Cerita Petambak

Bukan Kini, Tapi Nanti

Wildan Gayuh Zulfikar
Wildan Gayuh Zulfikar
18 September 2019
Bagikan artikel
bukan-kini-tapi-nanti.jpg

JALA kembali mendapat kesempatan mendengarkan pengalaman petambak udang vaname. Kali ini berasal dari tambak yang berlokasi di Bantul, D.I. Yogyakarta tepatnya di pesisir pantai Pandansimo. Salah satu dari sekian banyak tambak, kami menemui Mas Angga yang juga telah bergabung dalam komunitas Smart Farming JALA sebelumnya.

Tambak yang dikelola Mas Angga memiliki total luas 1 hektar, terdiri dari 8 kolam budidaya dan 3 kolam tandon. Mas Angga mulai menggeluti budidaya udang sejak tahun 2009. Mengawali sebagai asisten teknisi kemudian melalui proses belajar akhirnya bisa dipercaya sebagai teknisi dan mengelola total 11 kolam.

Dalam hal budidaya, Mas Angga dipercaya penuh untuk manajemen tambaknya oleh sang pemilik modal. Manajemen budidaya ini diperoleh dari serangkaian pendampingan yang diperoleh dari beberapa perusahaan pakan dan pengalamannnya di lapangan. Kepercayaan itu dimanfaatkan oleh Mas Angga untuk terus belajar dan mencari pengalaman lebih.

Mas Angga dan Mas Ganang
Ganang, Tim JALA (berdiri setengah menunduk) & Mas Angga (baju kuning-abu)

Mas Angga sebagai personal yang terbuka untuk belajar hal baru dan juga tidak ragu berbagi yang diketahui dengan siapapun. Tidak ada kerahasiaan dalam budidayanya. Mas Angga menyampaikan bahwa "Budidaya sudah susah kalau terus menutup diri nanti bisa makin susah".

Selama ini metode budidaya yang digunakan belum tetap, bisa berganti tiap siklusnya karena tantangan dan masalah yang dihadapi biasanya juga berubah. Awalnya mengikuti pendampingan dari salah satu perusahaan pakan, dari situ Mas Angga mendapat langkah-langkah budidaya dan beberapa takaran lengkap tentang produk yang diaplikasikan selama budidaya. Saat ini sudah tidak mendapat pendampingan secara intens, mengandalkan bekal pengalaman dan sering berdiskusi ke sesama teknisi tambak. Hingga saat ini Mas Angga terus mencari metode terbaik untuk budidaya udang.

Mas Angga menuturkan, saat ini produktivitas tambaknya turun. Kepadatan atau densitas tebar udang tidak bisa setinggi dahulu yang bisa mencapai 200 individu/m². Hasil panen akhirnya juga ikut turun bersamaan dengan hadirnya masalah lain yang bermunculan, misalnya penyakit, kualitas sumber air, dan lain-lain. Menyadari hal tersebut maka Mas Angga sering melakukan improvisasi metode budidaya agar dapat memperbaiki hasil panen di siklus berikutnya.

Mas Angga berkenalan dengan JALA sejak awal 2019, dan kini terlihat cukup terampil dalam mempraktekkan penggunaan aplikasi mobile JALA. Beberapa kemudahan dirasakan setelah 2 siklus menggunakan aplikasi mobile Jala, diantaranya dalam pencatatan pakan, umur budidaya (DoC), dan kualitas air. "Terutama kalau diminta oleh owner menjelaskan keadaan tambak cukup dengan menampilkan data menggunakan smartphone dapat menjelaskan semua hal tentang jalannya budidaya. Udah gak perlu bawa kertas-kertas catatan dan kita juga gak tentu inget semua, lebih ribet mas" imbuh Mas Angga.

Manfaat lain yang didapat setelah mengenal Jala antara lain, adanya rekomendasi untuk menjaga kualitas air, Kabar Udang, Informasi Penyakit Udang, dan Harga Udang, serta konsultasi dengan tim Jala yang sigap diajak berdiskusi.

Memang saat ini Mas Angga belum merasakan adanya peningkatan produktivitas budidaya dalam hal hasil panen maupun keuntungan finansial selama menggunakan Jala. Tapi Mas Angga yakin bahwa dengan adanya JALA, kini dapat mendokumentasikan data siklus budidayanya. Data itu kemudian dapat membantu menilai keberhasilan budidaya antar siklus, lengkap dengan histori datanya (pakan, biomassa udang, kualitas air, dll). Pada akhirnya akan membantu mengambil keputusan dan strategi untuk siklus berikutnya.

Ikuti Berita Terbaru JALA

Dapatkan pemberitahuan tips budidaya, update fitur dan layanan, serta aktivitas terkini JALA.