Ekuador mencatatkan total kenaikan ekspor 108.900 ton atau senilai 611 juta US dolar pada 2018. Pertumbuhan jumlah produksi dibandingkan tahun 2017 yaitu sekitar 16%. Tahun 2019 diprediksi produksi hingga 515.000 ton. Jumlah ini adalah jumlah total dari berbagai jenis udang. Permintaan utama yaitu udang dengan size 20-30, 30-40, dan 40-50. Harga cukup dipengaruhi oleh permintaan dari China, Amerika, dan Eropa sebagai negara tujuan ekspor.1 US dolar = Rp 14.000,00
Dari asia tenggara ada Vietnam sebagai negara dengan hasil utama udang vaname. Produksi tahun 2018 mencapai 800.000 ton atau naik 10,6% dari tahun 2017. Tahun ini diperkirakan nilai ekspor mencapai 4 miliar US dolar.
Pada tahun 2018 India mencatatkan ekspor sebesar 615.000 ton atau naik 8% dari 2017 tetapi dari segi nilai turun dari 4,9 miliar US dolar pada 2017 menjadi 4,7 miliar US dolar. 40% diekspor ke US, 22% ke Vietnam, 13% ke Uni Eropa, 7% ke China, dan sisanya ke negara-negara lain.Dibandingkan negara diatas Indonesia termasuk kalah jauh dalam jumlah produksi. Ekspor udang Indonesia tahun 2018 diperkirakan 190.000 ton, lebih tepatnya dari jenis udang vaname sebesar 110.000 ton atau senilai 930 juta US dolar.
Bangladesh mayoritas membudidayakan udang Penaeus monodon (udang windu) dan Macrobrachium rosenbergii (udang galah). Produksinya mencapai 18.376 ton pada 3 kuartal awal 2018. Namun, ada kemungkinan introduksi udang vaname ke Bangladesh sebagai tantangan dan kesempatan baru antara Bangladesh dan Uni Eropa.
Pada dasarnya harga udang di beberapa negara di atas relatif sama dengan Indonesia pada size udang yang sama. Fluktuasi harga diduga dipengaruhi oleh permintaan dari negara pengimpor. Jika konsumsi di negara pengimpor udang seperti Amerika, China, Jepang, dan negara-negara Uni Eropa sedang tinggi maka permintaan udang juga tinggi sehingga dapat turut mendongkrak harga udang. Stok udang melimpah dan adanya panen raya yang bersamaan juga dapat mempengaruhi harga udang menjadi turun.