
Mari berkenalan dengan Pak Fikri, petambak udang asal Bengkalis, Riau, yang memulai budi daya udang tanpa pengalaman di bidang perikanan, hanya modal belajar otodidak dari online platform. Pembelajaran yang Ia lakukan sembari praktik langsung di tambak mengantarkannya pernah panen udang berkualitas premium.
Alasan Memulai Budi Daya Udang
Motivasi Pak Fikri memulai budi daya udang semata-mata bukan karena finansial, Ia justru penasaran karena banyak petambak udang dari luar daerah yang beroperasi di wilayah tersebut. Setelah melakukan riset, Pak Fikri menemukan ketertarikan bahwa industri udang berpeluang menjadi usaha yang menjanjikan di masa depan.
Kompleksitas budi daya udang membuat Pak Fikri semakin tertantang untuk terjun lebih dalam di usaha ini. Walaupun tanpa pengalaman budi daya sama sekali dan memulai dengan modal pribadi, tidak menyurutkan semangat Pak Fikri dan tim untuk mulai belajar sambil praktik langsung. Menurutnya metode pembelajaran otodidak ini sudah cukup menjadi fondasi untuk memulai budi daya udang.
Bangkit dari Kegagalan yang Pernah Dihadapi
Semakin berjalannya waktu, tantangan budi daya udang yang dihadapi Pak Fikri juga semakin kompleks. Mulai dari tantangan internal, manajemen air, peningkatan kualitas udang, hingga efisiensi biaya operasional.
Bahkan di tahun keduanya menjalankan budi daya udang, Pak Fikri sempat mengalami kegagalan, menyebabkan kerugian finansial yang signifikan, hingga efek psikologis pada timnya. "Yang paling menyakitkan adalah membuat beberapa tim menjadi demotivasi. Mereka merasa sudah maksimal, sudah berusaha sebaik mungkin, tapi hasilnya tidak sesuai ekspektasi", ungkap Pak Fikri.
Namun, kegagalan itu menjadi titik balik Pak Fikri untuk melakukan evaluasi secara menyeluruh. Ternyata masalahnya terletak pada kebersihan tandon yang tidak optimal, sehingga menyisakan lumpur yang berdampak negatif pada ekosistem kolam. Hal ini membuat Pak Fikri harus lebih ketat melaksanakan Standar Operasional Prosedur (SOP) kebersihan sebelum memulai siklus berikutnya.
Melalui perencanaan dan eksekusi yang matang, Pak Fikri pernah berhasil memanen udang size kepala 2 (20 ekor/kg) yang merupakan indikator udang berkualitas premium. Kesuksesannya tidak hanya berhenti di situ, Pak Fikri dan tim menjadikan ini tanggung jawab terhadap lingkungan dengan melakukan penanaman mangrove secara rutin sebanyak 2.000-5.000 batang setiap 6 bulan sebagai bentuk komitmen terhadap konservasi alam.
Perjalanan Bersama JALA
Sebelum mengenal teknologi, Pak Fikri masih melakukan operasional tambaknya secara konvensional. Mulai dari mencatat stok pakan, konsumsi harian, hingga manajemen keuangan dilakukan dengan buku dan kalkulator. Sehingga rawan kesalahan perhitungan dan kehilangan data karena tidak terdokumentasi dengan baik.
Setelah mengenal JALA, Pak Fikri merasakan manfaat yang signifikan. “Semua data terintegrasi jadi satu, pekerjaan jauh lebih simpel dan akurat, kita juga bisa memprediksi akan panen dalam berapa hari dan hasilnya berapa”, tuturnya.
Pak Fikri juga mengajak teman petambak lainnya untuk menggunakan JALA, terutama bagi temannya yang kesulitan dalam pencatatan stok dan manajemen keuangan. 3 tahun menggunakan JALA membuat Pak Fikri dan temannya lebih mudah dalam monitoring kinerja budi daya udang melalui dashboard grafik real-time, memberikan transparansi, dan kontrol operasional yang lebih baik.
Ikuti jejak kesuksesan Pak Fikri dalam budi daya udang dengan JALA Siklus Pro, memudahkan manajemen operasional tambak dalam satu dashboard dengan jumlah kolam yang tidak terbatas, hingga mendapat laporan keuangan untuk membantu petambak membuat keputusan yang akurat. Coba melalui app.jala.tech untuk berbudi daya yang lebih cerdas!