Siklus hidup udang vaname terdiri dari beberapa tahapan, mulai dari telur hingga akhirnya menjadi udang dewasa. Setiap tahap pertumbuhan memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Untuk melakukan pemeliharaan larva udang vaname dengan tepat, Anda perlu memahami siklus hidupnya. Dengan memahami siklus hidup udang vaname, Anda dapat mengetahui kebutuhan dan menyesuaikan kondisi lingkungan hidupnya.
Lalu, bagaimana siklus hidup udang vaname dan tips merawat larvanya? Simak selengkapnya dalam artikel berikut.
Bagaimana Siklus Hidup Udang Vaname?
Siklus hidup udang vaname diawali dengan pemijahan yang dilakukan udang jantan dan betina. Udang betina yang memasuki usia matang atau sudah mencapai 7-8 bulan dan memiliki warna oranye di punggungnya dapat menjadi indukan.
Calon indukan ini akan mengeluarkan feromon yang merangsang udang jantan. Setelah itu, terjadilah proses kawin (mating). Nantinya proses mating antara induk jantan dan betina ini menghasilkan telur yang dikeluarkan oleh udang betina.
Sekitar 4-5 jam kemudian, telur akan dikeluarkan. Telur ini merupakan bakal calon larva yang nantinya berkembang menjadi udang vaname yang dibudidayakan.
Selengkapnya, simak tahapan perkembangan udang di bawah ini:
1. Telur
Seekor induk udang biasanya mampu menghasilkan 500.000-1.000.000 butir setiap kali bertelur. Telur-telur ini kemudian dipisahkan di kolam yang berbeda dengan induknya.
Telur membutuhkan waktu 12-16 jam sebelum akhirnya menetas menjadi larva (naupli) yang berukuran mikroskopik.
2. Naupli
Naupli atau nauplius adalah stadia awal perkembangan larva udang vaname. Larva udang pada stadia ini belum membutuhkan asupan makanan dari luar karena memiliki cadangan makanan seperti kuning telur yang tersimpan di dalam tubuhnya.
Selama dalam stadia naupli, larva mengalami enam kali pergantian bentuk, yaitu Nauplius I, Nauplius II, Nauplius III, Nauplius IV, Nauplius V, dan Nauplius VI.
Naupli (Wyban and Sweeney, 1991 dalam Nuraini, 2021)
3. Zoea
Naupli kemudian bermetamorfosis menjadi zoea atau larva udang yang berukuran 1,05 – 3,30 mm. Pada stadia ini, zoea mengalami tiga kali pergantian bentuk, yaitu Zoea I, Zoea II, dan Zoea III, serta sudah dapat diberi pakan alami. Stadia ini berlangsung selama 3-4 hari.
Zoea (Wyban and Sweeney, 1991 dalam Nuraini, 2021)
4. Mysis
Pada stadia mysis, larva sudah mulai menyerupai udang karena memiliki ekor berbentuk kipas. Larva ini memiliki ciri khas bergerak mundur dan membengkokkan badannya (Azizah, 2018).
Sama seperti zoea, mysis akan mengalami tiga kali perubahan bentuk, yaitu Mysis I, Mysis II, dan Mysis III.
Mysis (Wyban and Sweeney, 1991 dalam Nuraini, 2021)
5. Post Larva
Hitungan yang digunakan pada stadia ini sudah menggunakan hari, misalnya post larva berumur 1 hari, maka namanya adalah PL1. Selain itu, udang pada stadia post larva sudah mulai bisa bergerak aktif.
Post Larva biasanya dipelihara hingga PL11-PL12. Pada tahap ini, post larva dikenal sebagai benur udang yang tahan terhadap kondisi pembesaran dan siap ditebar di tambak.
Post Larva (Wyban and Sweeney, 1991 dalam Nuraini, 2021)
6. Juvenil
Daur hidup udang berikutnya setelah post larva adalah juvenil. Pada stadia ini, bentuk udang sudah menyerupai udang dewasa.
Meski demikian, stadia ini merupakan masa rawan dalam siklus hidup udang karena udang memerlukan habitat dengan asupan makanan dan kondisi lingkungan yang sesuai (Putri, Nitisupardjo, & Hendrarto, 2014). Di tahap ini, udang mulai diangkut dari hatchery ke tambak untuk dibudidayakan.
7. Udang Muda
Setelah 80-90 hari dari fase juvenil, udang akan berkembang menjadi udang muda. Bobotnya tergantung pada sistem budidaya di tambak, mulai dari ekstensif hingga supra intensif.
8. Udang Dewasa
Sekitar 25-30 hari kemudian, udang muda berkembang menjadi udang dewasa, dan ini adalah tahap akhir dari daur hidup udang.
Udang dapat dikatakan sebagai udang dewasa mulai 4 bulan setelah fase juvenil. Pada fase ini, udang akan siap untuk dipanen karena sudah memiliki nilai ekonomi yang cukup.
