Kualitas air tambak udang vaname merupakan keseluruhan karakter fisik, kimia, dan biologi yang menjadikan air tambak dapat dimanfaatkan. Tambak udang adalah sebuah ekosistem akuatik dan masing-masing karakter saling bergantung dan berhubungan.
Kualitas air budidaya yang terjaga menghasilkan udang budidaya sehat dan berkualitas, produksi menjadi lebih efisien, dan minim efek ke lingkungan. Kualitas air tidak melulu tentang angka tertentu, tetapi kualitas air yang baik adalah yang terjaga stabil dari waktu ke waktu. Seperti apa manajemen kualitas air tambak yang tepat? Temukan jawabannya di artikel ini.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Air
1. Input dalam kolam budidaya
Tuntutan untuk hasil produksi yang optimal akan mengorbankan penurunan kualitas air tambak. Penyebabnya adalah banyaknya input atau masukan ke dalam kolam budidaya meliputi pupuk (pupuk buatan maupun pupuk kandang), pakan, probiotik, dan bahan-bahan lainnya yang berpotensi menyebabkan terjadinya blooming algae dan goyahnya stabilitas kualitas air. Akibat dengan terjadinya blooming algae adalah penurunan DO dan adanya racun yang dihasilkan beberapa jenis fitoplankton.
2. Padat tebar benur
Padat tebar benur perlu disesuaikan dengan volume kolam. Semakin tinggi padat tebar, semakin sulit mengelola kualitas air. Apabila terlalu padat, kadar oksigen terlarut atau DO dalam air akan menurun dan kesehatan udang bisa terancam. Selain itu, mengontrol padat tebar dilakukan untuk memberikan ruang gerak dan tumbuh yang cukup bagi udang serta meminimalisir risiko penyakit dan menekan FCR.
3. Cuaca
Cuaca merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kualitas air tambak. Cuaca panas menyebabkan parameter suhu meningkat, selain itu juga meningkatkan penguapan air sehingga dapat meningkatkan salinitas. Di sisi lain, hujan dapat menurunkan suhu, pH, dan salinitas. Karena cuaca merupakan faktor yang tidak dapat dikendalikan, petambak perlu memantau perubahan kualitas air karena cuaca untuk melakukan penyesuaian yang diperlukan.
Dampak Kualitas Air yang Buruk pada Udang Vaname
Kualitas air tambak yang buruk dapat berdampak negatif pada kesehatan dan pertumbuhan udang. Ketika kualitas air tambak menurun, udang menjadi lebih rentan terhadap berbagai penyakit, yang dapat menyebabkan peningkatan angka kematian dan penurunan produktivitas. Selain itu, kondisi air yang tidak optimal dapat memperlambat pertumbuhan udang sehingga mengurangi keuntungan bagi petambak. Oleh karena itu, manajemen kualitas air tambak yang efektif sangat penting untuk memastikan budidaya yang produktif.
Pentingnya Pengukuran Parameter Kualitas Air Tambak Udang
Pengukuran parameter kualitas air tambak udang adalah salah satu bagian dari manajemen kualitas air, dan dijadikan sebagai dasar dalam mengambil keputusan. Analisis dan interpretasi dari data kualitas air yang telah didapat juga menjadi penting sehingga budidaya menjadi lebih efisien.
Parameter kualitas air dimonitor setiap hari untuk mengantisipasi masalah pada udang yang dibudidayakan. Beberapa variabel penting kualitas air di antaranya suhu, pH, DO, salinitas, dan ORP. Selain itu, terdapat juga parameter kimia seperti alkalinitas, bahan organik, amonia, nitrit, nitrat, dan parameter mikrobiologis seperti total bakteri dan plankton.
Pengukuran dilakukan rutin pada saat-saat tertentu, misalnya saat pagi (jam 05.00-06.00) dan siang (jam 12.00-14.00). Jam 05.00-06.00 pagi adalah titik terendah oksigen terlarut dan pH serta kandungan karbon dioksida tertinggi. Jam 12.00-14.00 siang adalah puncak fotosintesis fitoplankton sehingga kandungan oksigen terlarut (DO) dan pH pada puncaknya. Jam lain yang diperlukan pengukuran yaitu saat sore (jam 16.00-17.00) dan malam hari (jam 20.00-22.00). Gunakan alat ukur kualitas air seperti JALA Baruno untuk pengukuran yang akurat.
Studi Kasus Manajemen Kualitas Air
Dalam contoh kasus berikut, seorang petambak bernama Pak Jali menemukan bahwa data pertumbuhan udangnya yang tercatat di JALA App berada di bawah target dan estimasi pertumbuhan.
Pak Jali kemudian melakukan pengukuran kualitas air untuk melihat apakah ada parameter air di kolamnya yang belum ideal sehingga menghambat pertumbuhan udang optimal.
Grafik pH menunjukkan fluktuasi yang cukup drastis selama beberapa minggu. Tidak jarang, pH berada di bawah ataupun di atas rentang ideal. pH yang terlalu rendah dapat menyebabkan nafsu makan udang menurun sehingga makan lebih sedikit dan tumbuh lebih lambat. Sedangkan, pH yang terlalu tinggi berisiko meningkatkan senyawa toksik dari BGA dan amonia. pH dapat distabilkan dengan mengganti air jika terlalu tinggi ataupun menambahkan kapur jika terlalu rendah.
Untuk parameter salinitas, walaupun fluktuasinya tidak sebanyak pH, terdapat juga beberapa hari dimana salinitas meningkat secara drastis dan turun kembali. Hal ini dapat dipengaruhi oleh cuaca, misalnya karena cuaca yang terlalu panas sehingga menyebabkan salinitas meningkat drastis sehingga udang stres. Untuk menurunkan salinitas, Pak Jali dapat menambahkan air tawar ke kolamnya.
Kemudian, untuk DO, tidak terdapat fluktuasi yang terlalu banyak. Meski begitu, Pak Jali tetap dapat meningkatkan DO di kolamnya agar berada di dalam zona hijau yang lebih ideal untuk udang, misalnya dengan menambah kincir atau aerasi.
Berdasarkan data yang tercatat, Pak Jali dapat melakukan penyesuaian yang diperlukan untuk meningkatkan ADG udangnya, khususnya dari parameter pH dan salinitas.
Kesimpulan
Kualitas air tambak udang vaname dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti input dalam kolam budidaya, padat tebar benur, dan cuaca. Pengukuran parameter kualitas air perlu dilakukan secara rutin sebagai bagian dari manajemen kualitas air sebagai dasar pengambilan keputusan untuk menjaga air tambak sebagai lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan udang.
Untuk menyimpan pencatatan hasil cek kualitas air dengan JALA Baruno serta memantau berbagai parameter budidaya lainnya, petambak dapat menggunakan JALA App. JALA App #HadirMembantu petambak untuk mencatat, memantau, dan menganalisis kondisi budidaya dan mengambil keputusan yang lebih baik untuk tambak udangnya. Segera daftarkan diri Anda di app.jala.tech dan unduh versi mobile-nya di Google Play Store atau App Store!
Referensi:
- Boyd, C. E., and C. S. Tucker. 1998. Pond Aquaculture Water Quality Management. Springer Science+Business Media. New York.
- Supono. 2017. Teknologi Produksi Udang. Plantaxia. Yogyakarta