Budidaya udang saat ini dipandang menjanjikan oleh banyak orang. Hal ini dikarenakan udang menjadi salah satu komoditas yang banyak diminati oleh pasar global. Sebagai salah satu eksportir komoditas perikanan, Indonesia cukup berkontribusi dalam pasar udang dunia. Indonesia mampu memenuhi pasar udang dunia sebesar rata-rata 6,9 persen selama tahun 2015–2020.
Modal dan biaya produksi tambak udang memang tidak sedikit. Namun, margin keuntungan dari harga jual udang ke pasaran ternyata cukup menjanjikan. Petambak dapat meraup keuntungan minimal 30 persen dari budidaya udang. Sebagai contoh, simak perkiraan perhitungan kolam ukuran 1.500 m² dengan padat tebar 100 udang/m² di bawah ini.
Biaya modal dan operasional budidaya: Rp97.137.000
Target produksi: 2.250 kg
HPP per kg udang: Rp43.000
Harga jual udang size 50: Rp70.000
Total pendapatan: Rp157.000.000
Alasan budidaya udang dianggap menjanjikan
Setidaknya ada empat alasan yang mendasari bahwa budidaya udang dianggap menjanjikan. Satu hal yang pasti, pemerintah dan masyarakat memiliki andil dalam hal ini.
Pemerintah mendorong program revitalisasi dan peningkatan ekspor
Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan perikanan (KKP) memberi dukungan terhadap program revitalisasi tambak udang. Sasaran dari program revitalisasi yang dimaksud adalah tambak-tambak udang tradisional. Ketimbang membuka lahan baru untuk tambak udang, KKP lebih mengutamakan untuk mengadakan program revitalisasi. Selain revitalisasi, pemerintah juga mendukung peningkatan ekspor udang. Menurut data BPS, nilai ekspor udang Indonesia pada tahun 2021 meningkat sebesar 9,3 persen dibandingkan tahun 2020. Fakta ini membuat pemerintah semakin antusias mendorong peningkatan ekspor udang.
Angka permintaan ekspor dan konsumsi ikan terus naik
Dukungan pemerintah terhadap peningkatan ekspor udang nasional tentu bukan tanpa alasan. Keinginan tersebut didasarkan pada tren permintaan ekspor udang yang juga meningkat. Salah satunya terjadi di Sulawesi Tenggara. Hingga minggu kedua bulan Maret 2021, total volume ekspor udang vaname dari Sulawesi Tenggara ke Jepang telah mencapai 102 ton. Padahal keseluruhan volume pada tahun 2020 berada di angka 259,39 ton. Selain permintaan ekspor, angka konsumsi ikan juga terus meningkat. Kedua fenomena ini menunjukkan bahwa industri perikanan mendapat lampu hijau dalam kancah pasar global.
Potensi keuntungan dari setiap kilogram udang cukup besar
Harga udang cenderung fluktuatif atau dapat berubah sewaktu-waktu karena bergantung pada kapasitas produksi dan permintaan. Meski demikian, harga udang vaname ternyata masih cukup menjanjikan bagi produsen. Harga yang menjanjikan ini akan mengarah pada potensi keuntungan yang cukup besar.
Skema investasi atau kerja sama di tambak udang semakin meningkat
Akhir-akhir ini, perusahaan rintisan yang menawarkan jasa investasi di tambak udang semakin banyak. Kehadiran perusahaan-perusahaan ini menjadi salah satu faktor yang membuat tambak udang semakin populer dan menjadi alternatif investasi. Model bisnis yang ditawarkan juga bermacam-macam, tidak terkecuali skema kerja sama dalam manajemen dan operasional tambak.
Libatkan JALA dalam perjalanan budidaya udang Anda
Jika Anda tertarik untuk terjun ke bisnis budidaya udang, JALA siap #HadirMembantu dengan solusi lengkap. Salah satu solusi JALA, yaitu JALA App atau aplikasi manajemen budidaya udang, memungkinkan Anda untuk
- Memantau 40+ parameter budidaya
- Menganalisis kondisi budidaya dalam grafik visual
- Mengelola keuangan dan stok tambak
- Mengecek tren harga udang di berbagai daerah
- Dan masih banyak lagi!
Jadi, tunggu apa lagi? Ayo libatkan JALA App dalam perjalanan budidaya Anda! Mulai sekarang di app.jala.tech atau download aplikasinya di Google Play Store atau App Store.