Cerita Petambak

Pernah Gagal Total Menjadi Motivasi Pak Ricky Berbudidaya Udang yang Modern

Rizka Sholeha
Rizka Sholeha
22 September 2025
Bagikan artikel
Cover - Tantangan Budi Daya.webp

Bertahun-tahun terjun di industri udang bukan jaminan berbudidaya itu urusan mudah. Seperti halnya Pak Ricky, petambak udang asal Probolinggo, Jawa Timur, yang pernah mengalami kerugian signifikan dalam satu siklus budi daya. Lalu, bagaimana cara beliau bangkit memulai lagi dari awal? Simak pada artikel berikut!

Daftar Isi
Artikel Terkait

Menemukan Peluang dari Budi Daya Udang

Berawal sebagai mandor pada proyek pembangunan tambak, hingga ikut terlibat dalam operasional tambak udang, Pak Ricky semakin menemukan ketertarikannya pada industri ini. Memanfaatkan proses belajar sambil bekerja, mulai dari sistem tradisional hingga modern, Ia menyadari bahwa budi daya udang penuh dengan tantangan yang menarik.

Ketertarikannya itu menjadi motivasi besar untuk mengembangkan budi daya udang yang lebih efisien dengan teknologi. Karena menurut Pak Ricky, pada dasarnya bukan seberapa mudah atau sulit mencapai keberhasilan, tapi bagaimana cara kita mau beradaptasi dengan teknologi.

Pelajaran Berharga Datang dari Kegagalan

Bukan petambak namanya kalau belum pernah merasakan pasang surut berbudidaya udang. Dari 14 siklus yang telah dijalankan, Pak Ricky pernah mengalami 1 siklus kegagalan total. Hal itu menyebabkan kondisi tambak yang tidak terselamatkan, hingga harus flushing total 5 kolam. Kerugian finansial jelas terjadi, tapi justru dijadikan momen belajar bagi Pak Ricky.

Setelah melalui evaluasi, ternyata masalah bukan datang dari Standar Operasional Prosedur (SOP), melainkan dari kualitas benur yang digunakan. Karena secara SOP tambak, Pak Ricky telah menerapkan SOP minimalis yang terbukti efektif dan efisien.

BANNER_ARTIKEL.png

Konsisten menerapkan SOP minimalis tercermin dari cara Pak Ricky mengelola tambaknya:

  • Penggunaan produk terbatas 2x dalam sebulan.
  • Menggunakan produk 4 hari sebelum bulan gelap pada masa molting.
  • Durasi budi daya 80-105 hari per siklus.
  • Tebar benur maksimal 120-125 ribu per kolam, jika sisa akan dibagikan ke petambak lain.

Cara itu terbukti efektif mendapatkan survival rate 50-60%. Kombinasi antara efisiensi biaya tanpa mengorbankan kualitas menjadi pembelajaran berkelanjutan yang diterapkan dari setiap siklus budi daya Pak Ricky.

Perubahan Datang dari Teknologi

Sebelumnya, Pak Ricky kerap menghadapi kesulitan dalam mengontrol tambaknya yang serba konvensional. Mulai dari kesulitan membaca dan menganalisis hasil lab, bingung apa yang harus dilakukan setelah hasil lab keluar, hingga keterbatasan dalam memantau tambak secara real-time. “Ngeliat visual hasil lab saya malah bingung sendiri, ini apa yang harus saya lakukan? Malah makin banyak kebingungan yang muncul” ujarnya.

Setelah mengenal JALA, Pak Ricky langsung merasakan manfaat yang signifikan, terutama dalam menjawab segala kebingungan yang dihadapi sebelumnya. Data hasil lab menjadi lebih mudah dipahami, sehingga membantu membuat keputusan yang tepat. Semua data kolam juga terintegrasi menjadi satu dashboard, tentunya hemat waktu dan minim kesalahan.

Tidak hanya berhenti sampai Pak Ricky, beliau menebar manfaat menggunakan JALA ke petambak lainnya juga, terutama petambak yang menghadapi kesulitan dalam manajemen data. Menurut Pak Ricky, setengah masalah hidup petambak sudah terselesaikan dengan baik berkat bantuan teknologi, sehingga petambak bisa fokus menyiapkan strategi dibandingkan hanya terjebak dalam pencatatan manual.

Testimony-Ricky-id.png Pak Ricky menegaskan bahwa "Budi daya udang itu tidak mudah, tapi tidak juga sulit karena memang dari kita harapannya bisa antisipasi masalah agar tidak terjadi". Dengan JALA, petambak dapat mengantisipasi sebelum terjadinya kerugian melalui monitoring tambak yang real-time dan terukur. Coba melalui app.jala.tech untuk berbudi daya yang lebih cerdas!

Ikuti Berita Terbaru JALA

Dapatkan pemberitahuan tips budidaya, update fitur dan layanan, serta aktivitas terkini JALA.