Budidaya udang vaname saat ini dihantui oleh penyakit Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND). Penyakit ini menyerang udang saat umur budidaya kurang dari 30 hari dengan tingkat kematian udang mencapai lebih dari 30% dan menyerang organ target hepatopancreas. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Vibrio parahemoliticus yang banyak terdapat di perairan alami. Salah satu upaya menghadapi isu penyakit AHPND yaitu menyiapkan dan memilih benur yang unggul dan terpercaya dengan beberapa kriteria kunci.
Pilih benur yang memiliki SPF (Sertificate Pathogen Free)
Benur yang dipilih sebaiknya memiliki sertifikat SPF hasil uji PCR oleh laboratorium atau hatchery yang memproduksinya. Uji PCR harus menunjukkan hasil negatif dari penyakit WFD, IMNV, TSV, CMNV, WSSV, dan AHPND. Apabila salah satu hasil uji PCR benur terdapat positif penyakit tersebut maka sebaiknya benur tidak digunakan.
Keseragaman tinggi
Tingkat keseragaman benur sangat penting dalam menentukan kesuksesan budidaya udang. Benur yang tidak seragam berdampak ketidakseimbangan persaingan pakan dan pertumbuhan sehingga benur tinggi tingkat kanibalisme. Kanibalisme berpotensi menularkan penyakit antar udang dan berdampak tingkat kelangsungan hidup udang menjadi rendah. Pada umumnya panjang benur PL7 dikisaran rata-rata 7 mm dan dapat diamati menggunakan penggaris atau mikroskop.
Pilih benur yang memiliki pergerakan aktif
Benur udang yang sehat dapat dilihat secara visual dengan pergerakannya yang aktif serta fototaksis positif. Fototaksis positif yang dimaksud adalah kecendrungan pergerakan benur mendekat sumber cahaya serta benur cendrung tersebar merata pada wadah (tidak mengikuti pergerakan arus).
Lulus uji stress lebih dari 95%
Stress test merupakan salah satu indikator menentukan benur yang sehat. Uji stress dapat dilakukan dengan merendam menggunakan air tawar atau formalin 100 ppm selama 30 menit, tingkat kematian benur kemudian dihitung persentasenya. Benur yang sehat lulus uji stress dengan tingkat kelangsungan hidup lebih dari 95%.
Benur udang tidak mengalami cacat fisik
Deformity atau kondisi abnormalitas organ yang disebabkan oleh cacat genetik dan faktor eksternal. Benur yang sehat dapat dilihat dari tidak adanya deformity, dengan arti bahwa organ benur dengan kondisi organ lengkap dan tidak cacat sehingga benur dapat hidup dengan normal. Tingginya nilai deformity atau cacat organ berpotensi menyebabkan udang mudah mengalami infeksi bakteri dan berpotensi terserang penyakit. Pengecekan deformity dapat dilakukan dengan pengamatan dibawah mikroskop. Nilai deformity benur yang dapat ditoleransi adalah kurang dari 5%.
Terdapat lipid droplet minimal 30% pada benur
Lipid droplet adalah cadangan lemak pada udang yang terdapat di hepatopankreas yang dijadikan sumber energi. Benur yang baik dapat dilihat kandungan lipid droplet lebih dari 30% dan diamati dibawah mikroskopis. Sumber energi tersebut digunakan sebagai kekebalan tubuh, energi isoosmotik (adaptasi lingkungan), dan energi tumbuh. Sehingga dapat disimpulkan lipid droplet benur awal untuk menentukan kesiapan benur untuk ditebar di tambak.
Dalam budidaya udang agar terhindar penyakit (tidak hanya AHPND) selain dari memilih benur yang sehat juga diperlukan lingkungan yang optimal. Salah satu upaya agar terhindar dari penyakit yaitu dengan cara menerapkan biosekuriti yang ketat dengan membatasi keluar-masuk orang yang tidak berkepentingan, desinfeksi fasilitas dan peralatan budidaya agar terhindar dari kontaminasi dari siklus sebelumnya, desinfeksi air dilakukan agar dapat membunuh pathogen yang terdapat di perairan, serta menggunakan pakan berkualitas dan bahan perlakuan sesuai anjuran.
Ditulis oleh Jefry. Penulis lahir di kota Medan dan anak ke-2 dari 3 bersaudara. Pendidikan terakhir penulis yaitu S2 di Institut Pertanian Bogor pada Tahun 2018. Saat ini berkarir sebagai Quality Assurance (QA) PT Suri Tani Pemuka, Japfa Group.