Cerita Petambak

Percaya Perempuan bisa Berbudidaya, Ibu Saraiyah Kelola Kelompok Budidaya dengan 40 Anggota Perempuan

Vanessa
Vanessa
8 Maret 2024
Bagikan artikel
Cover - Women in Aquaculture.webp

Ibu Saraiyah adalah ketua kelompok dari sebuah komunitas petambak bernama Kelompok Putri Mandiri, yang melakukan aktivitas budidaya di Dusun Lokok Buak Desa Sukadana, Lombok Utara. Semua anggota kelompoknya yang berjumlah 40 petambak adalah perempuan.

Terinspirasi dari Sekolah Perempuan

Kelompok Putri Mandiri ini terbentuk atas inisiasi Ibu Saraiyah. Sejak tahun 2013, Ibu Saraiyah yang tadinya berprofesi sebagai ibu rumah tangga bergabung ke sebuah komunitas bernama Sekolah Perempuan. Komunitas ini bertujuan untuk menjadi wadah bagi wanita dari kelompok masyarakat marjinal untuk berkumpul dan dibekali tentang kesetaraan gender. Di komunitas ini pun Ibu Saraiyah dan anggota lainnya mendapat bantuan sosial dari pemerintah, dan Ibu Saraiyah sendiri terpilih menjadi ketua di kabupaten Lombok Utara.

Dari keberhasilan yang dirasakan saat bergabung di komunitas Sekolah Perempuan, Ibu Saraiyah pun tertarik membangun komunitas tersebut di desanya sendiri. Komunitas-komunitas yang dibangun bergerak di berbagai bidang. Dengan bantuan yang didapat, Ibu Saraiyah bersama kelompoknya kini bergerak di bidang budidaya udang untuk menggerakkan ekonomi keluarga.

Lewati Berbagai Tantangan untuk Berbudidaya

Melihat sumber daya alam yang mendukung di Lombok khususnya sumber air, serta dukungan yang diberikan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan setempat, Ibu Saraiyah meyakini bahwa aktivitas budidaya udang dapat menjadi wadah bagi pemberdayaan perempuan di desanya.

Meskipun sepanjang perjalanan banyak tantangan yang dihadapi, mulai dari konflik lahan, keterbatasan dana, hingga pengetahuan budidaya dan teknologi yang minim, Ibu Saraiyah terus menekuni budidaya udang.Meski berhasil mendapat anggaran dari Musyawarah Perencanaan Pembangunan pada tahun 2021, anggaran tersebut diperuntukkan untuk pembuatan sarana prasarana tambak, sehingga Ibu Saraiyah dan anggota dusunnya masih perlu bermusyawarah untuk mengumpulkan modal tambahan. Tebar pertama pun dilakukan pada April 2022.

women in aquaculture

Selama berbudidaya, Ibu Saraiyah dan kelompoknya juga sudah mencoba berbagai jenis pembagian tugas. Dari yang awalnya menugaskan 2 orang di setiap kolam, kini mereka sudah menggunakan tenaga feeder dan siphon. Semua anggota turut datang saat tebar, monitoring harian, panen, dan proses pembersihan kolam, dan Ibu Saraiyah sebagai penanggung jawab selalu siaga di tambak jika anggotanya mengalami kendala.

Ibu Saraiyah pun mengakui bahwa ternyata budidaya adalah pekerjaan yang sulit. Namun, ia ingin membuktikan bahwa perempuan juga bisa berbudidaya mulai dari persiapan sampai panen. Meski masih mendapat pendampingan di tahun pertama, Ibu Saraiyah terus meng-upgrade ilmunya dengan berbagai cara, baik berkonsultasi dengan petambak maupun mengikuti kelas IT untuk meningkatkan literasi teknologinya.

Selama berbudidaya pun mereka diperhadapkan dengan berbagai permasalahan, seperti masalah cuaca, pemasaran udang, hingga menghadapi pengepul. Hingga kini, terdapat 40 orang dalam kelompoknya yang mengelola sebanyak 44 kolam bundar dengan diameter 5 m. Ibu Saraiyah dan kelompoknya sudah melakukan budidaya sebanyak 11 siklus. Yang terkini, mereka menebar 200,000 benur dengan padat tebar 400 PL/kolam. Ibu Saraiyah memang tidak menargetkan padat tebar yang terlalu tinggi agar dapat mengejar size udang 40-50. Ia pun lebih memilih melakukan panen total daripada parsial dengan pertimbangan perputaran uang yang lebih baik.

Kontribusi Positif yang Dibagikan, dari Dampak Sosial hingga Lingkungan

Ibu Saraiyah menjelaskan bahwa kehadiran Kelompok Putri Mandiri membawa banyak kontribusi positif. Selain menghasilkan udang yang dapat dijual ke pasar, melalui kelompoknya, ia membangun kedekatan sosial melalui kegiatan bersih-bersih rutin setiap minggu maupun outbond setiap bulan. Mereka pun terlibat dalam berbagai kegiatan pengabdian masyarakat dan penelitian. Tambaknya juga menjadi tempat wisata edukatif bagi anak-anak di sekolah setempat. Tidak hanya itu, limbah dari budidaya mereka diolah menjadi pupuk tanaman, sehingga aktivitas budidaya mereka tetap mengedepankan aspek sustainability.

women in aquaculture

Dampak yang Dirasakan Semenjak Mengenal JALA

Selama ini, Ibu Saraiyah memang mendapatkan berbagai dukungan fasilitas dari Dinas setempat. Namun, semenjak mengenal JALA, kelompoknya merasakan kemajuan secara teknis dan pengetahuan. Pihak JALA juga terlibat dalam kegiatan kelompok maupun teknis budidaya.

“Merasa sangat terbantu oleh keberadaan JALA. Timnya responsif, minimal 1 minggu sekali datang untuk melihat dan berdiskusi,” ungkap Ibu Saraiyah. “Bagaimanapun kita memang harus mengikuti jaman yang semakin modern, harus bisa belajar teknologi dan aplikasi. Dengan JALA, kita bisa terbantu dalam hal ini.”

Ke depannya, ia berharap tim JALA juga dapat memberi bantuan untuk penjualan, agar kelompoknya dapat menjual udang dengan harga terbaik.

Pesan di Hari Perempuan Sedunia

Pada momen Hari Perempuan Sedunia yang jatuh pada 8 Maret 2024 ini, Ibu Saraiyah pun memiliki pesan untuk para perempuan di luar sana, khususnya yang terlibat di industri akuakultur:

1MAR_ARTIKEL_QUOTE_ID.png

Artikel Terkait
Semua artikel
Petambak Udang: Pahlawan Devisa Indonesia
Petambak Udang: Pahlawan Devisa Indonesia
16 Agustus 2023 2 menit baca
Kisah Pasangan Petambak Udang: Sinergi dan Kolaborasi Adalah Kunci
Kisah Pasangan Petambak Udang: Sinergi dan Kolaborasi Adalah Kunci
19 Mei 2022 3 menit baca
Cerita Petambak: Kisah Pak Yanto yang Berani Memulai Budidaya dari Nol
Cerita Petambak: Kisah Pak Yanto yang Berani Memulai Budidaya dari Nol
5 Mei 2022 2 menit baca
Perempuan dan Tambak Udang
Perempuan dan Tambak Udang
10 Maret 2021 3 menit baca
Ikuti Berita Terbaru JALA

Dapatkan pemberitahuan tips budidaya, update fitur dan layanan, serta aktivitas terkini JALA.