Udang merupakan salah satu komoditas ekspor dari sub sektor perikanan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Nilai ekspor udang pada tahun 2022 mencapai angka US$2,16 miliar dengan volume 241.201 ton. Namun, nilai itu mengalami penurunan 3,22% dari tahun 2021 yakni sebesar US$2,23 miliar.
Amerika Serikat merupakan negara terbesar yang mengimpor udang vaname dari Indonesia. Pada 2021, ekspor udang ke Amerika Serikat mencapai US$1,59 miliar dengan volume 180.000 ton. Per September 2022, ekspor udang ke negara tersebut menurun menjadi US$1,1 miliar dengan volume 118.000 ton. Menurunnya nilai ekspor tersebut disebabkan oleh ekspor udang Indonesia ke Amerika Serikat yang dikalahkan oleh Ekuador yang harga udangnya lebih murah.
Mengapa harga udang dari Ekuador lebih murah?
Pada tahun 2010 lalu, produksi udang di Ekuador tercatat hanya sebesar 145.000 ton, sedangkan pada tahun 2020 sudah mencapai 675.000 ton. Secara sistematis produksi udang Ekuador telah meningkat 400%. Pada Juni 2022, Ekuador berhasil memasok udang ke pasar Amerika Serikat sebanyak 19.164 MT, dan pada bulan Juli 2022 naik menjadi 19.832 MT. Adanya peningkatan produksi udang tersebut didorong oleh manajemen tambak yang baik sehingga harga udang yang di ekspor lebih murah. Hal tersebut karena:
- Ekuador sudah menggunakan automatic feeder guna menciptakan efisiensi pakan
- Padat tebar yang tidak terlalu padat dan setiap tambak menjaga lingkungan sebagai aspek keberlanjutan
- Ekuador menerapkan pergantian air 8,5% dari volume tambak secara rutin setiap harinya
- Mengurangi penggunaan bahan kimia pada tambak
- Memangkas waktu budidaya pada setiap siklusnya dengan melakukan fase pendederan sebagai budidaya perantara antara benur dari hatchery sebelum ke pembesaran
Selain beberapa faktor diatas, terdapat dukungan dari beberapa pihak terhadap industri udang. Universitas lokal di Ekuador melakukan program pelatihan tentang budidaya udang serta menciptakan kurikulum yang dimodifikasi terkait akuakultur.
Pemerintah Ekuador juga sangat membantu para petambak udang untuk mendapatkan legalitas tambaknya, karena banyak tambak yang dibangun di wilayah pesisir namun tidak memiliki izin yang sesuai. Sehingga pada tahun 2008 dilaksanakan program legalitas untuk petambak kecil hingga menengah dengan syarat petambak harus menjaga lingkungan tambaknya demi keberlanjutan wilayah tersebut. Selain itu, pemerintah Ekuador melakukan subsidi pada beberapa sektor seperti energi dan benur sehingga harga pokok produksi dapat lebih rendah.
Secara geografis dan luas area tambak, Indonesia dapat mengungguli Ekuador. Berdasarkan data KKP, lahan tambak untuk budidaya udang yang tersedia seluas 300.051 ha. Namun, kekurangan dari kegiatan budidaya udang di Indonesia ialah belum dapat memanfaatkan lahan secara produktif berkelanjutan. Indonesia juga harus berfokus terhadap udang yang tahan terhadap penyakit daripada mementingkan pertumbuhan yang cepat dan juga lebih mengutamakan efisiensi daripada padat tebar. Pada akhirnya, perlu ditingkatkan kembali kesadaran terhadap pengelolaan lahan yang baik demi menjaga keseimbangan antara alam dan manusia.
Baca juga:
- Mempelajari Tantangan Ekspor dan Pentingnya Kualitas Udang di SHRIMPS TALK #9 | JALA Blog
- Mengapa Harga Udang Naik-Turun? | JALA Blog
- Menjadi Bagian dari Generasi Selanjutnya di Industri Udang: Menghadapi Tantangan Global | JALA Blog
Referensi:
Budidaya Udang ala Ekuador, Primadona |Trobos Aqua
Bangkitnya Udang Ekuador di Pasar AS | Trobos Aqua
[INFOMINA] Belajar dari Industri Udang Ekuador | INFOMINA
Ekspor Udang Indonesia Terhalang Ekuador, Kok Bisa? | CNBC Indonesia
Berkenalan dengan Raja Produsen Udang Dunia Saat Ini: Ekuador