Meskipun menjadi primadona, industri udang vaname tidak lepas dari berbagai tantangan. Selain hambatan teknis budidaya, keadaan makro ekonomi juga menjadi suatu tantangan serius. Isu pasar udang global secara tak langsung berdampak kepada petambak.
Tantangan industri udang ini menjadi topik kedua dalam Webinar Shrimps Talk ke-14 yang diadakan JALA setelah sebelumnya membahas pentingnya CBIB bagi budidaya udang. Haris Muhtadi selaku Ketua Shrimp Club Indonesia (SCI) menjadi pembicara pada sesi ini.
Penurunan harga udang
Akhir 2023 lalu, harga udang di Indonesia terus mengalami penurunan, seperti terlihat di Grafik 1. Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh berbagai gejolak yang menyebabkan harga di level petambak semakin rendah.
Grafik 1. Harga Udang Indonesia Tahun 2023
Faktor di balik penurunan harga udang
Menurut analisis SCI, terdapat beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab menurunnya harga udang pada akhir tahun 2023. Faktor-faktor tersebut antara lain
- Kondisi ekonomi global
- Ketergantungan pasar ekspor ke Amerika Serikat (AS)
- Penurunan demand dari AS
- Peningkatan produksi dari negara produsen lain
- Petisi anti subsidi (CVD) dan anti dumping (AD) dari AS
- Beberapa cold storage mengurangi pembelian udang
- Ketidakseimbangan supply dan demand
Di Indonesia, situasi industri semakin sulit karena tingginya kompetisi dengan negara-negara produsen lain. Produksi udang Ekuador, India, dan Vietnam lebih tinggi dengan biaya produksi yang diduga lebih rendah.
Biaya produksi mengalami kenaikan
Kondisi industri udang di level petambak juga diperparah dengan kenaikan harga di hampir semua variabel produksi. Haris memaparkan estimasi biaya produksi per kilogram udang yang harus ditanggung petambak sebagai berikut:
- Benur: Rp4.000
- Pakan (FCR 1,5): Rp22.500
- Probiotik dan saprotam: Rp5.000
- Listrik: Rp10.000
- SDM: Rp3.500
Meskipun sebenarnya biaya produksi dipengaruhi oleh ukuran udang dan lokasi tambak, tetapi jika dijumlahkan, biaya produksi di atas mencapai Rp45.000/kg atau sekitar 2,88 USD/kg.
Angka tersebut diasumsikan pada kondisi produksi normal, size normal, dan tidak terjadi penyakit. Jika terjadi kematian akibat penyakit, angkanya akan jauh di atas itu.
Apabila saat ini udang size 100 mencapai Rp48.000/kg dan size 50 mencapai Rp58.000/kg, dapat dikatakan margin produksi turun drastis jika dibandingkan beberapa tahun ke belakang.
Di samping masalah dari aspek internasional, industri udang Indonesia masih menghadapi masalah laten yaitu penyakit udang. Penyakit akan memengaruhi biaya produksi secara signifikan.
Dampak penurunan harga udang
Penurunan harga udang sangat berdampak pada jalannya budidaya. Dampak yang dialami tersebut meliputi
- Penundaan waktu tebar
- Pengurangan padat tebar
- Penundaan perluasan tambak
- Investor tambak baru menunda investasi
- Penutupan tambak di beberapa daerah
- Jumlah produksi udang nasional menurun
- Lapangan kerja di industri udang menurun
Rekomendasi dari SCI
Melihat permasalahan yang terjadi, SCI berusaha memberikan beberapa rekomendasi solusi kepada Menteri Kelautan dan Perikanan. Berikut beberapa rekomendasi dari SCI:
- Pembukaan akses pasar baru luar negeri dan dalam negeri
- Bulog Udang untuk stabilisasi harga
- Kemudahan dan kejelasan dalam berinvestasi
- Penyederhanaan perizinan
- Kejelasan Rencana Tata Ruang Wilayah
- Penyediaan infrastruktur
- Penyediaan SDM yang berkualitas melalui Shrimp School
- Sertifikasi tambak, hatchery, dan cold storage
SCI juga mendorong pemerintah untuk membantu kampanye peningkatan konsumsi udang domestik.
Nantikan webinar Shrimps Talk berikutnya!
Shrimps Talk ke-14 ditanggapi antusias oleh para audiens, terlihat dari berbagai pertanyaan yang diajukan terkait CBIB maupun tantangan industri udang. Melalui rangkaian diskusi ini, harapannya petambak dapat berbudidaya secara produktif berkelanjutan.
Apabila Anda pelaku industri udang yang ingin mendapatkan informasi dan wawasan terkini, nantikan webinar Shrimps Talk berikutnya! Ikuti akun Instagram JALA di @jalaindonesia agar tidak ketinggalan informasi. Sampai bertemu di Shrimps Talk ke-15!