Fenneropenaeus merguiensis di Indonesia memiliki beberapa nama daerah seperti udang jerbung, udang putih, udang menjangan, udang popet, udang kelong, udang peci, udang pate, dan lain-lain. Udang jerbung berkerabat cukup dekat dengan udang vaname, yaitu berada pada satu famili yang sama yaitu Penaidae. Secara rasa dan kenampakan udang jerbung tidak jauh berbeda dengan udang vaname.
Udang jerbung memiliki ciri-ciri warna badan putih kekuning-kuningan dengan bintik coklat dan hijau, ujung ekor dan kaki berwarna merah, serta antena berwarna merah dengan beberapa garis merah tua. Udang betina dapat tumbuh hingga panjang 240 mm dan 40 gram. Udang betina mampu memproduksi telur sebanyak 100.000 hingga 1.000.000 di alam, sedangkan di hatchery hanya 100.000 hingga 400.000 telur.</p>
Udang jerbung disebut sebagai udang asli perairan Indonesia namun tersebar juga di wilayah perairan Teluk Persia, Thailand, Hong Kong, Filipina, Papua Nugini, Kaledonia Baru, dan Australia Utara. Habitat alami udang jerbung adalah pada perairan laut dengan kedalaman 10-45 meter. Udang Jerbung ada di daerah muara hingga laut lepas. Udang ini hidup bersifat bentik, yaitu hidup di dasar laut dengan daya adaptasi yang tinggi pada semua tipe dasar perairan namun lebih menyukai dasaran dengan lempung lumpur dan berpasir.
Mengutip catatan dari CABI, pada 2001 Indonesia termasuk produsen utama udang jerbung yaitu sebanyak 25.682 ton. Jumlah tersebut didominasi dari hasil tangkapan dari alam. Hasil tangkapan udang jerbung paling besar berasal dari Bengkulu, Cilacap, Cirebon, Selat Lombok, Sulawesi Selatan, dan perairan Arafura. Pada 2016 secara global, total tangkapan dari alam mencapai 100.000 ton sedangkan yang berasal dari budidaya sekitar 20.000 ton. Tahun 90an hingga awal 2000an budidaya udang jerbung baru mencapai 3-5 ton/ha tiap 4-5 bulan. Udang jerbung sudah dicoba untuk dibudidayakan dengan semi intensif sejak tahun 80an.
Apa saja kelebihan dari udang jerbung?
- Nilai survival rate (SR) relatif tinggi (>80%)
- Biaya pemeliharaan indukan lebih rendah
- Pertumbuhan larva relatif lebih mudah dengan laju pertumbuhan yang lebih cepat
- Toleran pada salinitas dengan kisaran yang lebar
- Tingkat variabilitas ukuran rendah
- Kebutuhan pasar stabil
Tantangan saat ini yaitu belum tersedianya hatchery yang memproduksi benur udang jerbung agar mengurangi ketergantungan penangkapan benur dari alam. Kemudian juga diperlukan mengembangkan benur SPF. Pengembangan benur berkualitas dengan melakukan karakterisasi secara genetik udang jerbung sehingga mendapat indukan udang yang unggul. Saat ini pelopor utama pengembangan benur adalah BBPBAP Jepara, termasuk benur udang dengan kategori SPF. Pada awal tahun 2019 ini BBPBAP Jepara telah menghasilkan 12 juta benur bukan tangkapan dari alam di fasilitas budidaya milik BBPBAP Jepara. Pada 2020 mendatang benur udang jerbung diharapkan siap untuk dibudidayakan secara massal.
Udang jerbung memiliki permintaan ekspor yang cukup tinggi tetapi belum terpenuhi karena masih mengandalkan hasil tangkapan dari alam dan belum dibudidayakan secara masal. Hal ini merupakan sinyal positif bahwa budidaya udang jerbung ini potensial, selain untuk mencukupi permintaan ekspor tetapi juga menjadikannya andalan baru. Hasil dari udang jerbung mungkin belum bisa menggantikan udang vaname tetapi setidaknya menjadi andalan berikutnya ekspor perikanan Indonesia. Selain itu juga mengurangi ketergantungan indukan vaname yang berasal dari luar negeri.
Jika Anda memutuskan untuk mulai mengekspor udang jerbung, pastikan Anda menggunakan JALA App untuk mendukung keberhasilan budidaya Anda!
JALA App membantu Anda mencatat, memantau, dan memahami kondisi budidaya dengan lebih mendalam dan praktis. Daftarkan diri Anda segera di app.jala.tech dan unduh versi mobile-nya di Google Play Store atau App Store untuk memulai perjalanan budidaya Anda bersama JALA!
Referensi:
- CABI;Invasive Species Compendium. Datasheet Report for Fenneropenaeus merguiensis (banana shrimp).
- Holthuis, L.B. 1980. Shrimps and Prawns of the World: An Annotated Catalogue of Species of Interest to Fisheries. FAO Fisheries Synopsis No. 125, Volume 1.
- Kusrini, E., W. Hadie, Alimuddin, K. Sumantadinata, dan A. Sudradjat. 2008. Studi Morfometrik Udang Jerbung (Fenneropenaeus merguiensis de Man) dari Beberapa Populasi di Perairan Indonesia. J. Ris. Akuakultur. 4 (1): 15-21.
- Kusrini, E. 2011. Menggali Sumberdaya Genetik Udang Jerbung (Fenneropenaeus merguiensis de Man) Sebagai Kandidat Udang Budidaya di Indonesia). Media Akuakultur. 6 (1): 49-53.