Lampung merupakan salah satu wilayah potensial untuk industri perikanan, termasuk budidaya udang. Sebagai provinsi yang terletak di daerah pesisir Indonesia, Lampung memiliki sumber daya serta iklim yang mendukung budidaya udang, namun apakah produksinya sudah sebanding dengan potensi aktualnya, ataukah masih ada peluang untuk peningkatan?
Catatan produksi udang Lampung
Produksi perikanan budidaya terbesar di Provinsi Lampung dihasilkan oleh kolam dan tambak sebagai produksi terbesar kedua (BPS, 2015). Komoditas tambak yang dibudidayakan adalah udang vaname. Bahkan, pada tahun 2012, data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukkan bahwa provinsi Lampung sempat menjadi sentra penghasil produksi udang vaname terbesar di Indonesia dengan jumlah produksi 72.051 ton per tahun, menyumbang 40 persen produksi udang nasional.
Namun, menurut data terbaru KKP pada tahun 2020, produksi udang di Lampung mencapai 63.310,45 ton, menempati peringkat ke-4 setelah Nusa Tenggara Barat (159.013,10 ton), Jawa Barat (131.499,21 ton), dan Jawa Timur (114.885,55 ton). Produksi udang di Lampung lebih tinggi daripada provinsi lainnya di pulau Sumatera, namun berselisih sedikit dengan Sumatera Selatan di angka 62.189,40 ton. Tren produksi udang di Lampung pun semakin menurun selama tiga tahun terakhir.
Potensi lahan di Lampung
Lampung memiliki lahan potensial yang luas untuk budidaya air payau, baik untuk pembesaran maupun pembenihan, dengan luas mencapai 61.200 hektare. Potensi lahan tersebut mencakup pantai timur Lampung yang membentang dari utara sampai selatan seluas 52.500 ha, Teluk Lampung seluas 700 ha, Teluk Semangka 2.000 ha, dan pantai barat seluas 5.000 ha. Tambak intensif kebanyakan ditemui di wilayah pesisir Lampung Selatan, Lampung Barat, hingga perbatasan Bengkulu, sedangkan tambak semi intensif dan tradisional lebih banyak ditemui di Lampung Timur dan Selatan.
Tantangan dalam meningkatkan produktivitas
Revitalisasi tambak
Pada tahun 2021, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menunjukkan dukungannya untuk pengembangan budidaya udang di Lampung. KKP juga sudah menghadirkan program terobosan dalam rangka mencapai target produksi, dengan target produksi udang sebesar 2 juta ton pada tahun 2024.
Salah satu implementasi program terobosan tersebut adalah melalui revitalisasi tambak udang tradisional menjadi semi intensif untuk meningkatkan produktivitas. Revitalisasi meliputi segala lini, dari infrastruktur, penyediaan bahan baku budidaya, hingga penjualan hasil produksi. . Saat ini, banyak tambak belum dilengkapi dengan instalasi pengolahan air limbah (IPAL), hatchery, laboratorium, hingga cold storage.
Mengatasi ancaman penyakit
Industri budidaya udang di Lampung kerap mengalami serangan penyakit. Pada tahun 2000-an misalnya, virus Myo sempat menyerang sehingga mengakibatkan banyak petambak gulung tikar. Kemudian pada tahun 2015, terjadi wabah white feces disease. Salah satu syarat keberhasilan budidaya udang adalah dengan menerapkan cara budidaya yang baik agar udang terhindar dari penyakit. Karena itu, sarana seperti IPAL dan tandon menjadi semakin krusial untuk dibuat.
Kerusakan lingkungan laut
Persoalan berikutnya bagi industri budidaya udang di Lampung adalah kerusakan lingkungan laut, yaitu tergerusnya garis pantai dan terjadinya pendangkalan perairan pantai. Di kawasan pantai timur Lampung, kerusakan hutan mangrove sangat besar dan belum ada penanganan secara terpadu untuk mengatasinya.
Perlunya dukungan dari semua pihak
Dengan besarnya potensi budidaya udang di Lampung, maka sangat disayangkan jika produktivitasnya tidak bisa maksimal karena berbagai tantangan. Diperlukan langkah nyata dari semua pihak untuk mengatasi permasalahan yang ada dan menggenjot produksi udang. Selain akses pendanaan atau penyediaan sarana yang dibutuhkan, upaya perbaikan lingkungan juga harus diutamakan untuk budidaya yang sustainable, misalnya dengan pemulihan area mangrove. Kampanye dan edukasi kepada petambak dan masyarakat sekitar juga perlu dilakukan.
Mengutip dari Menteri Trenggono, warga Lampung memiliki keunggulan dalam berbudidaya udang, yaitu pengalaman. Maka, peningkatan produktivitas sangat mungkin untuk dilakukan, selama ada sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan semua yang terlibat dalam kegiatan budidaya, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi sambil tetap menjunjung pelestarian lingkungan.
Baca juga:
- Melihat Potensi Sulawesi sebagai Pusat Industri Udang Indonesia | JALA Blog
- Mengenal Blue Economy dan Industrialisasi Budidaya Udang dalam SHRIMPS TALK #8 | JALA Blog
- Menjadi Bagian dari Generasi Selanjutnya di Industri Udang: Menghadapi Tantangan Global | JALA Blog
Sumber:
Produksi Udang Indonesia Terbanyak di Jawa Barat pada 2021 | Data Indonesia
Potensi Besar, Pemanfaatan Belum Maksimal | Tribunlampung.co.id
Produksi Budi Daya Udang di Indonesia | KKP
Lampung Miliki Potensi Budidaya Ikan Terbesar | Pemerintah Provinsi Lampung