Udang terus menjadi salah satu komoditas utama perikanan di Indonesia. Pada tahun 2021 lalu, produksi udang di Indonesia mencapai 1,21 juta ton. Metode budidaya udang di Indonesia pun telah berkembang dari waktu ke waktu, mulai dari tipe tradisional hingga intensif, dengan tujuan meningkatkan produksi budidaya. Seperti apa tren metode budidaya udang di Indonesia?
Perbedaan metode budidaya berdasarkan tipe budidaya
Budidaya tradisional adalah tipe budidaya yang paling kuno, menggunakan benur udang yang berasal dari alam, sehingga pasokannya tidak menentu karena tergantung pada musim. Padat tebar dalam budidaya tradisional pun sangat rendah, yaitu sekitar 8 ekor/m², dengan fasilitas yang sangat minim.
Satu tingkat di atas budidaya tradisional, terdapat budidaya dengan sistem semi intensif. Budidaya ini memiliki fasilitas yang lebih lengkap, seperti pompa dan kincir air untuk mengelola aliran air tambak, pintu keluar dan masuk untuk pertukaran air, persiapan kolam, dan fasilitas panen. Padat tebar untuk sistem budidaya ini juga lebih tinggi, yaitu sekitar 70 ekor/m².
Untuk produksi yang lebih tinggi, terdapat tipe budidaya intensif. Pada budidaya ini, benur udang dibesarkan di hatchery, dengan padat tebar tinggi 110 ekor/m². Selain itu, pakan yang diberikan biasanya sudah diformulasikan secara khusus untuk mendukung pertumbuhan udang. Terdapat juga fasilitas aerasi seperti kincir air, blower, dan pompa serta pengelolaan air secara intensif.
Keterlibatan teknologi dalam setiap tipe budidaya
Melihat dari perbedaan tipe budidaya di atas, tentu masing-masing tipe budidaya memiliki tingkat keterlibatan teknologi yang berbeda-beda. Pada budidaya tradisional tidak ada teknologi yang diterapkan, karena budidaya masih tergantung pada alam. Beralih ke tipe semi intensif, mulai ada masukan teknologi seperti penggunaan kincir dan aplikasi pencatatan pakan. Pada tipe intensif dan super intensif, digunakan teknologi kincir untuk mencukupi kebutuhan DO, aplikasi pencatatan data untuk pencatatan pakan, kualitas air, dll, dan beberapa di antaranya pun menggunakan autofeeder untuk pemberian pakan lebih efisien.
Tren teknologi untuk mengukur kualitas air
Kualitas air merupakan aspek krusial dalam budidaya udang. Mengukur kualitas air secara rutin dapat memastikan bahwa kualitas air terjaga dengan baik. Beberapa parameter kualitas air yang paling penting untuk diukur di antaranya suhu, pH, DO, dan salinitas.
Setiap petambak memiliki metode yang berbeda-beda dalam mengukur kualitas air. Dahulu, petambak hanya menggunakan insting atau perasaan dalam mengukur kualitas air. Namun, cara ini tidak akurat dan tidak dapat menjadi acuan yang kuat untuk mengetahui kualitas air.
Kemudian, tren teknologi mulai bergerak ke arah alat ukur manual, yaitu alat yang hanya mengakomodasi satu parameter, seperti pH meter untuk pH, refraktometer untuk salinitas, dan termometer untuk suhu. Namun, seiring dengan kemajuan teknologi, sudah terdapat alat ukur multi-parameter atau mengukur beberapa parameter sekaligus. Ini tentunya sangat memudahkan petambak karena mereka tidak perlu menyediakan banyak alat ukur, serta lebih menghemat waktu.
Salah satu alat ukur multi-parameter yang dapat digunakan petambak adalah JALA Baruno. Selain lebih praktis karena mengukur suhu, pH, DO, dan salinitas sekaligus, data yang terukur juga terintegrasi ke aplikasi JALA App sehingga petambak dapat melihatnya kapan saja dan di mana saja.
Pelajari selengkapnya tentang JALA Baruno
Tren teknologi untuk pemberian pakan
Dalam budidaya udang, pemberian pakan merupakan salah satu aspek penting. Selain untuk mendukung pertumbuhan udang, pemberian pakan juga memakan biaya operasional terbesar, yaitu 50–70% dari total keseluruhan biaya per siklus. Sayangnya, seringkali pakan yang diberikan tidak habis dimakan oleh udang sehingga terkumpul di dasar kolam dan menyebabkan plankton bloom.
Metode pemberian pakan terbagi menjadi dua, yaitu penebaran manual dan dengan autofeeder. Dengan penebaran manual, pakan ditebar langsung tanpa peralatan apapun. Namun, metode ini dinilai tidak efisien karena tidak semua pakan akan termakan, selain itu juga membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah besar.
Karena itu, sekarang telah dikembangkan teknologi autofeeder untuk mengoptimalkan pemberian pakan. Autofeeder adalah teknologi untuk memberi pakan secara otomatis dengan jumlah, jarak, dan frekuensi yang teratur. Efisiensi pakan pun menjadi lebih baik.
Baca juga: Solusi Efisiensi Pakan
Tren teknologi untuk pencatatan data budidaya
Dalam budidaya udang, khususnya budidaya semi intensif ke atas, jumlah pakan, kualitas air, pertumbuhan udang, dan pemberian perlakuan adalah data berharga yang dapat dikumpulkan dan dirangkai menjadi informasi penting. Dengan rajin mencatat data budidaya, data dapat terdokumentasi dengan baik dan memudahkan pengambilan keputusan budidaya. Pencatatan data juga memudahkan perbandingkan kondisi budidaya antar siklus, antar kolam, hingga antar tambak.
Pada umumnya, petambak menggunakan buku atau log book untuk mencatat data budidaya secara manual. Seiring dengan perkembangan teknologi, kini cukup umum juga untuk menggunakan media digital seperti Microsoft Excel atau aplikasi pencatatan lainnya.
Untuk semakin mempermudah petambak dalam pencatatan data, JALA juga memiliki aplikasi JALA App untuk mencatat dan memantau progress budidaya secara real-time. JALA App dapat diakses di web maupun mobile sehingga sangat memudahkan petambak untuk mencatat data budidaya mereka, bahkan mencakup lebih dari 40 parameter. Data hasil pengukuran pada JALA Baruno juga dapat dikirim ke aplikasi sehingga petambak dapat melihatnya kapan saja dan di mana saja.
Pelajari selengkapnya tentang JALA App
Dari berbagai metode budidaya yang ada, sebaiknya pilih metode yang paling sesuai dengan target produksi sambil tetap mengacu pada cost yang dimiliki. Selama berjalannya budidaya, sangat penting untuk melakukan pengukuran dan pencatatan rutin untuk memberikan wawasan yang jelas seputar tambak agar selalu dapat mengambil keputusan yang tepat.