Keberhasilan dan kegagalan dalam budidaya udang adalah dua pengalaman yang dialami banyak petambak. Namun, terkadang petambak tidak yakin faktor apa yang menjadi penyebab kegagalan saat berbudidaya. Khususnya, jika mereka merasa menerapkan prosedur yang sama dari siklus ke siklus. Karena itulah, monitoring dan komparasi data historis berperan penting bagi petambak untuk semakin memahami kondisi budidayanya untuk mengejar keberhasilan.
Pentingnya Monitoring dan Komparasi Data Histori
Dalam menjalankan budidaya udang vaname, pencatatan dan monitoring atau pemantauan rutin penting untuk dilakukan petambak agar memahami kondisi budidayanya. Bukan hanya untuk siklus saat ini, catatan data yang lengkap berupa data historis/riwayat dari siklus sebelumnya menjadi bekal bagi petambak untuk membandingkan antar siklus dan mengamati pola performa budidayanya, sehingga dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan di tambak.
Studi Kasus Perbedaan Hasil Antara Dua Siklus Budidaya
Sebagai contoh kasus, Pak Jali menemukan bahwa hasil sampling ke-9 di kolam udangnya di DoC 85 hari kurang memuaskan. Padahal, pada siklus sebelumnya ia berhasil mencapai size 45 pada DoC 86.
Dengan bantuan grafik pertumbuhan di JALA App, Pak Jali pun membandingkan MBW udang pada siklus saat ini dan sebelumnya.
Ia juga membandingkan grafik pakan di kedua siklus tersebut, dan menemukan bahwa konsumsi pakan pada siklus sebelumnya lebih sesuai target. Ia menduga bahwa konsumsi pakan di siklus kali ini kurang berjalan baik karena faktor cuaca ekstrem.
Setelah memeriksa beberapa parameter lain, Pak Jali menemukan bahwa terdapat perbedaan pada parameter salinitas dan pH. Pada siklus saat ini, terjadinya penurunan salinitas yang cukup drastis, khususnya dari akhir September ke awal Oktober, dapat menjadi penyebab stres pada udang.
Sementara itu, komparasi data pH menunjukkan bahwa banyak pengukuran pH berada di area merah, dimana pH yang terlalu rendah dapat berdampak pada nafsu makan dan pertumbuhan udang.
Dengan melihat perbandingan data siklus saat ini dan siklus sebelumnya, Pak Jali dapat mengidentifikasi faktor yang berpotensi menghambat pertumbuhan udangnya.
Evaluasi dan Langkah Selanjutnya
Meski budidaya antar siklus menerapkan SOP yang sama, faktor seperti kondisi cuaca yang berubah dapat berdampak pada kualitas air sehingga pertumbuhan udang pun dapat terhambat. Selain itu, perubahan lain seperti jenis benur dan jenis pakan juga perlu dipertimbangkan.
Berdasarkan studi kasus di atas, beberapa hal yang dapat dilakukan Pak Jali adalah:
1. Menaikkan pH dan menjaga stabilitasnya
Kisaran yang disarankan nilai pH untuk kolam udang adalah 7,8-8,5. pH yang terlalu rendah dapat dinaikkan dengan penambahan kapur.
2. Menjaga stabilitas salinitas
Salinitas yang terlalu rendah dapat menurunkan kadar oksigen dan menyebabkan air menjadi keruh. Sedangkan, salinitas yang terlalu tinggi dapat menghambat pertumbuhan udang dan menyebabkan FCR membengkak. Jaga stabilitas salinitas dengan pemantauan rutin dan penambahan air tawar atau air laut sesuai kondisinya.
3. Memperhatikan angin
Yup, Anda tidak salah. Angin yang terlalu kencang dapat membawa pakan kabur. Jika konsumsi pakan diduga menurun akibat terbawa angin saat cuaca ekstrem, maka solusi yang dapat dilakukan adalah mencampur pakan dengan air agar tidak terbawa angin saat akan ditebar ke kolam.
Kesimpulan
Performa budidaya udang yang kurang baik dapat diatasi dengan monitoring rutin dan melakukan perbandingan data secara historis dari siklus sebelumnya. Dengan catatan data yang lengkap, petambak dapat mengidentifikasi parameter yang mengalami kemunduran dan melakukan penyesuaian yang tepat.
Untuk mencatat dan memantau budidaya secara rutin dan akurat, petambak dapat menggunakan JALA App. Di JALA App, petambak tidak hanya dapat mencatatkan data budidaya secara detail, tapi juga membandingkan data antar siklus.
Belum bergabung di JALA App? Segera daftarkan diri Anda melalui app.jala.tech dan unduh versi mobile-nya di Google Play Store atau App Store!