AHPND adalah salah satu penyakit yang dapat menyerang udang. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini memiliki dampak kematian tinggi sehingga berdampak pada penurunan produksi serta kerugian finansial pada industri budidaya. Lalu, apa saja ciri-ciri AHPND udang dan bagaimana cara mengatasi AHPND? Simak selengkapnya di artikel ini!
Apa itu Penyakit AHPND pada Udang?
Penyakit AHPND atau Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease merupakan penyakit udang yang disebabkan oleh bakteri Vibrio parahaemolyticus. Penyakit AHPND ini dikenal juga dengan Early Mortality Syndrome (EMS) yang menyerang stadia post larva dan menyebabkan kematian hingga 100% dalam 20-30 hari setelah penebaran.
Gejala Udang yang Terkena Penyakit AHPND
AHPND menyerang udang pada masa awal budidaya dan ditandai dengan kerusakan pada hepatopankreas. Udang yang mengalami penyakit AHPND memiliki saluran pencernaan yang kosong karena tidak terisi makanan dan hepatopankreas berwarna pucat dan mengecil. Beberapa ciri-ciri AHPND lain adalah:
- Pada tahap nursery, gerakan larva menjadi lemah dan hepatopankreas menjadi mengkerut dan pucat
- Terjadi kematian mendadak pada larva dan post larva lebih dari 30%
- Kulit menjadi lunak
- Bintik hitam pada hepatopankreas
- Udang berenang berputar
Kematian dapat terjadi pada hari ke-10 setelah tebar, dan udang yang lemas akan tenggelam ke dasar kolam.
Ciri-Ciri Tambak yang Berisiko Terjangkit AHPND
Penyebaran penyakit AHPND udang dapat beragam, yaitu melalui air, induk, ataupun pakan. Penyebaran melalui induk disebabkan oleh induk udang yang digunakan telah terinfeksi AHPND dan akan menyebar ke telur yang diproduksinya. Penyebaran melalui pakan terjadi akibat sumber pakan tersebut terkontaminasi bakteri patogen AHPND dan terbawa pada pakan udang yang diproduksi.
Terdapat beberapa ciri tambak yang berisiko tinggi terjangkit penyakit AHPND. Pastikan Anda menjaga kualitas tambak agar tidak memiliki ciri berikut:
- Tambak dengan padat tebar tinggi yaitu padat tebar lebih dari 100 ekor/m²
- Tambak dengan salinitas tinggi yaitu lebih dari 20 ppt
- Kualitas air dalam yang buruk
- Persiapan tambak yang kurang sempurna
- Kualitas pakan yang buruk
- Tambak dengan konsentrasi zat organik yang tinggi
- Oksigen terlarut (DO) yang terlalu rendah
- Tambak dengan keragaman plankton yang rendah.
Bagaimana Cara Mengatasi Penyakit AHPND pada Udang?
Setelah mengenal ciri-ciri AHPND serta ciri-ciri tambak yang berisiko terjangkit AHPND, kini saatnya mempelajari cara mengatasi AHPND jika sudah terlanjur menginfeksi udang di tambak Anda.
1. Desinfeksi udang yang mati
Pertama, udang yang sudah mati terjangkit AHPND harus didesinfeksi menggunakan kaporit 100 ppm selama 3-7 hari kemudian dikubur. Langkah ini mencegah penyakit AHPND menyebar ke udang atau kolam lainnya.
2. Berikan suplemen pada udang
Sisa udang yang belum terjangkit AHPND dapat diberikan imunostimulan dan probiotik untuk meningkatkan imunitasnya dan mengurangi risiko terkena AHPND. Selain itu, bakteriofag juga dapat diberikan. Namun, pastikan pemberiannya sesuai dengan dosis yang dianjurkan saja.
3. Perhatikan kualitas air
Kualitas air yang di bawah kondisi ideal akan meningkatkan risiko munculnya atau menyebarnya penyakit AHPND pada udang. Pantau kualitas air secara rutin, khususnya suhu, pH, DO, dan salinitas. Jika nilai parameter tersebut fluktuatif atau di luar rentang yang ideal, lakukan penyesuaian yang dibutuhkan agar udang tidak stres dan mudah terserang penyakit.
4. Bersihkan dasar tambak
Selain itu, dasar tambak juga perlu dibersihkan dengan siphon untuk menghilangkan sisa-sisa molting udang, pakan, dan lumpur. Kemudian, desinfeksi menggunakan kaporit 100 ppm. Ini juga membantu menghilangkan sisa patogen yang mungkin tersisa.
