Bukan rahasia bahwa Indonesia merupakan salah satu negara produsen udang terbesar di dunia. Beberapa sentra produksi udang vaname andalan ada di Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan. Industri udang di Indonesia memiliki potensi besar untuk terus meningkat, mengingat Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang di dunia, serta permintaan pasar terhadap udang yang tinggi. Bukan hanya di pasar domestik, namun juga di pasar global. Bahkan, tahukah Anda bahwa mayoritas udang hasil budidaya di Indonesia justru dieskpor?
Dikutip dari Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim M. Firman Hidayat tahun 2022 lalu, devisa ekspor perikanan dari produk akuakultur adalah sebesar 56% dan berhasil menyerap tenaga kerja 2,2 juta orang. Selain itu, menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), volume ekspor udang tahun 2022 tercatat 240.000 ton dengan nilai ekspor 2,16 miliar dollar AS. Dengan begitu, Indonesia menduduki peringkat keempat negara eksportir udang terbesar di dunia setelah Ecuador, India, dan Vietnam.
Tak lepas dari jasa petambak
Kemampuan Indonesia untuk menduduki peringkat yang tinggi di pasar ekspor dunia tentu tidak lepas dari para petambak udang yang memegang peran penting dari industri budidaya udang. Sepanjang perjalanan budidaya, petambak diperhadapkan dengan berbagai tantangan yang menghambat produktivitas, misalnya penyakit udang. Muncul kecenderungan bahwa daya saing udang dari negara lain lebih tinggi karena kualitasnya lebih baik serta harganya lebih rendah, sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi petambak Indonesia untuk menurunkan biaya produksi dan meningkatkan kualitas udang.
Karena itu, penting bagi petambak maupun pemilik tambak untuk berbudidaya dengan manajemen yang komprehensif, misalnya dengan rutin memantau kondisi udang dan kualitas air tambak, serta meningkatkan efisiensi pakan. Penggunaan pakan yang tidak efisien, dimana jumlah pakan yang diberikan tidak sepadan dengan bobot udang, tentu menyebabkan biaya produksi yang meningkat dan menurunkan daya saing udang Indonesia di pasar global.
Komitmen JALA mendampingi petambak
Melihat tantangan-tantangan yang dialami petambak di atas, JALA #HadirMembantu sebagai solusi end-to-end budidaya udang. Dengan aplikasi manajemen budidaya udang JALA App, petambak dapat mencatat data harian di tambak untuk semakin memahami kondisi tambak mereka hingga mendapat tips budidaya terkini dan memantau harga udang di daerahnya. Selain itu, JALA juga memberikan akses ke suplai budidaya hingga akses panen, sehingga petambak dapat semakin mudah menjalankan budidayanya dari awal hingga akhir.
Di tengah persaingan di pasar global yang semakin ketat, petambak Indonesia tidak hanya ditantang untuk meningkatkan produksi, tapi juga kualitas. JALA sangat mengapresiasi semua petambak Indonesia yang telah mengusahakan yang terbaik untuk masing-masing tambaknya.
Namun, meningkatkan produksi dan daya saing udang Indonesia tidak berhenti di petambak. Dibutuhkan dukungan dan keterlibatan dari semua pihak, dari pemerintah hingga semua yang terlibat dalam industri udang, khususnya generasi muda yang inovatif dan pantang menyerah. Apapun peranan Anda dalam industri udang saat ini, mari upayakan yang terbaik untuk industri udang yang semakin produktif berkelanjutan!