Budidaya udang tidak terlepas dari plankton yang tumbuh di air kolam budidaya. Plankton akan tumbuh dengan subur seiring dengan meningkatnya bahan organik yang digunakan sebagai sumber nutrisi bagi plankton. Bahan organik terakumulasi dari sisa pakan, feses udang, dan jasad plankton mati. Semakin melimpahnya plankton terdapat beberapa manfaat bagi budidaya berupa pengaturan pH air tambak cenderung stabil, oksigen terlarut (DO) tercukupi, dan makanan alami bagi udang pada awal masa budidaya.
Namun melimpahnya plankton harus dibatasi jumlahnya, apabila sampai terjadi blooming plankton akan berdampak pada budidaya udang. Antara lain nafsu makan udang terganggu, memicu munculnya penyakit, bahkan sampai kematian udang. Di sisi lain jumlah plankton yang sedikit ditandai dengan kecerahan meningkat berdampak pada nafsu makan menurun dan terganggunya stabilitas kualitas air. Sehingga perlu adanya pengendalian jumlah plankton untuk menjaga keseimbangan ekosistem di perairan tambak. Langkah-langkah yang dapat dilakukan berupa:
- Rutin melakukan pergantian air kolam.
- Menentukan dosis dan jadwal tebar bahan perlakuan untuk meningkatkan plankton seperti kapur, bakteri dan hasil fermentasi sesuai dengan kebutuhan.
- Manajemen pakan yang terkontrol, sehingga tidak banyak bahan organik yang menumpuk di perairan tambak.
- Rutin pembersihan dasar kolam dengan cara siphon.
- Perlu adanya suatu alat untuk mengukur parameter kualitas air yang dapat menunjukkan kelimpahan plankton di perairan.
Fluktuasi pH pagi-sore dan oksigen terlarut (DO) merupakan parameter yang dapat menggambarkan kelimpahan plankton di perairan. Alat ukur JALA (Baca artikel sebelumnya: Jala Baruno) mampu mengukur parameter tersebut sehingga dapat memberikan informasi tentang pH dan DO, selain itu alat ukur JALA juga mampu mengukur parameter suhu dan salinitas perairan tambak menggunakan satu alat sekaligus.