5. Bersihkan peralatan tambak dan saluran
Selain tambak, peralatan serta saluran inlet dan outlet juga perlu dibersihkan agar tidak menjadi sumber penyakit. Desinfeksi peralatan tambak seperti kincir, anco, dan peralatan lainnya dengan kaporit 100 ppm. Kemudian, saluran inlet dan outlet dikeringkan dan diberi kapur tohor 2 ton/ha.
6. Periksa ulang kondisi tambak
Sebelum tambak digunakan kembali untuk siklus berikutnya, lakukan pemeriksaan ulang pada dasar dan dinding serta sumber air untuk memastikan semua sudah bersih. Untuk siklus berikutnya, kontrol padat tebar agar sesuai daya dukung lingkungan dan gunakan benur berkualitas yang sudah bersertifikasi SPF atau SPR. Selama budidaya, jaga kualitas dan kuantitas pakan dan tetap lakukan monitoring kualitas air secara rutin.
Kesimpulan
AHPND pada udang adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Vibrio parahaemolyticus dan dapat menyebabkan kerusakan hepatopankreas akut hingga kematian.
Udang yang terserang AHPND biasanya menunjukkan gejala-gejala berikut: Saluran pencernaan kosong
- Hepatopakreas mengecil dan rusak
- Kulit menjadi lunak
- Bintik hitam pada hepatopankreas
- Berenang berputar
Untuk mengatasi AHPND, Anda dapat melakukan langkah-langkah berikut:
- Desinfeksi udang mati
- Berikan suplemen pada udang yang masih hidup
- Perhatikan kualitas air
- Bersihkan dasar tambak
- Bersihkan peralatan dan saluran tambak
- Periksa ulang kondisi tambak sebelum tebar berikutnya
Dengan memantau kondisi tambak Anda secara rutin, Anda dapat mengenali risiko munculnya penyakit AHPND sebelum terlambat. Aplikasi manajemen udang JALA App #HadirMembantu Anda mencatat dan memonitor tambak kapan saja, dari mana saja. Belum bergabung di JALA App? Segera daftar di app.jala.tech atau download versi mobile-nya di Google Play Store atau App Store.
Sumber
Azhar F. 2018. Aplikasi Bioflok yang dikombinasikan dengan Probiotik untuk Pencegahan Infeksi Vibrio parahaemolyticus pada Pemelihaaran Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). Journal of Aquaculture Science. 3 (4): 128 – 137.
Fajriani B, Budiharjo A, Pujiyanto S. 2018. Isolasi dan identif ikasi molekuler bakteri antagonis terhadap Vibrio parahaemolyticus patogen pada udang Litopenaeus vannamei dari produk probiotik dan sedimen mangrove di Rembang. Jurnal Biologi. 7(1) : 52-63.
Hamzah, Herawaty, Hasmawati. 2021. Uji daya hambat madu, bawang merah, dan jahe terhadap beberapa jenis bakteri Vibrio sp.. SIGANUS: Journal of Fisheries and Marine Science. 2(2): 118-125.
Han JE, Tang KFJ, Pantoja CR, White BL, Lightner DV. 2015. qPCR assay for detecting and quantifying a virulence plasmid in acute hepatopancreatic necrosis disease (AHPND) due to pathogenic Vibrio parahaemolyticus. Aquaculture. 442:12–15.
Lightner DV, Redman CR, Pantoja BL, Noble LM, Nunan, Loc Tran, 2013. Documentation of An Emerging Disease (Early Mortality Syndrome) In SE Asia & Mexico. OIE Reference Laboratory For Shrimp Disease, Department of Veterinary Science & Microbiology, School of Animal And Comparative Biomedical Science.
Muchtar M, Farkan M, Mulyono M. 2021. Productivity of vannamei shrimp cultivation (Litopenaeus vannamei) in intensive ponds in Tegal City, Central Java Province. Journal of Aquaculture and Fish Health. 10(2):147–154.
Nainggolan RKS, Yuhana M, Sukenda S, Sariati WNE. 2020. Deteksi Vibrio parahaemolyticus menggunakan marka gen PirA pada udang vanname (Litopenaeus vannamei) dengan real time PCR. Jurnal Riset Akuakultur. 15(2). 111 - 119.
Tentang Penulis
Chandrika Agustiyana adalah mahasiswi Ilmu Akuakultur Institut Pertanian Bogor (IPB).