Penyakit bakterial pada budidaya udang adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen. AHPND, penyakit berak putih atau WFD, Vibriosis, dan black spot disease adalah penyakit yang termasuk dalam penyakit bakterial dan sama-sama disebabkan oleh bakteri Vibrio.
Penyakit bakterial pada udang
AHPND
Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND) atau dikenal juga sebagai Early Mortality Syndrome (EMS) adalah penyakit bakterial yang disebabkan Vibrio parahaemolyticus. Selain bakteri, AHPND juga dapat disebabkan oleh pemberian pakan secara berlebihan, kualitas pakan, benur, dan air yang buruk, serta blooming alga. Udang yang terinfeksi AHPND akan menunjukkan beberapa tanda fisik, di antaranya hepatopankreas memucat, mengecil, dan tidak mudah hancur, cangkang lunak, usus kosong, serta munculnya bintik atau strip hitam di hepatopankreas.
White Feces Disease
Kualitas air yang menurun dan sisa pakan yang menumpuk menyebabkan munculnya senyawa organik di tambak, kemudian memicu serangan penyakit White Feces Disease (WFD) atau berak putih. Penyakit ini ditandai oleh munculnya berak putih memanjang di kolam. Dampak WFD pada fisik udang adalah pengelupasan kulit dan keberadaan parasit berbentuk cacing di dalam usus. Penyakit berak putih dapat menurunkan efisiensi pakan, menghambat pertumbuhan udang, dan menurunkan survival rate secara cukup signifikan.
Vibriosis
Penyakit Vibriosis adalah penyakit akibat infeksi bakteri Vibrio. Udang yang terinfeksi bakteri Vibrio akan memendarkan cahaya halogen. Penyakit ini juga lebih sering menyerang larva udang dibandingkan udang dewasa dan umumnya menginfeksi ketika larva sedang dalam kondisi stres.
Black Spot Disease
Black Spot Disease disebabkan oleh Vibrio anguillarum yang dapat menyebar di perairan. Sesuai namanya, terdapat bercak hitam dan warna kecoklatan pada karapas udang yang terserang penyakit ini. Faktor penyebab lainnya adalah kualitas air yang buruk dan sisa pakan organik yang tinggi di dasar kolam. Pada umumnya, penyakit ini juga terjadi saat pasca panen.
Siklus hidup penyakit bakterial dalam budidaya udang
Bakteri hidup di lingkungan dengan memanfaatkan nutrisi dari bahan organik. Kemudian, penyakit bakterial sendiri dapat menginfeksi udang di tambak melalui air yang disedot untuk suplai air kolam. Selain air, penyakit bakterial juga dapat masuk melalui lumpur, benih kepiting dan udang liar, crustacea, dan mollusca yang ikut tersedot bersama air.
Penyakit bakterial kemudian berkembang di tambak dengan memanfaatkan bahan organik dari sedimen tambak yang berasal dari feses udang, sisa pakan, dan plankton yang mati. Ketika mencapai quorum sensing, penyakit bakterial mulai dapat menginfeksi udang.
Udang yang mati, sedimen, serta air yang telah mengandung penyakit bakterial dan langsung dibuang ke perairan sekitar tambak tanpa dikelola terlebih dahulu akan membahayakan lingkungan. Buangan tersebut berpotensi merubah kondisi ekologis lingkungan serta membuat benih penyakit bakterial berkembang lebih banyak di lingkungan.
Mencegah penyakit bakterial masuk ke tambak udang
Jika sudah sangat parah dan tidak segera ditangani, siklus penyakit bakterial akan terus berputar dan berisiko mengakibatkan kematian pada udang. Oleh karena itu, rantai permasalahan tersebut harus diputus.
Tindakan pencegahan yang bisa dilakukan petambak adalah kontrol biosecurity, sirkulasi air secara rutin, pengelolaan air buangan tambak, dan penerapan treatment pada air sebelum digunakan untuk berbudidaya. Petambak juga dapat meminimalisir akumulasi bahan organik di tambak dengan cara mengelola pemberian pakan sesuai dengan populasi udang dan potensi pertumbuhannya.