Pakan menjadi biaya produksi terbesar dalam budidaya udang. Berbagai inovasi dan upaya dilakukan untuk mencapai pakan yang efisien sehingga mampu menekan biaya produksi untuk membeli pakan. Salah satu strategi yang cukup familiar digunakan yaitu fermentasi pakan.
Protein merupakan sumber energi utama bagi udang. Fermentasi merupakan proses pemutusan protein rantai panjang menjadi protein yang lebih sederhana. Pakan fermentasi artinya pakan diolah melalui proses perubahan struktur kimia dengan bantuan enzim yang dihasilkan dari bakteri atau fungi. Itu sebabnya pakan hasil fermentasi lebih mudah dicerna bagi udang.
Pakan hasil fermentasi diklaim lebih mudah dicerna sehingga nutrisi pakan lebih mudah diserap oleh udang. Pakan yang melalui proses fermentasi sudah ‘dicerna’ di luar sehingga kerja lambung udang lebih ringan untuk memroses protein dan unsur lain yang terkandung dalam pakan.
Beberapa produk probiotik atau ragi merupakan bahan untuk memicu terjadinya fermentasi. Perbedaan probiotik yang digunakan akan menghasilkan pemecahan protein yang berbeda. Enzim yang dihasilkan oleh mikroba bekerja secara spesifik, termasuk produk yang dihasilkan.
Jika formulasi fermentasi pakan dilakukan dengan baik maka akan dapat mendukung pertumbuhan udang dan memperbaiki sistem imun. Protein dan berbagai unsur pendukung lainnya seperti vitamin dan mineral dapat meningkat dalam pakan yang diberikan. Saat pakan fermentasi yang diberikan semakin optimal diserap oleh udang maka sisa nutrisi yang terbuang melalui feses lebih sedikit. Efek berikutnya beban cemaran organik menjadi lebih kecil.
Ada risiko di balik perlakuan fermentasi pakan!
Pakan udang komersial yang diproduksi oleh banyak pabrik pakan saat ini umumnnya diproduksi agar mudah dicerna dan dapat langsung dimanfaatkan oleh udang. Berbeda jika pakan merupakan olahan sendiri yang dibuat dari bahan baku segar. Pakan dari bekatul misalnya, setelah dilakukan fermentasi total kandungan protien akan lebih tinggi.
Beberapa hal harus diperhatikan jika justru pakan dari pabrikan yang dilakukan fermentasi. Energi pakan menjadi turun karena sebelumnya telah dimanfaatkan oleh mikroba pemecah. Kemudian jika fermentasi tidak dilakukan dengan cermat dapat terkontaminasi oleh mikroba yang tidak diinginkan. Bisa jadi justru terkontaminasi mikroba patogen atau fermentasi menghasilkan racun.
Water stability atau stabilitas pakan dalam air akan menurun dan mudah terlarut dalam air. Hal ini terutama terjadi pada pakan komersial yang dilakukan fermentasi. Pakan komersial telah dirancang untuk dapat bertahan dalam air agar bisa ditemukan oleh udang tanpa larut dalam jangka waktu tertentu. Kemudian yang perlu diperhatikan lagi adalah harus memiliki daya tarik yang tinggi untuk udang. Sehingga udang mudah menemukan pakannya dan tidak terbuang karena tidak termakan.
Yang harus diingat, udang makan tidak seperti manusia. Pakan harus ditebar terlebih dahulu ke air. Sehingga ada kemungkinan pakan yang larut. Jika banyak yang larut dan pakan udang itu kandungan tertingginya protein maka dapat berkontribusi pada naiknya senyawa nitrogen beracun pada air. Hal ini bisa dicegah salah satunya dengan melakukan coating atau ‘membungkus’ pakan menggunakan bahan tertentu.
Pakan yang mengandung nitrogen (N) akan diurai menjadi amonia. Selanjutnya dikonversi menjadi nitrit hingga nitrat. Masing-masing senyawa nitrogen ini dapat menyuburkan pertumbuhan plankton. Tentu menjadi keuntungan lain, jika pada saat itu plankton tidak berlebih dan tidak didominasi plankton merugikan seperti dinoflagellata atau blue-green alga.