JALA, sebuah perusahaan teknologi akuakultur yang menyediakan solusi budidaya udang end-to-end di Indonesia, mengadakan acara Shrimp Outlook 2024 di Fairfield by Marriott, Surabaya. Dihadiri oleh 339 hadirin termasuk petambak udang, perusahaan processing, pemangku kepentingan industri akuakultur, serta produsen benur dan pakan, acara ini memaparkan performa budidaya udang Indonesia terkini serta strategi untuk meningkatkan produktivitas di tahun 2024.
Erwin Dwiyana, Direktur Pemasaran Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, dalam sambutannya menekankan pentingnya acara ini di tengah perkembangan industri udang terkini. Sementara itu, Aryo Wiryawan sebagai Chairman JALA dalam sambutannya menyampaikan pentingnya kolaborasi untuk berhasil di kancah global. Haris Muhtadi, Ketua Shrimp Club Indonesia (SCI), menyampaikan bahwa kondisi industri udang Indonesia memang tidak dalam kondisi yang menyenangkan, tetapi problematika yang dihadapi inilah yang membuat pelaku industri lebih solid dan kompak.
Laporan kondisi industri udang Indonesia tahun 2023
Dalam acara utama, Liris Maduningtyas, sebagai co-founder dan CEO JALA, memberikan presentasi mendalam tentang evaluasi performa industri udang Indonesia selama 2023 dan temuan penting untuk menyusun strategi 2024. Ia memaparkan, “Rata-rata produktivitas tambak udang 2023 ada di 12 ton/ha. Untuk mengusahakan profitabilitas terbaik, petambak direkomendasikan untuk berbudidaya selama 70-80 hari atau 100-110 hari”
Liris juga menekankan pentingnya meningkatkan penyerapan udang oleh pasar lokal untuk melindungi harga udang Indonesia dari perubahan ekstrem yang diakibatkan oleh ketidakstabilan pasar ekspor. Ia menambahkan, setiap usaha peningkatan produksi tahun ini harus diiringi dengan keseimbangan lingkungan dan pencatatan data.
Menilik alternatif pendanaan baru untuk tambak
Shrimp Outlook 2024 juga membahas strategi mendapatkan pendanaan bagi petambak melalui diskusi panel pertama, dengan tema “The Next Level of Farm Financing”. Diskusi ini memaparkan berbagai mekanisme pendanaan inovatif yang dapat dimanfaatkan petambak udang untuk meningkatkan peluang bisnis mereka.
Diskusi ini menghadirkan George Samuel, Advisor of PT Agro Bahari Nusantara Tbk (UDNG), serta Susanto dari BRI, dan dimoderatori oleh Cynthia Darmawan. George Samuel dan Susanto membahas pentingnya pencatatan data secara rutin dan pembuatan laporan keuangan bagi petambak yang ingin mengajukan pendanaan bank maupun equity funding. Selain itu, petambak juga didorong untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran berkelanjutan dan pengambilan keputusan di tambak mereka sendiri.
Harapan terhadap kondisi pasar udang di tahun 2024
Salah satu tantangan terbesar untuk industri udang Indonesia saat ini adalah dampak dari pasar global yang fluktuatif. Diskusi panel kedua membahas strategi menghadapi dinamika pasar udang yang tidak menentu. Melalui diskusi bertemakan “Bouncing Back Stronger on the 2024 Shrimp Market”, diskusi ini menghadirkan Gunawan Mulyono dari AP5I dan Ricky Leonardo dari TreeDots dengan Lois Darminto sebagai moderator.
Mengungkap kondisi pasar udang saat ini, terdapat kelebihan pasokan udang di pasar global dan persaingan yang meningkat dari negara-negara seperti Ekuador dan China. Upaya untuk meningkatkan daya saing udang Indonesia memerlukan produk udang dengan nilai tambah atau udang masak untuk mencapai harga jual yang lebih baik.
Melihat lebih jauh produksi benur bersama ahlinya
Melihat bahwa hatchery adalah salah satu industri penting yang berpengaruh terhadap produksi udang, diskusi panel ketiga menampilkan pertukaran perspektif yang tidak kalah menarik dengan tema “Behind the Production of Shrimp Fry”. Pemain industri benur udang yaitu Emiliana Dhian dari PT Suri Tani Pemuka, Fivi Najmushabah dari PT Central Pertiwi Bahari, dan Henry Wijaya dari Prima Larvae Bali membahas strategi menghadapi tantangan produksi benur bersama Haris Muhtadi sebagai moderator.
