Kebanyakan tambak udang berlokasi di lingkungan terbuka, bahkan beberapa terpencil dekat dengan alam bebas. Sebuah situasi yang memungkinkan banyak organisme lain masuk ke lingkungan tambak, beberapa diantaranya merugikan bagi budidaya.
Bagi budidaya, organisme yang merugikan tersebut merupakan hama karena hadir mengganggu, mengancam, atau berkompetisi dengan udang yang dibudidayakan. Hama dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan pengaruhnya ke hewan budidaya diantaranya kemungkinan memakan atau predator bagi udang, bersaing ruang dan makanan, atau merugikan bagi fasilitas budidaya.
Beberapa jenis ikan, biawak, ular, hingga burung laut merupakan contoh predator yang mungkin hadir di sekitar tambak. Bibit ikan predator bisa masuk bersamaan dengan air yang dimasukkan ke kolam budidaya. Hewan liar seperti biawak, ular, bahkan mungkin juga buaya juga bisa masuk ke dalam lingkungan tambak yang belum dibangun tembok keliling.
Hama juga dapat menjadi pesaing udang budidaya dalam ruang dan sumber makanan. Terutama pada tambak yang tidak menerapkan sistem polikultur. Hewan seperti cebong, ikan herbivora, atau udang jenis lain dapat menjadi hama. Persaingan ruang dalam hal mendapat oksigen yang cukup, area makan, hingga sumber makanan bisa mengancam pertumbuhan udang dan menurunkan produktivitas budidaya.
Fasilitas budidaya terkadang tidak luput menjadi sasaran dari hama. Kepiting contohnya, hewan tersebut dapat merusak pematang atau tanggul tambak atau melubangi plastik yang melapisi dasar dan dinding kolam. Bibit kepiting bisa masuk bersamaan dengan air atau melalui celah kecil di sekeliling tambak.
Bagaimana cara menangani hama di tambak?
Dengan alasan mengganggu jalannya budidaya, hewan yang dianggap hama tersebut memang sebaiknya ditangani. Agar menjaga keseimbangan maka penanganan hama hanya yang berada di lingkungan fasilitas tambak dan dilakukan dengan cara yang bijak. Beberapa cara yang bisa dilakukan sebagai berikut:
- Dibuang secara manual
Cara yang paling aman karena minim penggunaan bahan berbahaya, tetapi membutuhkan energi ekstra. Membuang hama secara manual terutama dilakukan pada kecebong dan beberapa hama berukuran relatif besar.
- Penggunaan saponin
Saponin cukup efektif untuk membasmi bibit ikan predator. Saponin dapat diperoleh secara alami dari ekstrak biji teh. Penggunaan saponin dilakukan dengan menabur secara merata ke kolam, ampas disebar ke tambak karena dapat menambah kesuburan. Dosis penggunaan 15-20 ppm tergantung kebutuhan. Pemakaian lebih efektif pada siang hari saat matahari terik.
- Penggunaan tandon
Membasmi saat banyak hama dan penyakit sebaiknya menggunakan tandon sebagai tempat penampungan air. Setelah efek racun menghilang dan kondisi parameter air (pH, salinitas, dll) relatif sama air dapat dialirkan ke kolam.
- Konstruksi atau peralatan tambahan
- Pemasangan penghalau burung berupa senar atau tali yang di pasang di atas kolam melintang. Tujuannya agar burung laut tidak mendarat ke kolam.
- Untuk menghalau hewan liar juga bisa dilakukan pemasangan pagar keliling, terutama dari biawak, ular, atau hewan besar lainnya.
- Peralatan tambahan berupa penggunaan filter pada proses pemasukan air yang dipasang pada saluran inlet. Filter digunakan untuk mencegah adanya ikan yang terbawa. Untuk menghalau kepiting bisa menggunakan jaring yang dipasang sekeliling kolam.
- Jangan pernah gunakan pestisida
Pestisida cukup diandalkan dalam menghalau hama berupa serangga, terutama pada bidang pertanian. Pestisida berbahaya karena dapat meninggalkan residu pada udang hasil produksi, selain itu produk berpotensi ditolak oleh pasar luar negeri. Penggunaan pestisida membunuh makanan alami, udang sulit tumbuh, membunuh mikroba tanah yang membuat kualitas air dan dasar kolam memburuk, udang terkontaminasi racun, serta buangan air mengandung pestisida ke perairan umum akan merusak lingkungan. Residu pada udang dapat terbawa hingga udang dikonsumsi oleh manusia yang memicu gangguan kesehatan dalam jangka waktu panjang.
Hewan lain yang mungkin ada di sekitar fasilitas tambak adalah anjing dan kucing. Beberapa petambak tidak menganggapnya sebagai hama, atau sebagian diantaranya justru sengaja untuk memeliharanya sebagai penjaga. Hal terpenting adalah menjaga hewan tersebut terjaga kebersihannya dan kotorannya jangan sampai mencemari kolam.
Hama yang ukurannya relatif kecil seperti ikan dan kepiting terdapat bahan yang bisa digunakan untuk membasminya. Tetapi, penggunaannya harus bijak dan tidak keluar dari lingkungan tambak agar tetap menjaga keseimbangan lingkungan di sekitarnya. Selain itu, hama berupa hewan berukuran besar hanya bisa dihalau atau dicegah untuk masuk ke lingkungan tambak.
Hama berpotensi menjadi vektor atau pembawa bibit penyakit. Sehingga pencegahannya cukup krusial untuk menjaga kelancaran budidaya. Dalam penanganannya, hama yang mati di dalam tambak kemudian diangkat dan dibuang ke tempat khusus. Hal ini untuk mencegah menjadi tempat pertumbuhan bakteri patogen.
Selain mencegah hama di tambak, Anda juga perlu mencatat dan memantau kondisi budidaya secara rutin untuk mendukung keberhasilan budidaya, Dalam hal ini, JALA #HadirMembantu Anda melalui JALA App.
Daftarkan diri Anda di JALA App sekarang melalui app.jala.tech atau unduh versi mobile-nya dari Google Play Store atau App Store untuk memulai perjalanan budidaya Anda hari ini!