Sumber penyakit yang menyerang udang budidaya terdiri dari 3 faktor yaitu patogen (agen), inang, dan lingkungan. Jadi, timbulnya serangan penyakit merupakan hasil interaksi yang tidak seimbang antara lingkungan, inang (udang), dan jasad organisme penyakit (patogen). Interaksi yang tidak seimbang ini menyebabkan stress pada udang, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah akhirnya mudah diserang penyakit.
Selain bakteri (Baca artikel sebelumnya: Bahaya Penyakit Bakterial bagi Udang), penyakit yang menyerang udang disebabkan oleh virus atau disebut sebagai penyakit viral. Tingkat kematian penyakit akibat infeksi virus berkisar antara 80-100%, tergantung dari tingkat keparahan infeksi yang dialami.
Virus yang menyebabkan penyakit pada udang di antaranya white spot syndrome virus (WSSV), taura syndrome virus (TSV), infectious hepatopancreatic and haematopoietic necrosis virus (IHHNV), infectious myonecrosis virus (IMNV), dan covert mortality virus (CMV).
White Spot Syndrome Virus (WSSV)
White spot syndrome virus (WSSV) menyebabkan white spot disease atau bintik putih. Pada kondisi panas laju replikasi virus ini meningkat. Virus ini menyebar karena proses kanibalisme atau predasi, bahkan udang terjangkit WSSV yang ditranspor dalam keadaan hidup atau mati dibekukan tanpa dimasak masih dapat menyebarkan WSSV jika kontak langsung atau kontak dengan alat yang terpapar virus.
Gejala klinis yang tampak pada udang yang terinfeksi biasanya ditemukan lingkaran putih pada kulit dengan diameter 0,5-2 mm, perubahan warna dari merah muda menjadi kemerahan pada seluruh tubuh, hilangnya nafsu makan dan setelah beberapa hari udang tampak sekarat dan berenang di permukaan air di tepi kolam. Selengkapnya tentang White Spot Disease
Taura Syndrome Virus (TSV)
TSV menyebabkan Taura Syndrome. Infeksi terjadi antara hari ke 14-40 setelah penebaran. Penyebarannya melalui peristiwa kanibalisme pada udang. Udang yang terinfeksi TSV pada fase akut ditandai adanya warna tubuh yang memucat dan ekor kipas dan pleopod berwarna lebih merah dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya. Selain itu, udang yang terserang TSV memiliki kulit lunak, usus kosong dan sering terjadi pada fase akhir dari siklus molting. Pelajari selengkapnya tentang Taura Syndrome
Infectious Hematopoietic and Hypodermal Necrotic Virus (IHHNV)
Udang juvenil yang terserang IHHNV mengalami pertumbuhan yang tidak normal, kulit udang berwarna putih mengkilap terutama pada bagian sendi abdomen, warna tubuh kebiru-biruan, dan pertumbuhan rostrum cacat pada salah satu sisi. Penyebaran IHHNV dapat melalui peristiwa kanibalisme. Baca selengkapnya tentang IHHNV
Infections Myonecrosis Necrotic Virus (IMNV)
IMNV atau penyakit infeksi myonekrosis yang lebih familiar disebut dengan myo dapat menginfeksi setiap tahap perkembangan udang dari larva hingga dewasa. Virus ini menyebabkan kematian tidak separah virus lainnya, tetapi penyakit ini dapat menginfeksi bersamaan dengan MrNV dan WSSV. Virus dapat menyebar antar udang karena perilaku kanibalisme atau terbawa vektor lain seperti Artemia.
Tanda-tanda awal terjadinya penyakit biasanya muncul dengan perubahan perilaku atau kenampakan fisik udang, nafsu makan turun, dan adanya kematian yang jumlahnya terus naik. Tanda-tanda pada udang terserang penyakit ini salah satunya warna putih keruh pada daging terutama pada perut bagian abdomen dan ekor. Baca selengkapnya tentang IMNV
Covert Mortality Nodavirus (CMNV)
Virus CMNV menyebabkan Covert Mortality Disease. Udang yang terjangkit virus ini mati di dasar kolam bukan di permukaan atau tepi kolam. CMD banyak terjadi di Tiongkok. Penyakit ini dapat terjadi pada 1 bulan pascatebar dan petambak sulit menyadari awal kematian udang.
Beberapa ciri awal terjadinya penyakit ini yaitu warna hepatopankreas memudar, saluran pencernaan kosong, kulit udang lunak, dan pertumbuhan udang lambat. Seringkali warna otot menjadi keputihan di bagian perut. Baca selengkapnya tentang CMNV
Berhadapan dengan penyakit udang
Menghadapi penyakit udang perlu menerapkan strategi filosofi dasar manajemen kesehatan. Yang harus menjadi fokus adalah upaya pembenahan tiga komponen secara terintegrasi. Pertama, penyediaan lingkungan yang sehat harus dimulai dari pemilihan lokasi budidaya, desain dan konstruksi budidaya, sistem budidaya, serta pengelolaan kualitas air. Kedua, udang yang sehat harus dimulai dari induk unggul dan bebas penyakit sehingga diperoleh benih yang sehat, pakan yang cukup (kuantitas dan kualitas), monitoring berkala. Ketiga, penerapan konsep biosecurity terhadap patogen.
Sistem intensif atau semi intensif yang banyak digunakan tambak udang di Indonesia sangat berpotensi terjadi penurunan kualitas air sehingga harus menjadi perhatian khusus petambak udang untuk menerapkan tiga komponen tersebut secara terintegrasi jika ingin udangnya tetap sehat. Selain itu, pemberian suplemen tambahan juga akan meningkatkan imunitas udang agar tidak mudah terserang penyakit.