Tips Budidaya

Empat Parameter Fisik Penting Kualitas Air Tambak Udang

Wildan Gayuh Zulfikar
Wildan Gayuh Zulfikar
13 Maret 2023
Bagikan artikel
Cover blog - cultivation tips.webp

Berbagai pembahasan terkait tambak udang tidak lepas dari manajemen kualitas air. Sebagai media utama udang untuk hidup dan tumbuh diperlukan air yang nyaman. Apalagi untuk mengejar target produksi, tentu petambak harus memperhatikan stabilitas kualitas air.

Dari sekian banyak parameter kualitas air, ada empat parameter fisik air yang cukup krusial bagi udang. Suhu, DO, salinitas, dan pH dapat menggambarkan apakah kondisi tambak sedang baik atau pada kondisi yang dapat mengganggu budidaya. Bahkan sangat disarankan untuk parameter-parameter tersebut diukur setiap hari.

Kenapa empat parameter tersebut? Apakah benar-benar harus mengukur setiap hari? Parameter yang lain tidak perlu? Simak selengkapnya pada ulasan berikut.

Daftar Isi
Artikel Terkait

Suhu

Suhu akan mempengaruhi pertumbuhan, survival rate (SR), konsumsi oksigen, siklus molting, dan imunitas udang. Suhu adalah faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi biokimia. Suhu yang disarankan untuk udang vannamei adalah 28-32°C.

Efek jika suhu terlalu rendah: Suhu dibawah 26°C akan menurunkan metabolisme dan nafsu makan. Suhu rendah juga berpengaruh pada imunitas udang, sehingga udang rentan terkena penyakit. Gejala klinis udang terkena penyakit muncul akibat suhu rendah terutama ketika hujan terjadi dalam jangka waktu yang lama.

Efek jika suhu terlalu tinggi: Metabolisme cepat dan nafsu makan naik. Hal tersebut membuat FCR rentan membengkak, dimana petambak akan menambah rasio pakan tetapi pakan tidak terserap melainkan digunakan untuk metabolisme dan aktivitas yang meningkat akibat suhu yang naik. Meningkatnya suhu air juga dapat meningkatkan sensitivitas racun yang dihasilkan blue-green algae (BGA).

Parameter suhu dipengaruhi oleh lokasi dan cuaca setempat tambak berada. Daerah dengan intensitas hujan tinggi memiliki suhu air relatif rendah. Kita tidak dapat mengendalikan faktor cuaca, sehingga langkah paling memungkinkan yang dilakukan petambak adalah selalu melakukan pengecekan suhu. Untuk antisipasi terjadinya perubahan suhu yang signifikan, selalu siagakan kincir atau air untuk pergantian.

banner-cta-jala-app.png

Oksigen Terlarut (DO)

Dissolved oxygen (DO) atau oksigen terlarut berperan pada respirasi atau pernapasan organisme air (udang, plankton, mikroorganisme) serta dipengaruhi oleh cuaca, kincir, populasi plankton, metabolisme mikroorganisme. DO ideal bagi tambak udang adalah tidak kurang dari 4 ppm.

Jika DO terlalu rendah: Di bawah 2,5 ppm mematikan bagi udang. Jika berada pada <4 ppm pertumbuhan lambat, nafsu makan turun, dan efisiensi pakan rendah. Salah satu tanda DO rendah membuat udang berenang ke permukaan.

Jika DO terlalu tinggi: Tidak ada dampak serius pada DO yang terlalu tinggi. Hal yang perlu diperhatikan adalah stabilitas DO karena bisa saja DO tinggi pada siang, tetapi pada malam hari turun.

