive participants, but also share inspiring insights for fellow farmers.

From participant to speaker - witness Pak Thoyib’s success with JALA

#### Tujuan:

Mengembangkan skill dan kapasitas petambak melalui program Tebar by JALA. 

#### Pendekatan:

- Program pendampingan budidaya melibatkan ahli/praktisi
- Mendorong petambak untuk berbagi pengalaman ke sesama petambak 


#### Hasil:

Petambak bukan hanya peserta pasif, tapi juga dapat menjadi sosok yang berbagi dan menginspirasi petambak lain. 

Dulu peserta, kini pembicara - kisah Pak Thoyib bersama JALA

Pak Antonius Kurnia adalah seorang petambak dari Kabupaten Situbondo. Beliau adalah pendiri sekaligus pemilik PT Agel Kencana. Pak Anton mulai berbudidaya sejak 29 tahun yang lalu. Dalam perjalanannya, beliau mengalami banyak tantangan, khususnya saat mengukur kualitas air karena banyaknya parameter yang harus diukur secara manual.

Pak Anton menyadari tentang pentingnya mengukur kualitas air dan memantaunya secara rutin. Baginya mengetahui kondisi terkini kualitas air akan menggambarkan kondisi udang nyaman atau tidak. Teknologi alat ukur kualitas air sebelumnya mengharuskan pengukuran berbagai parameter kualitas air dilakukan satu per satu.

Kini, Pak Anton sudah merasakan mudahnya berbudidaya udang dengan bantuan JALA Baruno dan JALA App. Beliau cukup menggunakan 1 alat untuk mengukur 4 parameter kualitas air sekaligus, pengukuran yang dihasilkan pun lebih akurat karena dilakukan langsung di air tambak, tidak berpindah-pindah lokasi. Alat yang telah dibekali teknologi Internet of Things (IoT) membuat hasil pengukuran dicatat manual, melainkan dikirim langsung melalui jaringan internet.

Kemudian, Pak Anton menggunakan JALA App, sebuah aplikasi manajemen budidaya udang yang membuat beliau dapat mencatat data budidaya dan membandingkan data tersebut dengan data sebelumnya untuk melihat perubahan yang ada. Beliau pun memperoleh banyak tips dalam aplikasi untuk memberi perlakuan yang tepat untuk tambaknya. 

Kini, Pak Anton dapat menghadapi tantangan berbudidaya dengan lebih mudah. Ia berharap JALA dapat terus ada bagi petambak sepertinya untuk mempermudah perjalanan budidaya.


Pak Antonius, seorang petambak, menemukan cara mengukur kualitas air dan mencatat data budidaya dengan lebih praktis.


large_1 IND.png

medium_1 IND.png

small_1 IND.png

thumbnail_1 IND.png

1 IND.png

Antonius Kurnia is a shrimp farmer from PT Agel Kencana in Situbondo, East Java. Anton started his cultivation 29 years ago. One of the biggest challenges during his cultivation include water quality measurement due to the multiple existing parameters that can only be measured manually.

Pak Anton recognizes the importance of measuring water quality and monitoring it regularly. He believes that knowing current water quality conditions can help him understand whether his shrimp are growing well. Previously, the technology used in measuring water quality involved the measurement of multiple parameters manually one-by-one.

Pak Anton has now benefited from JALA’s technology, namely JALA Baruno and JALA App, which greatly eases his cultivation. Using JALA Baruno, he can measure 4 water quality parameters at once. The measurement is also more accurate since it is done right in the pond water without the need to move the water sample to another location. Equipped with Internet of Things (IoT) technology, data recording is no longer a manual process, as it can be directly transmitted through the internet.

Moreover, he also used the JALA App, a shrimp cultivation management where he can record cultivation data and compare it to previous data, observing the trends and changes. He also gains access to cultivation tips such as the suitable treatments for his farm.

Anton has now overcome his cultivation challenges. He hopes JALA will keep growing to help farmers throughout their cultivation journey. 


Antonius, a shrimp farmer, found a more convenient way to do water quality measurements and cultivation data recording.

#### The Goals:

Finding a more convenient way to do water quality measurements and cultivation data recording.


#### The Approach:

- Using JALA Baruno to measure multiple water quality parameters 
- Using JALA App to record cultivation data and monitor real-time farm conditions


#### The Results:

Measurement and recording processes are more convenient and accurate.

How Antonius solves various cultivation problems with JALA’s technology

#### Tujuan:

Mengukur kualitas air dan mencatat data budidaya dengan lebih praktis.

#### Pendekatan:

- Menggunakan JALA Baruno untuk mengukur kualitas air 
- Menggunakan JALA App untuk mencatat data budidaya dan memantau kondisi terkini tambak

#### Hasil:

Pengukuran dan pencatatan dapat berjalan lebih mudah, praktis, dan akurat.

Pak Antonius mengatasi berbagai permasalahan di tambak dengan teknologi JALA

Lihat bagaimana JALA telah membantu petambak udang dan pelaku industri meningkatkan budidaya mereka dengan solusi kami.