Melihat faktor-faktor yang mempengaruhi potensi budidaya udang
Budidaya udang saat ini dipandang menjanjikan oleh banyak orang. Hal ini dikarenakan udang menjadi salah satu komoditas yang banyak diminati oleh pasar global. Sebagai salah satu eksportir komoditas perikanan, Indonesia cukup berkontribusi dalam pasar udang dunia. Indonesia mampu memenuhi pasar udang dunia sebesar rata-rata 6,9 persen selama tahun 2015–2020.
Modal dan biaya produksi tambak udang memang tidak sedikit. Namun, margin keuntungan dari harga jual udang ke pasaran ternyata cukup menjanjikan. Petambak dapat meraup keuntungan minimal 30 persen dari budidaya udang.
Meskipun keuntungan yang ditawarkan cukup menjanjikan, bisnis tambak udang tidak lepas dari beberapa risiko. Risiko tersebut mengancam bisnis tambak udang dalam bentuk infeksi penyakit dan cuaca. Infeksi penyakit yang mengintai tambak udang dapat mengarah pada terjadinya kematian massal. Jika dibiarkan, hal ini akan merugikan petambak.
Meski risiko mengintai, petambak dapat melakukan langkah antisipasi untuk mencegahnya, salah satunya dengan mempersiapkan asuransi budidaya. Asuransi akan menanggulangi risiko, kerugian, hingga kegagalan budidaya. Dengan adanya asuransi, petambak memiliki rasa aman dalam menjalankan bisnis tambak udang.
Langkah antisipasi pencegahan risiko budidaya juga didukung oleh beberapa faktor. Pelaku utama faktor-faktor tersebut tidak lain adalah pemerintah dan masyarakat. Berikut beberapa faktor yang menjadi alasan mengapa budidaya udang dianggap menjanjikan.
Revitalisasi tambak dan peningkatan ekspor budidaya udang
Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan perikanan (KKP) memberi dukungan terhadap program revitalisasi tambak udang. Sasaran dari program revitalisasi yang dimaksud adalah tambak-tambak udang tradisional. Ketimbang membuka lahan baru untuk tambak udang, KKP lebih mengutamakan untuk mengadakan program revitalisasi. Selain revitalisasi, pemerintah juga mendukung peningkatan ekspor udang.
Angka permintaan ekspor dan konsumsi ikan terus naik
Dukungan pemerintah terhadap peningkatan ekspor udang nasional tentu bukan tanpa alasan. Keinginan tersebut didasarkan pada tren permintaan ekspor udang yang juga meningkat. Selain permintaan ekspor, angka konsumsi ikan juga terus meningkat. Kedua fenomena ini menunjukkan bahwa industri perikanan mendapat lampu hijau dalam kancah pasar global.
Potensi keuntungan dari setiap kilogram udang cukup besar
Harga udang cenderung fluktuatif atau dapat berubah sewaktu-waktu karena bergantung pada kapasitas produksi dan permintaan. Meski demikian, harga udang vaname ternyata masih cukup menjanjikan bagi produsen. Harga yang menjanjikan ini akan mengarah pada potensi keuntungan yang cukup besar.
Skema investasi atau kerja sama budidaya udang semakin meningkat
Akhir-akhir ini, perusahaan rintisan yang menawarkan jasa investasi di tambak udang semakin banyak. Kehadiran perusahaan-perusahaan ini menjadi salah satu faktor yang membuat tambak udang semakin populer dan menjadi alternatif investasi. Model bisnis yang ditawarkan juga bermacam-macam, tidak terkecuali skema kerja sama dalam manajemen dan operasional tambak.
Skema kerja sama tersebut dapat ditemukan di JALA. Petambak tidak perlu khawatir saat menjalankan budidaya karena JALA akan memberi pendampingan mulai dari pra produksi, produksi, hingga pasca produksi. Mulai dari akses pendanaan, konsultasi dengan ahli, penerapan teknologi, hingga akses pasar yang luas, semuanya bisa didapatkan bersama JALA. Tidak hanya itu, dapatkan rasa aman dengan bekerja sama dengan JALA karena JALA menyediakan asuransi dengan premi bervariasi.
Apakah Anda tertarik untuk terjun ke budidaya udang? Mulai pengelolaan tambak udang Anda bersama kemitraan KSO JALA. Hubungi 0813-2551-4194 untuk informasi selengkapnya.