Efisiensi adalah salah satu kunci untuk mencapai keberhasilan budidaya udang. Efisiensi budidaya dapat ditelusuri dari berbagai parameter, seperti efisiensi pakan. Dalam hal ini, kualitas air juga menjadi aspek yang saling berkesinambungan dengan manajemen pakan. Karena itu, petambak juga perlu menguasai manajemen air budidaya dengan benar. Untuk membekali petambak dengan wawasan yang dibutuhkan tentang efisiensi dan manajemen air budidaya, JALA mengadakan mengadakan webinar online SHRIMPS TALK pada 22 Desember 2023 lalu.
SHRIMPS TALK kali ini kedatangan dua narasumber yaitu Ir. Yanuar Toto Raharjo (Ketua Umum SCI Banyuwangi dan Ketua Komisi III Bid Pengembangan Iptek & SDM SCI) yang membawakan topik Efisiensi Produksi Budidaya Udang sebagai Solusi Penurunan Harga Udang, serta Helmi Suaidi, S.Pi. (Praktisi dan Teknisi Senior) yang membawakan tentang Langkah Praktis Manajemen Air Budidaya. Sebanyak 78 audiens hadir di webinar ini.
Efisiensi Produksi Budidaya Udang sebagai Solusi Penurunan Harga
Permasalahan budidaya udang di Indonesia adalah penyakit udang yang tinggi dan harga udang yang menurun, sehingga menyebabkan kerugian bagi banyak petambak. Petambak biasanya menyiasati kondisi bisnis yang kurang baik dengan menurunkan ongkos produksi. Namun, yang lebih tepat adalah meningkatkan efisiensi budidaya produksi tanpa mengurangi input produksi yang justru esensial bagi budidaya.
Tercapai tidaknya efisiensi biaya produksi terlihat dari hasil produksi. Keberhasilan budidaya secara teknis harus diprioritaskan petambak.
Untuk menentukan biaya mana yang menjadi prioritas, Ir. Yanuar membagikan panduan berikut, dari prioritas tertinggi sampai terendah:
- Pakan: kurang lebih 50% biaya produksi, dan efisiensinya dapat ditingkatkan dengan manajemen kualitas air untuk mengendalikan FCR serta menggunakan autofeeder.
- Energi: kurang lebih 18% biaya produksi, penggunaan energi dari aerator, pompa, dan alat penunjang lainnya harus disesuaikan dengan carrying capacity tambak.
- Saprotam: kurang lebih 12% biaya produksi, pemilihan treatment (desinfektan, probiotik, mineral) harus berdasarkan latar belakang dan pencatatan data kualitas air yang jelas, bukan sekedar mencoba-coba atau meniru.
- Benur: kurang lebih 11% biaya produksi, dan dipilih berdasarkan carrying capacity serta sistem budidaya. Pastikan benur bersertifikat, dan lakukan skoring benur.
- Indirect cost: kurang lebih 9% untuk biaya-biaya lain seperti karyawan dan pemeliharaan. Permasalahan budidaya udang yang dapat muncul kapan saja perlu disikapi dengan bijak dan tetap mengelola keseimbangan.
Langkah Praktis Manajemen Air Budidaya
Sistem budidaya yang berganti-ganti belum bisa mengatasi masalah yang relatif tetap yaitu penyakit udang, yang disebabkan oleh limbah di air baku dan di kolam budidaya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, caranya dengan lebih mengutamakan mengelola limbah secara fisika terlebih dahulu untuk mencegah efek domino atau reaksi berantai yang tidak bisa dikontrol.
Manajemen air budidaya dapat dibagi menjadi manajemen air tandon dan manajemen air kolam. Keduanya harus dijalankan dengan standar tinggi dengan pengamatan rutin, karena cara maintenance di setiap kolam akan berbeda sesuai dengan kondisi masing-masing air kolam. Untuk air tandon, sebaiknya persiapkan 2 tandon agar bisa digunakan bergantian. Air perlu didiamkan 6-24 jam untuk melemahkan bakteri dan virus yang terdapat di dalamnya. Kemudian, lakukan sterilisasi 2 tahap dengan oksidator kuat, yaitu TCCA dan H₂O₂, agar membunuh bakteri dan virus termasuk yang bersembunyi di dalam biofilm. Bila hasil sterilisasi air tandon kurang jernih, ulangi sampai jernih.
Untuk air kolam, air kolam diisi secara bertahap sesuai keperluan, lalu buang lumpur setiap pagi. Selain itu, tebar air rendaman saponin pada pagi dan malam hari dari awal tebar benur sampai panen. Selain itu, lakukan pembuangan air permukaan secara berkala dan siphon bagian dasar kolam untuk membuang lumpur dan kotoran. Siphon juga perlu dilakukan 1 hari sebelum tebar benur serta di umur 20 hari, selanjutnya siphon hanya bila diperlukan sampai masa panen.
SHRIMPS TALK yang ke-13 ini membawa banyak insight baru bagi para audiens, yang turut antusias menanyakan berbagai pertanyaan tentang topik yang dibawakan. Melalui rangkaian diskusi ini, JALA berharap petambak dapat mencapai budidaya yang lebih produktif berkelanjutan.
Jika Anda terlibat dalam industri budidaya udang dan ingin mendapat informasi, tips, dan wawasan terkini, ikuti Instagram JALA di @jalaindonesia agar tidak ketinggalan jadwal SHRIMPS TALK dan acara lainnya dari JALA. Sampai jumpa di SHRIMPS TALK berikutnya!