Rendahnya DO perlu diwaspadai akibat tingginya mikroorganisme dekomposer di sedimen tambak. Oksigen diperlukan oleh proses biologi yang terjadi melibatkan bakteri untuk siklus nitrogen, fosfat, dan karbon. Semakin besar biomassa udang di tambak juga akan menurunkan DO, ibarat sebuah rumah yang telah ‘sesak’, terutama saat malam hari di saat tidak ada fitoplankton yang memproduksi oksigen. Ya, oksigen di air mayoritas dihasilkan oleh fitoplankton, tetapi bagi tambak intensif atau bahkan super intensif suplainya tidak akan cukup. Maka dari itu diperlukan kincir atau aerator untuk membantu suplai oksigen. Karena saat malam hari fitoplankton justru akan menggunakan oksigen untuk proses respirasinya.

DO rendah diatasi dengan membuang plankton mati, mengontrol sedimen tidak terlalu banyak (melakukan siphon), atau penambahan probiotik. Menambah konsentrasi DO juga dapat dilakukan dengan menambah kincir. Aerasi menggunakan kincir dapat digunakan untuk meningkatkan DO dan mengurangi CO₂ berlebih dengan memperbaiki difusi kembali ke atmosfer.

Salinitas

Salinitas dapat dipahami secara sederhana sebagai tingkat 'keasinan' air atau kadar ion klorida dalam air. Udang vaname termasuk jenis udang yang dapat beradaptasi dengan rentang salinitas yang luas, yaitu mulai dari 5 ppt hingga 40 ppt. Namun, udang vaname idealnya pada salinitas 15-30 ppt. Udang vaname dapat beradaptasi pada penurunan salinitas secara gradual, tetapi jika turun atau naik lebih dari 5 ppt dapat menimbulkan stres.

Jika salinitas terlalu tinggi: Meningkatkan energi yang dibutuhkan untuk osmoregulasi sehingga metabolisme dalam tubuh udang meningkat yang artinya membutuhkan sumber energi juga lebih banyak. Pertumbuhan udang akan melambat, FCR semakin tinggi, dan udang sensitif serangan penyakit.

Jika salinitas terlalu rendah: Menurunkan oksigen, air menjadi keruh, dan kematian plankton. Jika terlalu rendah terutama karena pengenceran akibat air hujan menyebabkan kurangnya mineral sehingga akan berpengaruh pada proses molting pada udang.

Cuaca menjadi salah satu penyebab naik turunnya salinitas. Salinitas dapat meningkat saat bulan-bulan panas, sehingga dapat mempertimbangkan mengatur air budidaya pada salinitas yang tidak terlalu tinggi. Hujan dapat menurunkan salinitas karena air hujan bersifat tawar dan cenderung memiliki pH rendah. Jika hujan lebat terjadi maka dapat dilakukan pembuangan air permukaan. Massa jenis air hujan lebih rendah sehingga air hujan akan berada pada permukaan.

Melakukan penyesuaian salinitas dapat dilakukan dengan penggantian air sesuai kebutuhan, untuk menambah atau mengatur salinitas dengan cara mengambil air langsung dari laut atau mencampurnya dengan air tawar.

Derajat Keasaman (pH)

pH berpengaruh pada reaksi kimia yang terjadi di tambak. Berpengaruh juga pada toksisitas senyawa toksik (amonia dan hidrogen sulfida). Perlunya menjaga stabilitas pH di kisaran aman adalah agar tidak berpengaruh pada metabolisme dan kondisi fisiologi udang. Kisaran yang disarankan nilai pH untuk tambak udang adalah 7,8-8,5.

Jika pH terlalu rendah: Menyebabkan pertumbuhan melambat, nafsu makan turun, dan rentan terkena penyakit. Udang dapat mengalami stres.

