Industri Udang

Dari Hewan Liar Jadi Budidaya Menguntungkan: Sejarah Budidaya Udang

Sriono
Sriono
4 Januari 2024
Bagikan artikel
Cover - Domestifikasi Udang Vaname.webp

Dewasa ini dapat dikatakan bahwa kegiatan budidaya udang merupakan salah satu bidang budidaya yang memiliki perkembangan paling pesat. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya permintaan pasar dunia terhadap kebutuhan akan udang yang mendorong terciptanya inovasi-inovasi baru guna meningkatkan produktivitas budidaya udang. Bagaimana awal mula munculnya kegiatan budidaya udang?

Awal munculnya kegiatan budidaya udang

Budidaya udang sebenarnya telah dilakukan sejak beberapa abad lalu di benua Asia, tepatnya di India, Bangladesh, dan Vietnam. Pada masa itu, komoditas udang diproduksi dengan menjebak benih udang liar ke kolam pasang surut yang berada di sekitar pantai. Kemudian kegiatan budidaya tersebut mulai dikembangkan ke daerah persawahan padi yang berada tidak jauh dari tepi pantai.

Pada saat musim kemarau ketika padi sudah dipanen, sawah tersebut diairi dengan air sungai yang memiliki salinitas tinggi di musim kemarau. Kemudian, benih udang liar yang telah ditangkap dari daerah muara sungai atau pantai ditebar di sawah tersebut. Sistem budidaya ini bertahan cukup lama hingga abad ke-20. Namun, kurangnya kegiatan pembenihan dan keterbatasan benih udang liar memunculkan masalah ketersediaan benih yang tidak berkelanjutan. Secara alami, udang juga hanya memijah pada musim tertentu. Hingga pada tahun 1934, Dr. Motosaku Fujinaga dari Prefektur Yamaguchi di Jepang membuat gebrakan besar dalam dunia budidaya udang.

Siapa sosok Motosaku Fujinaga?

Dr. Motosaku Fujiga yang dikenal juga sebagai Dr. Hudinaga memiliki latar belakang sebagai seorang ahli ichthyology (ilmu hewan khususnya ikan) di Universitas Tokyo. Ia tercatat sebagai orang pertama yang sukses melakukan upaya domestikasi udang. Fujinaga memulai dengan melakukan pengamatan perilaku udang Penaeus japonicus atau yang dikenal dengan sebutan udang kuruma yang sedang memijah di alam.

Fujinaga kemudian mencoba mengimplementasikan hasil pengamatannya dengan melakukan pemijahan udang kuruma di laboratorium. Ia membuat tempat pemijahan yang memiliki kondisi parameter menyerupai tempat berpijahnya udang kuruma di alam. Penelitiannya di tahun 1934 tersebut menuai kesuksesan dengan berhasil membenihkan udang kuruma meskipun hanya mampu membesarkan udang kuruma hingga fase mysis saja. Dalam pembesarannya, ia mencoba menggunakan berbagai jenis fitoplakton, terutama diatom (Skeletonema kostantum) sebagai pakan.

Di tahun 1940, ia akhirnya berhasil membesarkan udang tersebut hingga usia dewasa. Ia kemudian menulis tesis pada tahun 1942 yang berjudul “Reproduction, development and rearing of Penaeus japonicus Bate” (“Reproduksi, pengembangan dan pembesaran Penaeus japonicus”) yang menunjukkan dedikasinya untuk memperluas pengembangan budidaya udang di dunia internasional.

Penemuan dan inovasi dari Dr. Motosaku Fujinaga

Selain sukses memprakarsai upaya domestikasi udang, Fujinaga juga berhasil menghasilkan berbagai temuan dan inovasi yang sangat penting dalam bidang yang berhubungan dengan budidaya udang. Meskipun penelitian Dr. Fujinaga sempat terhenti akibat adanya perang dunia kedua, dalam kurun waktu dua dekade kemudian bersama rekan-rekannya ia berhasil mengembangkan berbagai macam teknik yang dipakai dalam budidaya udang, di antaranya:

1. Menemukan ide konstruksi dan material kolam untuk budidaya udang - Dr. Fujinaga berkontribusi besar dalam menemukan material terbaik untuk pipa, katup, dan konstruksi kolam. Penemuannya sangat berguna karena dapat meminimalkan korosi air laut dan toksisitas dari logam dan plastik. Ia dan timnya juga berhasil merancang tempat pemijahan dan penetasan udang kuruma menggunakan tangki ukuran besar yang dirancang dengan rumit. Pada tahun 1963, Fujinaga sukses mengembangkan kolam semi-intensif di bekas tambak garam yang telah terbengkalai.

2. Teknologi aerasi gelembung halus - Hasil penelitian Fujinaga mengungkapkan bahwa penggunaan aerasi dengan ukuran gelembung yang lebih kecil atau halus lebih efisien. Hal tersebut disebabkan karena gelembung halus dapat bertahan lebih lama di dalam air. Selain itu, gelembung halus juga lebih cepat berdifusi dengan air sehingga lebih efektif dalam proses oksigenasi dan pengadukan perairan.

3. Mengembangkan teknik pemberian makan - Dr. Fujinaga dalam proyek penelitiannya mencoba menggunakan berbagai macam jenis pakan alami yang digunakan untuk memberi makan udang kuruma. Ia mencoba menggunakan spesies diatom, rotifer, artemia, dan jenis plankton lainya serta menggunakan daging kerang sebagai pakan. Ia mengungkapkan bahwa artemia adalah makanan yang paling cocok untuk fase mysis dan fase awal pascalarva, dan daging kerang batik untuk fase akhir postlarva.

4. Mengemukakan teknik pengemasan dan pengangkutan benih udang - Dr. Fujinaga juga meneliti tentang teknik pengemasan dan pengangkutan atau pendistribusian benih udang. Ia merancang teknik pengiriman benih udang dalam media air laut yang memiliki kadar oksigen tinggi dan dalam keadaan suhu yang rendah. Teknik tersebut dapat mengurangi jumlah mortalitas benih udang yang terjadi ketika proses pengiriman.

Fujinaga juga melakukan berbagai pelatihan kepada puluhan mahasiswa, teknisi dan peneliti dari penjuru dunia tentang metode budidaya yang ia kembangkan, salah satu didikannya yang paling sukses adalah I. Chiu Liao dari Taiwan yang berkontribusi besar dalam pengembangan budidaya udang windu. Selain itu, melalui pelatihannya metode budidaya udang yang dikembangkan Fujinaga juga sukses dikembangkan di Amerika dan Taiwan. Dengan kontribusinya yang begitu besar di bidang budidaya udang, Dr. Motosaku Fujinaga dianggap sebagai “Bapak Budidaya Udang Dunia”.

Referensi

Chamberlain, G. W. 2010. History of shrimp farming. The Shrimp Book Nottingham University Press, United Kingdom, 1-34.

Tentang Penulis

Penulis memiliki latar belakang sebagai anak dari seorang petambak udang vaname. Penulis juga lahir dan dibesarkan di daerah penghasil udang vaname di Lamongan. Selain itu penulis juga merupakan mahasiswa aktif semester 7 Program Studi Akuakultur Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.

Ikuti Berita Terbaru JALA

Dapatkan pemberitahuan tips budidaya, update fitur dan layanan, serta aktivitas terkini JALA.