Udang merupakan komoditas ekspor non-migas andalan Indonesia. Tujuan utama ekspor udang Indonesia antara lain ke Amerika Serikat dan Jepang. Tahun 2019 Indonesia mengekspor 149,2 ribu ton udang dan naik menjadi 164,2 ribu ton pada 2020. Sekitar 17,6% di antaranya diekspor ke Jepang yang membuatnya menduduki sebagai negara tujuan utama nomer dua udang vaname Indonesia.
Mengacu data dari Atase Perdagangan KBRI Tokyo, selama lima tahun terakhir tren pertumbuhan ekspor udang beku Indonesia tumbuh rata-rata 0,89% per tahun. Lebih spesifik melihat statistik dari BKIPM, volume ekspor udang vaname Indonesia ke Jepang selalu naik 5 tahun terakhir. Penurunan terjadi hanya saat pandemi melanda yaitu pada 2020. Rata-rata volume ekspor tiap bulannya berkisar pada 1.300-1.500 ton.
Pertumbuhan volume ekspor udang vaname Indonesia ke Jepang
Tahun | Volume (Ton) |
2018 | 16.303 |
2019 | 17.722 |
2020 | 16.977 |
2021 | 19.002 |
2022 | 23.825 |
Sumber: BKIPM (2023)
Jepang dikenal sebagai negara dengan budaya makan ikan tertinggi di dunia. Beberapa produk ikan bergantung pada impor karena produksi dalam negeri yang terus menurun. Jepang juga tidak memiliki area dan kondisi yang cocok untuk budidaya udang sehingga mengandalkan impor dari negara lain.
Jepang bersama Amerika Serikat dan China mengambil sekitar 56,2% pangsa pasar udang dunia. Jepang mengimpor udang dari beberapa negara, di antaranya Vietnam, Thailand, India, dan China.
Konsumsi per kapita udang tertinggi di dunia
Dikenal sebagai negara dengan konsumsi seafood yang besar, Jepang perlu mengimpor beberapa jenis ikan dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan domestiknya. Indonesia menjadi salah satu sumber untuk memenuhi kebutuhan udang masyarakat Jepang.
Konsumsi per kapita ikan dan makanan laut masyarakat Jepang mencapai 3,28 kg, yang merupakan konsumsi per kapita udang tertinggi di dunia di atas Amerika Serikat dengan konsumsi per kapita mencapai 1,3 kg. Sekitar 39,1% masyarakat Jepang mengonsumsi ikan 2-3 kali setiap minggunya. Masyarakat Jepang hampir setiap minggu berbelanja produk ikan.
Udang beku merupakan bagian dari kuliner tradisional Jepang. Tren terkini masyarakat Jepang memilih produk makanan yang praktis, yaitu makanan yang dapat bertahan lama untuk disimpan sebagai cadangan sehingga menghemat waktu belanja. Karena itu, produk udang beku pun semakin banyak digemari.
Beberapa jenis udang yang banyak dikonsumsi masyarakat Jepang di antaranya udang dari jenis tiger (udang windu) dan udang vaname. Dua jenis tersebut banyak digunakan sebagai bahan ebi tempura atau ebi furai. Selain itu, banyak udang diolah untuk isian dari nasi kepal (onigiri).
Di supermarket banyak dijual udang beku yang sudah diolah maupun udang beku utuh (baik berbentuk udang kupas maupun belum dikupas). Pasar udang juga sangat besar untuk perusahaan pengolahan makanan yang mengolahnya menjadi berbagai produk seperti ebi furai dan onigiri untuk dijual kembali ke masyarakat.
Persaingan Indonesia di pasar udang Jepang
Bagi Jepang, Indonesia merupakan supplier penting dalam pemenuhan kebutuhan udang mereka. Indonesia termasuk tiga besar supplier udang setelah Vietnam dan sedikit mengungguli India. Saingan berat Indonesia di pasar Jepang adalah Vietnam, India, dan Argentina.
Namun, terdapat tren penurunan impor udang beku selama lima tahun terakhir sebesar -4,71%. Salah satu penyebabnya adalah melemahnya nilai tukar Jepang Yen terhadap mata uang asing. Selain akibat persaingan yang ketat, beberapa isu seperti serangan wabah EMS, melemahnya nilai mata uang, dan kenaikan pajak konsumsi yang menyebabkan distributor menurunkan pembelian.
Pemasok utama udang di pasar Jepang adalah Vietnam. Indonesia berada di posisi kedua dengan pangsa pasar 17,2% pada tahun 2020. Ancaman datang dari Argentina yang mulai merebut 10,2% pangsa pasar udang Jepang.
Dari sisi persaingan, harga udang beku dari Indonesia relatif lebih tinggi dibanding negara lainnya yaitu sekitar USD10,7/kg. Hanya lebih rendah dibanding Vietnam yang menawarkan harga USD11,18/kg. Negara yang menawarkan harga paling rendah adalah India dengan USD8,13/kg. Terdapat indikasi bahwa udang Vietnam memiliki kualitas baik, karena dengan harga yang lebih tinggi justru pangsa pasarnya terus tumbuh. Tumbuhnya pangsa pasar Vietnam di Jepang salah satunya didukung oleh tingginya investasi perusahaan Jepang di sektor perikanan Vietnam.
Poin penting untuk industri udang Indonesia
Semakin ketatnya pasar Amerika Serikat membuat beberapa eksportir mengalihkan target utamanya ke Jepang. Bisa dikatakan, selama beberapa tahun terakhir Indonesia mengalihkan pasar ekspornya dari Jepang ke AS. Pasalnya, pada 2012 ekspor udang ke AS hanya 47,7%. Namun, dengan kenyataan bahwa persaingan di AS juga semakin ketat, Indonesia harus mengambil langkah fokus memperkuat persaingan dari sisi kualitas dan harga.
Di pasar Jepang pun udang Indonesia menghadapi persaingan yang ketat, sehingga Indonesia perlu mengambil beberapa pelajaran:
- Mengambil setiap momentum kecil dari melemahnya negara pesaing. Pelajaran saat Vietnam dan Thailand dilanda EMS, Indonesia mampu menjaga status bebas EMS sehingga menguntungkan posisi di pasar Jepang
- Meningkatkan efisiensi sehingga dapat menekan biaya produksi yang akhirnya dapat memberikan penawaran harga yang lebih baik
- Memperkuat persaingan melalui peningkatan kualitas sehingga tetap dapat menawarkan harga yang relatif lebih tinggi, tetapi dengan kualitas yang sebanding