Tahun 2020 nampaknya menjadi tahun yang kurang baik bagi siapapun di seluruh dunia. Pandemi virus korona (COVID-19) menjadi pukulan stabilitas semua sektor kehidupan. Tidak terkecuali dunia akuakultur, lebih spesifik lagi budidaya udang di Indonesia. Pada awal pandemi ditetapkan, terjadi kepanikan udang di Indonesia tidak dapat terjual karena masih sangat tergantung pada ekspor yang terindikasi akan ditutup pada beberapa negara (Baca artikel sebelumnya: Budidaya Udang Terpukul Imbas COVID-19). Tetapi kenyataannya udang Indonesia justru berjaya. Harga di level petambak dan volume ekspor menunjukkan sinyal positif hingga pertengahan tahun 2020 ini.
Bahkan, industri udang tetap menawarkan terciptanya lapangan kerja. Di masa pandemi beberapa orang yang kehilangan pekerjaan akibat fenomena PHK atau dirumahkannya para karyawan beberapa perusahaan bisa tertampung di sektor perikanan ini. Karena pada faktanya di tengah pandemi budidaya tetap berjalan.
Trend Harga Udang: Lebih Baik dari Tahun Lalu
Harga udang di level petambak tahun 2020 pada kenyataannya lebih menggairahkan dibanding tahun 2019 (Baca artikel sebelumnya: Trend Harga Udang 2019, Bagaimana 2020?). Memasuki bulan Maret harga udang memang sempat mengalami trend penurunan, hal ini terjadi serempak hampir di seluruh wilayah. Untuk udang size 100 hampir menyentuh RP 40.000 per kilogram. Memasuki April harga naik hingga bulan Juni. Bersumber dari portal Harga Udang berikut rangkuman harga udang bulan Januari hingga Juni 2020.
Kini dengan adanya tambahan sumber informasi, telah tersedia harga udang dari daerah Sumatera khususnya provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Trend harga pada ketiga provinsi cenderung sama.
Cukup berbeda yang terjadi di provinsi Lampung. Provinsi ini memang terkenal sebagai sentra tambak udang. Trend harga cukup fluktuatif dibanding provinsi lain di pulau Sumatera.
Harga udang di daerah pulau Jawa lebih bervariatif. Salah satu penyebabnya adalah banyaknya supplier udang yang beroperasi di Jawa sehingga persaingan harga menjadi lebih ketat jika dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia.
Kemudian trend harga di pulau Bali mirip dengan yang terjadi di Jawa Timur.
Kini juga telah tersedia harga udang untuk daerah Sulawesi, tepatnya untuk Sulawesi Barat. Harga udang di provinsi ini pergerakannya mirip di daerah lain, turun memasuki bulan Maret dan merangkak naik saat memasuki April.
Berdasar dari pantauan tim JALA, semakin banyak supplier yang bermain di pembelian udang dari tambak akan berpengaruh pada fluktuasi harga. Harga tiap kabupaten mungkin akan berbeda dengan yang ditampilkan oleh grafik di atas, untuk harga tiap kabupaten yang lebih detail terdapat di portal Harga Udang. Petambak bisa memantau harga terkini, atau bagi supplier juga bisa memasang harga di portal tersebut.
Ekspor Udang 2020: Diluar Dugaan
Pandemi COVID-19 menghasilkan konsekuensi pada laju jual-beli yang tertekan dikarenakan sebagai bagian dari upaya mencegah tersebarnya virus. Ekspor-impor tertahan sebagai akibat penutupan perbatasan negara, kebijakan social distancing pada tiap sektor kehidupan, kebijakan lockdown pada beberapa negara, dan ditutupnya restoran dan pasar.
Indonesia memang tidak menerapkan lockdown dan masih bisa produksi udang di tambak. Tapi kendala pada gangguan transportasi khususnya transportasi ekspor, akhirnya stok udang tertahan di cold storage. Seafood masuk dalam kategori kebutuhan pokok, sehingga cukup beruntung perdagangannya masih terus berjalan. Isu keamanan (food safety) yang diperketat pada sektor ini.
Laju ekspor udang Indonesia memang diluar dugaan. Khawatir tertahan karena beberapa negara tujuan utama ekspor udang Indonesia memutuskan lockdown dan pembatasan ekspor pada awal ditetapkannya pandemi. Justru yang terjadi semester pertama 2020 ini ekspor Indonesia naik cukup signifikan dibandingkan tahun 2019 dan 2018 seperti yang ditampilkan pada statistik berikut bersumber dari BKIPM.
Mengutip data dari Seafood Tip Intellegence Portal (STIP) juga menunjukkan performa ekspor udang Indonesia tahun 2020 yang cukup impresif dibanding tahun sebelumnya. Sayangnya, harga udang di pasar ekspor tahun ini masih di bawah harga tahun 2018 tetapi masih tidak lebih buruk dari tahun 2019. Hal ini akan menyebabkan nilai ekspor tidak akan naik signifikan meskipun volume ekspor kenaikannya cukup menjanjikan.
