Sebagai negara dengan potensi yang besar untuk produksi udang, Indonesia perlu meningkatkan daya saing udangnya di pasar global. Kualitas udang di pasar global menuntut standar tinggi, salah satunya adalah mencari adanya sertifikasi tambak. Selain tuntutan pasar, sertifikasi tambak juga diperlukan untuk menjaga keberlanjutan budidaya dari berbagai aspek.
Selain itu, adanya sertifikasi juga memberi nilai tambah yang mencerminkan kualitas hasil panen, sistem budidaya yang baik dan ramah lingkungan, hingga proses pengolahan limbah yang berkelanjutan. Adapun salah satu sertifikasi penting bagi tambak udang adalah sertifikasi ASC.
Apa itu sertifikasi ASC dan apa manfaatnya bagi petambak?
Sertifikasi ASC (Aquaculture Stewardship Council) adalah sertifikasi yang diberikan oleh organisasi nirlaba internasional dengan nama yang sama. Sertifikasi ini diberikan bagi tambak perikanan budidaya untuk 12 spesies termasuk salmon, trout, udang, dan tilapia yang menerapkan standar budidaya ketat dan bertanggung jawab serta meminimalisir dampak negatif lingkungan dan sosial.
Sertifikasi ini tidak diberikan langsung oleh ASC sendiri, tapi melalui Conformity Assessment Bodies (CAB) atau badan independen yang melakukan audit ke tambak untuk mengecek apakah persyaratan sertifikasi ASC sudah dipenuhi. Petambak harus mencari dan menghubungi sendiri CAB untuk diundang ke tambak. ASC kemudian menentukan tanggal kunjungan CAB untuk audit ke tambak.
Untuk mendapat sertifikasi ASC, tambak harus melalui pengujian performa yang ketat dan memenuhi berbagai persyaratan untuk kriteria seperti:
Budidaya harus meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan sekitar dengan beberapa cara, misalnya dengan melakukan restorasi parsial pada hutan bakau dan memilih lokasi di zona green belt.
Budidaya harus menggunakan pakan dengan ketelusuran yang jelas dari sumber yang bertanggung jawab dan bersertifikasi.
Budidaya harus rutin mengukur parameter kualitas air (nitrogen, fosfor, DO, dll.) untuk memastikan bahwa nilainya sesuai dengan batas yang ditentukan. IPAL harus sesuai dengan persyaratan ketat.
Budidaya harus meminimalisir penyebaran penyakit, misalnya dengan penggunaan benur bebas patogen (SPF). Tambak harus memiliki survival rate (SR) tinggi.
Tambak harus memiliki lingkungan kerja yang aman, adil, dan setara dengan upah yang layak dan jam kerja yang diregulasi.
Setelah mendapat sertifikasi, tambak juga tetap diaudit secara rutin untuk memastikan tambak tetap memenuhi persyaratan ASC.
Sertifikasi ASC bertujuan mentransformasi industri budidaya perikanan agar bertumpu pada keberlanjutan lingkungan dan sosial. Ini memerlukan sinergi yang baik antara eksportir, pembudidaya, maupun pemerintah. Meskipun belum dijadikan sertifikasi wajib dalam pasar ekspor, sertifikasi ini turut menjadi pembangun citra dan pendongkrak daya saing produk udang Indonesia.
Berikut beberapa manfaat memiliki sertifikasi ASC:
- Mutu yang lebih terjamin dan terpercaya
- Peningkatan bisnis
- Peningkatan reputasi
- Perlindungan mata pencaharian
- Menjamin pasar yang sudah ada
- Akses ke pasar baru, khususnya ekspor
- Peluang untuk promosi
Tantangan tambak udang Indonesia dalam memperoleh sertifikasi
Meski memiliki sertifikasi ASC mendatangkan berbagai manfaat bagi petambak dan industri udang Indonesia secara keseluruhan, petambak udang Indonesia masih menghadapi kesulitan untuk memperoleh sertifikasi ASC maupun yang lainnya. Sebagai contoh, saat ini standar budidaya Indonesia di berbagai daerah berbeda, baik dari segi padat tebar, kualitas benur, praktik biosekuriti, dan berbagai aspek lainnya.
Standar ASC memperkenalkan praktik ramah lingkungan dan tata kelola budidaya tambak yang baik, yang mungkin masih sulit dipenuhi petambak Indonesia khususnya yang berbudidaya pada level tradisional.
Dengan manajemen tambak yang baik dan praktik berbudidaya yang produktif berkelanjutan, petambak Indonesia dapat selangkah lebih dekat untuk memperoleh sertifikasi ASC dan bersaing di pasar global.