Jika pH terlalu tinggi: pH di atas 10 dapat meningkatkan toksisitas senyawa toksik (misal: senyawa toksik dari BGA, amonia bebas, bakteri). Saat pH tinggi metabolisme menjadi cepat, berisiko tingginya amonia, hingga memicu kematian udang.

pH tinggi biasanya terjadi saat input pakan tinggi dan kepadatan fitoplankton tinggi. pH biasanya naik saat siang sebagai akibat dari aktivitas fotosintesis fitoplankton yang mengambil CO₂ dari air dan menghasilkan oksigen. Kemudian pH turun saat malam karena respirasi dan produksi CO₂ oleh semua organisme termasuk fitoplankton. pH tinggi dapat diatasi dengan menaikkan alkalinitas melalui pengapuran untuk meningkatkan kemampuan buffer air atau dengan penurunan densitas fitoplankton.

Fluktuasi pH menjadi relatif rendah jika kadar alkalinitas baik sehingga daya buffer untuk menjaga pH juga baik. Fluktuasi pH saat siang seharusnya tidak lebih dari 0,5. Stres akibat fluktuasi pH yang besar akan menurunkan laju makan udang, berakibat pada pertumbuhan udang melambat, dan rawan terinfeksi penyakit.

JALA Baruno: Jawaban dari semua kebutuhan pengukuran 4 parameter penting tambak udang

4 WQ parameters-Baruno.png Mengukur empat parameter yang telah dibahas sebelumnya secara harian merupakan rutinitas penting. Langkah selanjutnya adalah mencatat tren harian atau fluktuasinya antara hasil pengukuran pagi dan sore. Rutinitas mengukur empat parameter akan semakin mudah jika Anda memiliki JALA Baruno. Cukup dengan 3 juta rupiah Anda dapat membawanya, cek selengkapnya di sini.

Apakah harus mengukur setiap hari?

Pengukuran variabel kualitas air sangat penting untuk dilakukan sebagai bagian dari manajemen kualitas air dan dasar dalam mengambil keputusan. Analisis dan interpretasi data kualitas air juga menjadi penting sehingga budidaya menjadi lebih efisien. Kualitas air dimonitor setiap hari untuk menghindari dan mengantisipasi masalah pada udang yang dipelihara, terutama pada parameter tertentu dinamikanya terjadi sangat cepat.

WQ-fluctuation.png Pada rutinitas harian pengukuran dilakukan pada saat-saat tertentu, misalnya saat pagi (pukul 5-6) dan siang (pukul 12-14). Pada pagi hari pukul 5-6 adalah titik terendah oksigen terlarut dan pH serta kandungan karbondioksida tertinggi. Pukul 12-14 adalah puncak fotosintesis fitoplankton sehingga kandungan oksigen terlarut (DO) dan pH pada puncaknya.

Kenapa hanya empat parameter? Yang lain tidak penting?

Banyak faktor berperan pada keberhasilan budidaya udang, tidak hanya tentang manajemen kualitas air karena juga berkaitan dengan manajemen pakan. Dalam hal manajemen kualitas air pun masih banyak parameter lain yang penting untuk diukur karena dari empat parameter di atas berpengaruh pada parameter-parameter lainnya.

Sebagian variabel air saling mempengaruhi, antara lain suhu, salinitas, karbondioksida (CO₂), oksigen terlarut (DO), salinitas, pH, fitoplankton, alkalinitas, bahan organik, amonia, nitrit, nitrat, dan total bakteri. Karena tambak udang sebagai sebuah ekosistem, maka semua faktor memiliki peran dan pengaruhnya langsung maupun tidak langsung pada keberhasilan budidaya.

Selain itu, Anda juga perlu memantau 40+ parameter budidaya lainnya. Untungnya, Anda bisa melakukannya secara praktis di JALA App.

Aplikasi ini dapat membantu Anda mencatat, memantau, dan memahami kondisi budidaya dengan lebih mudah dan detail. Daftarkan diri Anda segera di app.jala.tech dan unduh versi mobile-nya di Google Play Store atau App Store untuk memulai perjalanan budidaya Anda bersama JALA!

Ikuti Berita Terbaru JALA

Dapatkan pemberitahuan tips budidaya, update fitur dan layanan, serta aktivitas terkini JALA.