Saat pasar China tutup, beberapa negara pengekspor menargetkan ke Amerika Serikat (AS). Kuarter I (Januari, Februari, Maret) 2020 ekspor udang Indonesia naik 21% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Kenaikan disumbang dari naiknya volume ekspor ke AS. Udang menyumbang 39% terhadap total ekspor produk perikanan Indonesia dengan total nilai 26 triliun rupiah.
Menurut data BPS, pada 2017 Indonesia mampu memproduksi udang mencapai 919.959 ton. Setiap tahunnya udang yang diekspor tidak pernah lebih dari 150 ribu ton. Artinya kemampuan untuk ekspor melihat dari kemampuan produksi masih terdapat gap yang cukup jauh. Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah untuk bisa meningkatkan atau membuka tujuan baru ekspor udang Indonesia.
"Berhasil memproduksi tidak sama dengan berhasil menjual. Harus jeli memilih dan menemukan pasar" terang Nilanto Perbowo yang menjabat Dirjen PDSPKP.
Pandemi dan Target Peningkatan Produksi Udang Indonesia
Pada kenyataannya udang tidak termasuk komoditas yang terimbas pembatasan impor di beberapa negara pada masa pandemi. Misalnya China dan negara lain angkanya justru naik. Data impor udang AS justru naik lebih dari 10% dibandingkan tahun sebelumnya. Indonesia mendapat berkah dengan mendapat bagian kenaikan ekspor ke AS naik 29%. Harga juga tidak turun terlalu signifikan sehingga keuntungan masih berada di tangan. Kenaikan impor AS ini dikarenakan penjualan di pasar retail terus meningkat dikarenakan orang-orang makan di rumah sebagai konsekuensi kebijakan lockdown.
Melewati pertengahan tahun, merespon harga jual udang yang cukup menggairahkan banyak petambak telah memulai budidayanya lagi. Akhir Agustus hingga September diprediksi terjadi panen raya. Jika permintaan pasar, salah satunya pasar ekspor, tidak bisa mengimbangi jumlah stok maka dapat menekan harga udang. Seharusnya pemerintah mulai memikirkan memperbesar keran ekspor pada periode panen raya ini sehingga harga di level petambak tidak tertekan.
Melansir data dari STIP, Indonesia masih menduduki nomor tiga sebagai negara pengekspor udang terbesar di dunia di bawah India dan Ekuador. Tahun 2018 Indonesia mengekspor 189.573 ton dan tahun 2019 mengekspor 200.591 ton. Catatan dari BKIPM hingga pertengahan tahun 2020 ekspor udang mencapai 98.557 ton. Melewati pertengahan tahun jumlah ekspor 2020 hampir memenuhi setengah volume ekspor tahun 2019. Sehingga volume ekspor tahun ini mungkin tidak terlalu mengecewakan, tetapi dari segi nilai ekspor mungkin akan lebih rendah karena harga udang di pasar ekspor sedikit mengalami penurunan.
Potensi tambak yang sudah ada saat ini sudah luar biasa, pekerjaan rumahnya adalah meningkatkan produktivitas dan efisiensi budidaya. Potensi lahan mencapai 2,96 juta hektar, sedangkan baru 0,6 juta hektar yang dimanfaatkan. Di pantai selatan Jawa telah ditargetkan ada 100 ribu kolam tambak intensif baru dengan produksi 4 juta ton per tahun tiap kolamnya, merujuk pernyataan dari KKP. Percontohan budidaya udang berkelanjutan diperlukan untuk dilakukan dengan melakukan peningkatan produktivitas dan ramah lingkungan.
Indonesia tengah merealisasikan target peningkatan ekspor hingga 250% pada 2024. Untuk peningkatan produksi dan ekspor, pemerintah membentuk enam kelompok kerja (pokja). Antara lain Pokja Perencanaan, Pokja Pembangunan Kawasan Tambak, Pokja Input Produksi, Pokja Teknis Operasional, Pokja Investasi dan Pemasaran, serta Pokja Pelatihan, Riset, dan Penyuluhan. Mari kita tunggu hasil kerja dari Pokja tersebut.
Salah satu kendala utama yang saat ini dihadapi adalah izin usaha perikanan yang membutuhkan proses panjang dan berbelit, misalnya halus mematuhi empat kementerian yang berbeda yaitu Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Pekerjaan Umum, dan Kementerian Energi dan Sunber Daya Mineral (ESDM).
Upaya peningkatan produksi juga harus dibarengi peningkatan kapasitas saraana dan prasarana pendukung, misal transportasi, gudang beku (cold storage), unit pengolahan ikan (UPI), dan lain-lain. Pemerataan sarana-prasarana ini harus terjadi di seluruh daerah yang ditetapkan sebagai sentra budidaya. Saat ini dominan masih di wilayah Indonesia barat, dengan ini juga membuat alur logistik lebih efisien.