Hatchery saat ini telah merespons isu berbagai penyakit udang, dengan terus melakukan perbaikan seperti memperketat screening dan biosekuriti sebagai bagian dari prosedur pengendalian penyakit. Hatchery juga memastikan pemberian pakan hidup berkualitas yang kaya EPA dan DHA untuk menghasilkan benur. Semua usaha ini dilakukan sebagai komitmen hatchery untuk menghasilkan benur berkualitas bebas penyakit untuk dibudidayakan petambak.
Solusi untuk kesehatan udang dan efisiensi budidaya
Salah satu perusahaan di bidang teknologi akuakultur, GreenSage Prebiotics. berkesempatan untuk berbagi tentang inovasi baru mereka untuk meningkatkan kesehatan udang dari dalam. Selva Kumar, VP of Engineering GreenSage Prebiotics, memperkenalkan Pretego, produk terkini mereka. Produk ini menggunakan kopra yang didaur ulang untuk mendukung pertumbuhan dan keberlangsungan hidup udang serta pertumbuhan bakteri menguntungkan untuk akuakultur. Pretego akan membantu petambak mengurangi biaya budidaya mereka secara signifikan dan meningkatkan SR udang mereka.
Perusahaan teknologi akuakultur yang berbasis di Baltimore, Maryland, bernama Minnowtech turut memperkenalkan solusinya. Suzan Shahrestani, co-founder Minnowtech, menyorot inovasi terkini untuk menghitung biomassa udang melalui teknologi sonar dengan akurasi lebih dari 95%. Solusi ini telah memantau lebih dari 1,3 miliar udang di seluruh dunia.
JALA #HadirMembantu petambak udang
Di Shrimp Outlook 2024, JALA juga memperkenalkan berbagai solusi untuk mengatasi isu di industri udang. JALA App, platform software manajemen tambak udang, membantu petambak memonitor kondisi terkini dan mengelola tambak dengan pengambilan keputusan berbasis data. Alat ukur kualitas air multiparameter, JALA Baruno, juga membantu menyederhanakan proses pengukuran dan pemantauan kualitas air. Selain teknologi budidaya, JALA juga menyediakan dukungan budidaya dalam bentuk suplai, pendanaan, dan akses pasar. Solusi end-to-end JALA menunjukkan dedikasinya untuk hadir membantu di setiap tahap perjalanan budidaya udang.
Antusiasme dari audiens dan harapan tentang Shrimp Outlook
Jacky, petambak baru yang turut hadir di acara ini, menunjukkan antusiasmenya pada topik diskusi panel yang dibawakan. “Diskusi panel tentang alternatif baru pendanaan udang sangat inspiratif, memberikan wawasan bagi kami yang mau masuk ke industri ini secara mendetail,” ungkapnya.
Antusiasme juga ditunjukkan oleh hadirin lain, Haviel, yang tertarik dengan laporan Shrimp Outlook dari JALA. “Menurut saya sesi presentasi Shrimp Outlook sangat menarik karena membahas naik-turunnya industri udang tahun lalu,” ungkapnya.
Di tahun kedua diadakannya acara tahunan Shrimp Outlook, acara kali ini menjadi ajang merefleksikan performa budidaya udang selama satu tahun ke belakang dan merencanakan untuk tahun yang sedang berjalan. Walaupun industri udang saat ini diperhadapkan dengan berbagai isu seperti produktivitas yang menurun dan harga udang yang tidak menentu, petambak didorong untuk tetap berbudidaya dengan pencatatan data rutin. Ini membantu petambak semakin memahami performa budidaya untuk mengambil langkah terbaik, serta memperkuat peluang untuk mendapatkan pendanaan ke depannya.
Untuk mengurangi ketergantungan industri udang terhadap pasar ekspor, setiap pihak yang terlibat harus mengupayakan peningkatan penyerapan udang di tingkat lokal. Dengan ancaman penyakit udang yang masih nyata, hatchery maupun petambak harus selalu awas dengan menerapkan biosekuriti di setiap aspek bisnis mereka. Semoga acara ini dapat menjadi momen yang menambah wawasan dan memberi optimisme baru bagi siapapun yang terlibat di industri udang.