Tips Budidaya

Mempelajari Tindakan Praktis dalam Menghadapi Penyakit Udang di SHRIMPS TALK #10

Vanessa
Vanessa
28 September 2023
Bagikan artikel
Cover - Shrimps Talk #10.jpg

Serangan penyakit udang merupakan salah satu musuh terbesar petambak. Untuk menjalankan budidaya udang dengan produktif berkelanjutan, diperlukan tindakan praktis untuk mengenal dan menanggulangi penyakit udang sebelum terlambat. Untuk membekali petambak dengan wawasan yang dibutuhkan terkait menghadapi penyakit udang, JALA mengadakan mengadakan webinar online SHRIMPS TALK pada 27 September 2023 lalu.

SHRIMPS TALK ke-10 ini dihadiri oleh dua narasumber yaitu Mila Ayu Ambarsari, S.Pi., M.Si. (Laboratory Analyst Shrimp Club Indonesia) yang membawakan topik Pengelolaan Kualitas Air sebagai Strategi Preventif Penyakit Udang, dan Prof. Dr. Esti Handayani Hardi, S.Pi., M.Si. (Guru Besar Fakultas Perikanan dan ilmu Kelautan Universitas Mulawarman & Bendahara MAI) yang membawakan tentang Diagnosa Dini dan Karakterisasi Penyakit Udang. Ada 89 audiens yang mengikuti webinar ini.

Pengelolaan Kualitas Air sebagai Strategi Preventif Penyakit Udang

st10-1.png Dalam presentasinya, Ibu Mila memaparkan bahwa jenis penyakit udang dipengaruhi oleh dinamika plankton yang tidak menguntungkan, sehingga berpengaruh negatif pada pertumbuhan udang. Untuk itu, petambak harus memahami dinamika kolam dengan monitoring kualitas air secara rutin sebagai "early warning indicator" untuk penyakit udang.

Sebagai wadah atau media utama pertumbuhan udang, air perlu diolah dengan baik dan diukur dengan tepat. Jika pengukurannya salah, data yang diambil menjadi salah dan dapat menyebabkan petambak memilih perlakuan yang kurang tepat bagi kolamnya.

Untuk menerapkan sistem monitoring yang tepat, petambak perlu menentukan parameter kualitas air yang ingin dijadikan prioritas. Parameter seperti pH, DO, suhu, dan salinitas perlu dicek secara rutin. Terdapat juga parameter yang hanya perlu dicek secara periodik (minimal 1 minggu 3x), seperti alkalinitas, ammonium, dan bakteri. Kemudian, tentukan alat dan cara mengukur, pastikan alat sudah dikalibrasi dengan benar. Kemudian, lakukan evaluasi dan pemantauan kembali secara berkala untuk memastikan parameter tetap pada range yang seharusnya.

Dalam hal penyakit udang, penyakit dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan dinamika plankton, udang, dan mikroba. Untuk mendeteksi penyakit sedari dini, diperlukan pengamatan rutin dan cek lab secara akurat. Misalnya, penyakit EHP dapat diindikasikan dari ADG yang tidak ideal dan ukuran hepatopankreas yang kecil.

Ibu Mila juga membagikan bahwa semua tahap sepanjang budidaya, mulai dari persiapan lahan, air, blind treatment, hingga pemeliharaan selama budidaya, semua berperan penting untuk memastikan kesuksesan budidaya. Selain monitoring kualitas air, carrying capacity dan biosecurity juga perlu dijaga agar budidaya produktif berkelanjutan.

Data laboratorium dan kualitas air dapat berbicara apabila di-monitor dengan rutin. Lakukan evaluasi dari siklus ke siklus, dan biasakan untuk tidak lagi berbudidaya dengan insting, tapi dengan berbasis data.

Diagnosa Dini dan Karakterisasi Penyakit Udang

st10-2.png Pada sesi berikutnya, Prof. Esti membagikan bahwa patogen adalah salah satu penyebab masalah terbesar dalam budidaya udang. Kematian yang disebabkan oleh patogen mencapai 30-80%. Beberapa strategi penanggulangan yang dapat dilakukan petambak, yang pertama adalah memperkuat udang agar dapat bertahan terhadap fluktuasi lingkungan yang buruk dan stres melalui pemberian nutrisi dan immunostimulan, meningkatkan kesehatan usus udang, serta mengurangi mikotoksin dari patogen.

Prof. Esti juga menjelaskan bahwa patogen seperti Vibrio merupakan patogen obligat yang membutuhkan inang untuk hidup. Namun, jika intensitas atau jumlah patogen tidak cukup banyak, maka patogen tidak dapat menyebabkan penyakit, sehingga jumlahnya harus dikendalikan. Patogen perlu dikontrol sedini mungkin untuk mencegah resistensi terhadap antimikroba.

Ada berbagai jenis penyakit di tambak udang, baik yang non-infeksius maupun infeksius. Penyakit infeksius dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, serta parasit. Maka, petambak perlu belajar membedakan udang sehat dan sakit melalui pengamatan. Beberapa ciri udang yang sehat di antaranya warna yang cerah, tubuh licin, udang bergerak aktif, serta berespon terhadap cahaya (menjauhi cahaya). Di sisi lain, udang yang sakit warnanya cenderung pucat, ekornya kemerahan, tidak aktif, dan respon lambat.

Penyakit juga dapat dicegah dengan meningkatkan kualitas lingkungan, khususnya menjaga kualitas air, memperbaiki kondisi sedimen untuk mengendalikan tingkat bahan organik, dan mengurangi limbah lingkungan khususnya nitrogen dan fosfor. Pengapuran dan pembilasan dasar tambak juga dapat membantu menjaga kualitas air tambak.

Kedua materi yang dibagikan disambut baik oleh para petambak. Pada sesi tanya jawab, mereka juga mengajukan berbagai pertanyaan terkait tantangan dan solusi untuk menghadapi serangan penyakit di tambak udang. JALA berharap materi yang dibagikan membantu petambak mengambil langkah preventif untuk mencegah penyakit udang sehingga budidaya semakin berhasil dan terhindar dari kerugian.

Jika Anda terlibat dalam industri budidaya udang dan ingin mendapat informasi, tips, dan wawasan terkini, ikuti Instagram JALA di @jalaindonesia agar tidak ketinggalan jadwal SHRIMPS TALK dan acara lainnya dari JALA. Sampai jumpa di SHRIMPS TALK berikutnya!

Ikuti Berita Terbaru JALA

Dapatkan pemberitahuan tips budidaya, update fitur dan layanan, serta aktivitas terkini JALA.