
Dalam proses budi daya udang, pakan menjadi sumber energi utama untuk mendukung pertumbuhan. Tapi di sisi lain, pakan juga bisa menjadi sumber masalah jika tidak dikelola dengan baik. Selama masa budi daya, kolam akan menghasilkan limbah organik dari sisa pakan, feses, dan sisa metabolisme lainnya.
Limbah ini terbagi menjadi dua bentuk yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat berasal dari pakan yang tidak termakan, feses, kulit udang hasil molting, dan partikel organik di dasar kolam. Sementara limbah cair berasal dari zat sisa metabolisme yang keluar melalui urin atau insang, serta komponen terlarut dari limbah padat.
Melalui proses biologi dan kimia, limbah ini akan berubah menjadi senyawa seperti amonia, nitrit, dan nitrat. Pada sistem budi daya intensif, semakin tinggi kepadatan tebar, semakin banyak pula limbah yang dihasilkan, baik yang tersuspensi di air maupun yang mengendap di dasar kolam.
Rendahnya Pemanfaatan Pakan Dapat Menurunkan Kualitas Air
Kualitas air tambak sangat dipengaruhi oleh seberapa efisien udang memanfaatkan pakan. Saat udang mampu mengonsumsi pakan dengan baik, kualitas air akan tetap terjaga dan pertumbuhan berjalan optimal. Sebaliknya, pakan yang tidak termakan atau dicerna dengan baik akan menjadi limbah organik yang menumpuk dan menurunkan kualitas air.
Jika tidak dilakukan pemantauan kualitas air secara rutin, proses penguraian sisa pakan dan feses akan menghasilkan zat metabolik berbahaya. Lama-kelamaan, hal ini bisa menyebabkan penurunan kualitas air dan berdampak negatif pada kesehatan serta pertumbuhan udang.
Kondisi Kualitas Air Memengaruhi Nafsu Makan Udang
Kualitas air juga perlu diperhatikan saat memberi pakan, jika kualitas air menurun, fisiologi udang terganggu, nafsu makan berkurang, dan akhirnya efisiensi pakan pun menurun.