Tips Merawat Larva Udang Vaname
Dalam perjalanan daur hidupnya, larva udang vaname perlu dirawat sebaik mungkin agar pertumbuhannya optimal. Berikut beberapa tindakan yang perlu dilakukan untuk merawat larva udang vaname:
1. Menjaga Kualitas Air
Air merupakan faktor yang sangat penting karena menjadi habitat tempat larva udang berkembang. Oleh karena itu, pastikan parameter kualitas air di kolam pemeliharaan seperti pH, suhu, salinitas, dan oksigen terlarut dalam kondisi ideal.
Sebaiknya ukur parameter-parameter kualitas air setiap hari dan catat perkembangannya dari waktu ke waktu. Catatan tersebut dapat menjadi informasi untuk membantu Anda dalam mengambil tindakan.
2. Mengelola Pakan dengan Baik
Selama masa pemeliharaan, larva udang memakan pakan alami seperti fitoplankton dan zooplankton, terutama sejak stadia zoea. Namun, bila diperlukan pihak hatchery juga akan memberikan pakan buatan menyesuaikan dengan kebutuhan nutrisi setiap stadia.
Di hatchery, larva udang diberi pakan 4-6 kali dalam sehari. Semakin bertambah umur larva udang, semakin bertambah pula ukuran pakan dan dosis pemberiannya. Ini mengingat kebutuhan nutrisi larva udang yang semakin meningkat.
3. Mencegah penyakit
Penyakit udang juga perlu menjadi perhatian saat masa pemeliharaan. Salah satu contoh penyakit yang kerap menyerang larva udang adalah Zoea Syndrome yang ditandai dengan keengganan larva untuk makan sejak stadia Zoea I.
Untuk mencegah penyebaran penyakit, sebaiknya pisahkan bak pemijahan dengan bak pemeliharaan larva. Lakukan juga praktik pemeliharaan larva secara steril, misalnya dengan memastikan orang yang memijahkan telah diberi desinfektan.
Kesimpulan
Siklus hidup udang vaname terdiri dari 8 tahapan, antara lain
- Telur
- Naupli
- Zoea
- Mysis
- Post Larva
- Juvenil
- Udang Muda
- Udang Dewasa
Setelah mengetahui bagaimana siklusnya, pastikan hatchery tempat Anda mendapatkan benur menerapkan teknik pemeliharaan larva udang vaname dengan benar. Hatchery tersebut juga harus mengantongi sertifikat SPF atau SPR supaya meminimalisir risiko udang terserang penyakit serta meningkatkan kualitas udang itu sendiri saat panen.
Hal selanjutnya yang harus diperhatikan adalah mencatat kondisi harian budidaya. Aspek yang dicatat bukan hanya benur dan perkembangan udang saja, melainkan juga parameter kualitas air, pakan, penyakit, dan sebagainya.
Kabar baiknya, JALA #HadirMembantu lewat JALA App. Dengan JALA App, Anda dapat mencatat rutin dan memantau kondisi budidaya udang Anda kapan saja dan dari mana saja langsung dalam genggaman. Mari berbudidaya secara lebih produktif dan efisien dengan JALA App!
Referensi
4 Pilihan Pakan untuk Benur Udang Vaname Tumbuh Optimal | Minapoli
Azizah, N. (2018). Teknik Pemeliharaan Larva Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di PT. Central Pertiwi Bahari Takalar Sulawesi Selatan (tugas akhir). Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, Pangkajene dan Kepulauan. Diambil tahun 2024, dari https://repository.polipangkep.ac.id
Haliman, R. W., dkk. (2005). Zoea Syndrome (ZS) pada Larva Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei). Biosfera, 22(1), 6–11. https://journal.bio.unsoed.ac.id
Malik, A. (2018). Teknik Pemijahan dan Pengelolaan Telur Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) di PT. Suri Tani Pemuka (Japfa) Unit Hatchery Makassar Kabupaten Barru (tugas akhir). Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, Pangkajene dan Kepulauan. Diambil tahun 2024, dari https://repository.polipangkep.ac.id
Putri, N. F., Nitisupadjo, M., Hendrarto, B. (2014). Analisis Kelimpahan Juvenil Udang dengan Menggunakan Metode Perangkap Agar-agar dan Pemberian Pakan Udang di Perairan Morosari, Demak. Diponegoro Journal of Maquares, 3(3), 1-9. https://www.neliti.com
Siklus Hidup Udang Vaname | Agrikan
Wyban, J., & Sweeney, J. N. (1991). Intensive shrimp production technology: The Oceanic Institute Shrimp Manual. The Institute. dalam Nuraini, A. N. (2021). Pemeliharaan Larva Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) dengan Penambahan Probiotik Monodon Plus pada Media Pemeliharaan (tugas akhir diploma). Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Diambil tahun 2024, dari http://repository.polinela.ac.id/2058/