Kualitas air merupakan aspek krusial dalam budidaya udang. Aspek ini perlu dikelola dan dijaga dengan baik agar udang tumbuh sehat dan jauh dari penyakit. Kualitas air yang baik juga akan menghasilkan budidaya yang produktif dan meminimalisir dampak buruk pada lingkungan sekitar. Salah satu cara untuk mengelola dan menjaga kualitas air adalah dengan mengukur parameternya secara rutin.
Parameter kualitas air
Ada berbagai macam parameter kualitas air dalam budidaya udang. Beberapa di antaranya adalah pH, suhu, oksigen terlarut (DO), salinitas, fitoplankton, total bakteri, dan bahan organik. Parameter-parameter kualitas air tersebut saling memengaruhi.
Pengukuran parameter kualitas air harian dilakukan untuk mengantisipasi masalah di tambak, salah satunya serangan penyakit. Hasil pengukuran nantinya dapat menjadi informasi yang berguna bagi petambak. Petambak dapat menggunakan hasil tersebut sebagai dasar pengambilan keputusan bagi budidayanya.
Metode pengukuran kualitas air
Pengukuran kualitas air dilakukan secara rutin pada waktu tertentu setiap harinya. Namun, petambak umumnya mengukur pada pagi dan siang hari. Pada pagi hari, misalnya, petambak akan mulai mengukur sekitar pukul 05.00-06.00 karena DO dan pH mencapai titik terendahnya. Sementara itu, pada siang hari sekitar pukul 12.00-14.00, DO dan pH mencapai titik tertinggi sehingga pengukuran dilakukan kembali.
Setiap petambak memiliki metode yang berbeda-beda dalam mengukur kualitas air. Beberapa petambak masih menggunakan cara lama yaitu menggunakan insting atau perasaan. Bahkan ada juga yang mengukur dengan cara mencicipi air kemudian mengira-ngira kondisinya. Cara ini tidak selalu akurat bahkan berisiko karena kita tidak tahu apa saja yang terkandung dalam air kolam.
Metode lainnya adalah menggunakan alat ukur manual. Alat ukur manual ini umumnya hanya mengakomodasi satu parameter, misalnya pH meter untuk pH, salinity meter (refraktometer) untuk salinitas, dan termometer untuk suhu. Namun, ada juga alat ukur yang dapat mengukur beberapa parameter sekaligus (multiparameter) sehingga petambak tidak perlu menyediakan banyak alat ukur. Alat-alat ukur ini akan menghasilkan data parameter berupa angka.
Pada beberapa parameter yang berkaitan dengan konsentrasi senyawa atau populasi mikroorganisme pengukuran dilakukan dengan mengambil sampel air atau sedimen kolam untuk diuji di laboratorium. Pengukuran metode ini biasanya dilakukan secara mingguan di laboratorium komersial.
Seiring pesatnya teknologi, alat ukur berbasis IoT (Internet of Things) mulai dikembangkan dan menjadi pilihan petambak. Data hasil pengukuran pada alat ukur ini dapat dikirim ke aplikasi sehingga petambak dapat melihatnya kapan saja dan di mana saja. Cara kerja ini akan memudahkan pemilik tambak yang berada jauh dari tambak sehingga dapat memantau kondisi air di tambaknya secara real-time.
Dari berbagai metode yang ada, sebaiknya pilih metode yang menghasilkan data paling akurat. Data parameter yang akurat akan memberikan wawasan yang jelas seputar kualitas air tambak. Pengukuran sebaiknya juga dilakukan secara rutin. Setelah melakukan pengukuran, analisis data hasil pengukuran juga tak kalah pentingnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kondisi air sebelum akhirnya mengambil keputusan yang tepat.
Kabar baiknya, JALA App #HadirMembantu Anda memantau dan menganalisis data parameter kualitas air. Dengan mencatat secara rutin, Anda bisa mendapatkan wawasan terkait kondisi kualitas air Anda.
Tunggu apa lagi? Mari mulai berbudidaya bersama JALA App! Akses via app.jala.tech atau download aplikasinya di Google Play Store atau App Store.
Referensi
Budidaya Udang = Budidaya Air | Kabar Udang
Pentingnya Memahami Kualitas Air dan Manajemennya | Kabar Udang