
Tahun 2025 menjadi tantangan besar bagi pelaku industri udang Indonesia karena dihadapi berbagai kesulitan ekspor, seperti akibat dari kabar tarif Trump, hingga isu zat berbahaya. Hal ini mengakibatkan turunnya minat konsumen dan membuat banyak petambak kesulitan menjual hasil panennya, hingga menyebabkan harga udang yang fluktuatif. Dengan adanya berbagai tantangan ekspor, justru membuka peluang penyerapan udang secara lokal agar lebih intens. Kondisi ini tidak hanya menuntut strategi bertahan, tapi juga membuka ruang inovasi dalam pemanfaatan udang di dalam negeri.
Berikut beberapa langkah strategis yang bisa diterapkan untuk mendukung penyerapan udang Indonesia yang maksimal.
Memaksimalkan Udang Indonesia untuk Konsumsi Lokal
1. Inovasi produk olahan dari udang
Diversifikasi produk olahan dapat menjadi nilai tambah agar udang Indonesia semakin menarik di mata konsumen. Ada berbagai jenis produk olahan udang yang memiliki nilai tambah, seperti ebi furai, nugget, bakso, otak-otak, siomay, dan sebagainya. Industri pengolahan, seperti pabrik frozen food dapat berperan sebagai penyerap volume besar untuk pasar domestik, sehingga membuka peluang lebih banyak ke pasar ritel modern maupun e-commerce.
2. Bahan baku pengganti kuliner Nusantara
Udang juga dapat dijadikan salah satu bahan baku protein pengganti dalam kuliner Nusantara yang biasanya menggunakan ikan atau daging hewani. Seperti memperkenalkan berbagai kuliner khas Nusantara yang telah memiliki citra positif di mata dunia, misalnya mengganti rendang atau bakmi dengan bahan udang. Dengan strategi diversifikasi ini, udang tidak hanya diposisikan sebagai komoditas ekspor, tapi bisa sebagai ikon kuliner domestik yang mampu menembus pasar global.
3. Memperkenalkan makanan khas Indonesia dari udang
Ada banyak kuliner asli Indonesia berbahan dasar udang yang sering dijumpai, seperti udang saus padang asal Padang, udang garo rica-rica asal Manado, atau udang sambal balacan asal Belitung. Berbagai kuliner tersebut bisa menjadi nilai tambah untuk mempopulerkan udang Indonesia agar semakin banyak yang mengetahui jika Indonesia kaya akan produk olahan udang.
4. Kerja sama dengan jaringan distribusi yang luas
Pelaku industri udang dapat membuka branding baru berupa kerja sama dengan perusahaan besar yang sudah memiliki jaringan distribusi luas dan brand positioning yang kuat. Bayangkan jika merek-merek populer seperti Indomie menghadirkan varian Indomie rasa udang, atau menambahkan topping berupa bakso udang pada produk mie instan mereka. Inovasi semacam ini bukan hanya memperkaya pilihan konsumen, tapi berpeluang mengangkat citra udang sebagai protein alternatif yang modern dan relevan.
Dengan demikian, pelaku industri udang maupun konsumen dapat menciptakan ekosistem pasar yang lebih stabil berbasis ketahanan harga, tidak hanya bergantung pada ekspor yang menyebabkan fluktuasi harga udang seperti saat ini. Industri pengolahan lokal juga berfungsi sebagai penopang ketika pasar ekspor tertekan, sehingga roda bisnis di hulu (petambak) tetap berjalan.
Sinyal Positif Keberhasilan Ekspor Udang Indonesia
Sumber gambar: Koran Jakarta
Meski sempat menemui kendala ekspor, kini udang Indonesia telah menunjukkan sinyal positif, ditandai dengan udang Indonesia kembali berhasil ekspor ke Amerika Serikat (AS) pada November 2025 dan terbukti bebas dari zat berbahaya. Keberhasilan ini juga menunjukkan bahwa Indonesia mampu memenuhi standar mutu internasional dan mengembalikan kepercayaan pada udang Indonesia di pasar global.
Kesimpulan
Langkah strategis ini diharapkan dapat mengoptimalkan penyerapan udang Indonesia di tengah berbagai isu yang menerpa. Langkah Ini juga dapat membantu petambak dan industri tetap untung meski harga jual udang mentah masih rendah. Namun, langkah ini perlu diupayakan bersama, baik itu dari masyarakat, pemerintah, maupun stakeholder terkait, agar penyerapan konsumsi udang Indonesia dapat berkelanjutan hingga seterusnya.





