Hidrogen sulfida (H2S) yang akan kita bahas merupakan hasil dari aktivitas bakteri pencerna sulfat dari materi organik pada kondisi anaerob (keadaan tidak ada oksigen) biasanya di dasar atau lumpur kolam. Memeriksa kadar hidrogen sulfida bisa dilakukan dengan menguji adanya koloni bakteri pencerna sulfat, biasanya berwarna hitam pada uji mikrobiologi di laboratorium. Batas aman kadar hidrogen sulfida yaitu 0,0087 ppm untuk udang post-larva (PL) dan 0,0185 ppm untuk juvenil atau udang muda.
Kenapa hidrogen sulfida ada di tambak udang?
- Sinar matahari tidak sampai dasar kolam
- Kondisi anaerob, yaitu tidak adanya oksigen di dasar kolam
- Adanya pengendapan materi organik di dasar kolam yang berasal dari sisa pakan, plankton mati, kotoran udang, dan bangkai udang
Produksi hidrogen sulfida terjadi di dasar kolam air payau daripada air tawar karena kemelimpahan ion sulfat. Adanya H2S berbahaya bagi udang, karena dapat menghambat proses pernafasan. Toksisitas atau daya racun H2S tergantung pada pH, suhu, dan DO. DO dibawah 3 ppm dapat meningkatkan produksi H2S. Kombinasi pH, oksigen, dan suhu rendah membuat hidrogen sulfida menjadi lebih berbahaya. Produksi hidrogen sulfida dapat dicegah dengan mengoptimalkan aerasi dan sirkulasi air untuk menghindari daerah mati tidak ada arus dan kekurangan oksigen di dasar kolam. pH rendah meningkatkan toksisitas hidrogen sulfida, dicegah dengan pengapuran untuk meningkatkan pH dan mengubah H2S menjadi bentuk yang tidak beracun. Selain itu, pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan mengontrol materi organik yang merupakan sumber bahan metabolisme bagi bakteri penghasil H2S serta menjaga populasinya terkontrol dengan menambahkan probiotik sebagai agen pengontrol.