Peningkatan produktivitas tambak udang di Indonesia tidak lepas dari berbagai tantangan baik dari aspek lingkungan maupun ekonomi. Untuk membekali petambak dengan wawasan lebih banyak seputar industri budidaya udang, pada 20 Juni 2023 lalu, JALA bersama dengan Forum Informasi Budidaya (FIB), Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI), dan MartitimMuda.id mengadakan webinar online SHRIMPS TALK.
SHRIMPS TALK kali ini membahas 2 topik menarik yaitu Blue Economy untuk Industri Akuakultur oleh Kaisar Akhir, S.IK., M.Sc. (Founder & Ketua Umum Maritim Muda), dan Tantangan Industri Udang Indonesia oleh Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS. (Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia). Sebanyak 143 audiens mengikuti webinar ini.
Blue Economy untuk Industri Akuakultur
Dalam materi pertama, Pak Kaisar memaparkan bahwa Indonesia adalah negara maritim terbesar di dunia. Laut dan pesisir Indonesia memegang berbagai peran penting, di antaranya sebagai sumber pangan dan energi, pengendali iklim dan cuaca, kontributor ekonomi dunia, dan banyak lagi. Sayangnya, laut dan pesisir Indonesia menghadapi berbagai permasalahan yang disebabkan oleh polusi, tumpahan minyak, serta krisis energi.
Berangkat dari permasalahan tersebut, ekonomi biru adalah pemanfaatan sumber daya kelautan dan perairan secara berkelanjutan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan serta meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan.
Untuk mengukur seberapa suatu perusahaan menerapkan ekonomi biru, terdapat indeks yang bernama BECdex (Blue Economy Company index). BECdex merupakan inisiasi dari MaritimMuda yang dapat mengidentifikasi perusahaan maritim yang menjalankan bisnisnya dengan prinsip ekonomi biru. Perusahaan yang memiliki BECdex dapat dikenal sebagai perusahaan ramah laut. BECdex dinilai dari aspek lingkungan (pelestarian biodiversitas laut dan pengendalian polusi), sosial (lingkungan kerja yang aman dan kesetaraan sosial), dan ekonomi (pemenuhan standar gaji dan penerapan ekonomi yang kompetitif).
Untuk dinilai sebagai perusahaan dengan ekonomi biru, perusahaan harus memenuhi setidaknya 70 persen dari indikator BECdex. Perusahaan dapat mendaftar ke situs BECdex untuk mendaftarkan diri dan mendapatkan sertifikasinya. Penerapan ekonomi biru sangat penting untuk memastikan bahwa lingkungan laut dan perairan dapat dilestarikan, sambil menjaga kesejahteraan masyarakat maupun biodiversitas laut.
Tantangan Industri Udang Indonesia
Untuk materi berikutnya, Pak Rokhmin menjelaskan bahwa industrialisasi budidaya udang ramah lingkungan diperlukan untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berkualitas, inklusif, dan berkelanjutan. Peran strategis budidaya udang di Indonesia yang terus meningkat, dengan meningkatnya permintaan untuk udang sejak tahun 1980-an hingga sekarang, serta potensi produksi udang budidaya yang besar karena garis pantai yang panjang, bahkan terpanjang kedua di dunia.
Meski Indonesia sudah termasuk dalam top 3 negara produsen udang di dunia, pemanfaatan lahan di Indonesia masih cukup minim. Dari lebih dari 2.9 juta hektar lahan potensial untuk tambak, yang baru dimanfaatkan hanya 666 ribu hektar. Selain itu, petambak Indonesia juga menghadapi berbagai tantangan mulai dari pra-produksi hingga pasca-produksi.
Pada tahap pra-produksi, petambak masih kesulitan mendapatkan suplai benur, pakan, obat-obatan, kincir, serta infrastruktur, salah satunya karena industri budidaya udang belum menjadi prioritas tinggi bagi pemerintah Indonesia. Selama budidaya, sebagian besar (80%) tambak masih bersifat tradisional dan berskala kecil, sehingga produktivitas dan keuntungan rendah. Gagal panen pun sering terjadi akibat penyakit serta penerapan Best Aquaculture Practices yang buruk, misalnya tidak menggunakan benih unggul dan tidak menerapkan biosekuriti, sehingga tambaknya tidak berkelanjutan.
Bukan hanya itu, udang yang dipanen juga mengalami penurunan kualitas saat ditranspor dari panen ke pabrik pengolahan, sehingga kalah saing dengan negara lain di pasar ekspor yang memiliki standar ketat.
Maka, untuk mencapai target produksi 2 juta ton pada 2024, terdapat 2 upaya penting yang harus dilakukan. Yang pertama adalah revitalisasi tambak, yang merupakan kerjasama pemerintah dengan pemerintah daerah dan pengusaha tambak untuk meningkatkan daya saing udangnya. Selanjutnya ada ekstensifikasi atau pembukaan tambak.
Kedua materi disambut baik oleh para petambak. Mereka juga menyampaikan berbagai pertanyaan terkait upaya penerapan ekonomi biru di industri akuakultur serta hilirisasi industri udang di semua daerah. JALA berharap materi yang dibagikan bermanfaat bagi petambak untuk berbudidaya dengan semakin produktif dan berkelanjutan.
Jika Anda terlibat dalam industri budidaya udang dan ingin mendapat informasi, tips, dan wawasan terkini, ikuti Instagram JALA di @jalaindonesia agar tidak ketinggalan jadwal SHRIMPS TALK dan acara lainnya dari JALA. Sampai jumpa di SHRIMPS TALK berikutnya!