Udang termasuk kelompok invertebrata yang secara fisiologi memiliki keunikan tersendiri, yaitu sistem imunnya masih bersifat primitif atau tidak mempunyai sel memori. Hal ini yang menyebabkan udang tidak dapat memproduksi antibodi sebagai bentuk pertahanan tubuh spesifik. Walaupun begitu, udang tetap memiliki sistem pertahanan tubuh secara non spesifik dan adanya perlindungan dari eksoskeleton dan lapisan mukus.
Pertahanan tubuh yang melindungi udang dari serangan infeksi patogen
Eksoskeleton dan Lapisan Mukus
Udang tergolong sebagai kelompok krustasea. Berdasarkan pengelompokan tersebut, permukaan tubuh udang ditutupi oleh lapisan keras yang disebut eksoskeleton. Eksoskeleton merupakan sistem rangka yang dimiliki semua jenis organisme krustasea yang berguna untuk menopang dan melindungi tubuh dari kondisi lingkungan, termasuk mencegah masuknya materi asing yang dapat merusak organ internal udang[3].
Tak kalah penting juga, permukaan eksoskeleton ditutupi lapisan mukus atau lendir. Lapisan ini menjadi perlindungan awal bagi udang dari serangan patogen yang hidup di kolom air[3].
Sistem Imun Non Spesifik pada Udang
Pertahanan tubuh oleh eksoskeleton dan lapisan mukus tidak sepenuhnya mampu menahan serangan patogen, terutama saat terdapat luka pada permukaan tubuh udang atau kondisi kualitas air yang buruk. Patogen yang berhasil merangsek masuk ke dalam tubuh udang akan memicu sistem imun non spesifik untuk bekerja. Sistem ini dikelompokkan menjadi dua tipe respon imun, yaitu seluler dan humoral[3].
Respon Imun Seluler Non Spesifik
Respon imun seluler pada udang diperankan oleh sel-sel imun yang berinteraksi dengan patogen yang menginfeksi. Sel-sel imun primer di dalam darah udang disebut sel hemosit. Salah satu aktivitas yang dilakukan sel ini untuk mengeliminasi patogen adalah fagositosis, yaitu proses pertahanan tubuh yang dilakukan dengan cara menelan dan menghancurkan patogen atau materi asing yang masuk ke dalam tubuh udang[3].
Respon Imun Humoral Non Spesifik
Respon imun humoral non spesifik merupakan bentuk pertahanan tubuh yang diperankan sejumlah biomolekul di dalam darah. Pada krustasea, respon imun humoral non spesifik dilakukan oleh enzim lisozim, lektin tipe-C dan enzim phenol oxidase (PO). Ketiganya memiliki fungsi masing-masing tetapi bertujuan sama, yaitu memusnahkan kehadiran patogen yang menimbulkan abnormalitas dalam tubuh udang[3].
Saat udang terinfeksi patogen, lektin tipe-C akan memberitahu sel hemosit untuk memulai serangkaian pertahanan seluler dengan tujuan memusnahkan patogen tersebut[3].
Lisozim mencegah bakteri patogen untuk menginfeksi tubuh inang dengan merusak dinding selnya sehingga sel bakteri akan pecah. Dengan begitu, bakteri patogen akan mati dan mata rantai perkembangbiakkan bakteri sudah terputus[3].
Ketika infeksi patogen terjadi dalam tubuh udang, enzim PO akan mengkatalisis reaksi oksidasi senyawa fenolik dalam hemolimfa yang akhirnya menghasilkan pigmen melanin. Proses melanisasi pada patogen juga menstimulasi sel hemosit untuk menelan dan menghancurkan patogen yang sudah terisolasi oleh melanin[3].
Meningkatkan Sistem Imun Udang Menggunakan Imunostimulan
Risiko serangan penyakit pada udang dapat dikurangi dengan penggunaan imunostimulan. Imunostimulan merupakan suatu zat yang dapat menaikkan respon imun non spesifik udang sehingga dapat tercipta kekebalan tubuh terhadap infeksi suatu patogen.
Tujuan pemberian imunostimulan adalah memperkuat sistem imun udang untuk menekan kematian dan menghindari terjadinya kegagalan panen akibat serangan wabah penyakit. Berikut beberapa sumber imunostimulan untuk memperkuat sistem imun udang dan cara pengaplikasiannya:
Imunostimulan yang Bersumber dari Bakteri Probiotik
Penggunaan bakteri probiotik dapat dilakukan dengan mencampurkannya ke dalam pakan atau menuangkannya pada air di dalam wadah pemeliharaan udang. Saat ini bakteri probiotik untuk udang sudah banyak dijual karena telah terbukti mampu menekan populasi mikroorganisme patogen di dalam air, meningkatkan sistem imun udang, dan mengoptimalkan pertumbuhan udang yang dibudidayakan.
Imunostimulan yang Bersumber dari Alga
Mikroalga dan makroalga merupakan sumber beberapa molekul bioaktif yang diketahui dapat meningkatkan sistem imun non spesifik. Produk berbasis ekstrak alga sudah banyak ditemukan di pasaran, dan pemanfaatannya dalam budidaya udang terbukti ampuh dalam meningkatkan resistensi terhadap infeksi berbagai jenis patogen, di antaranya Vibrio alginolyticus, dan WSSV. Pemanfaatan bahan bioaktif yang bersumber dari alga dapat dicampurkan melalui pakan untuk meningkatkan respon imun seluler dan humoral pada udang selama masa pemeliharaan berlangsung[3].
Imunostimulan Bersumber dari Yeast (Ragi)
Ragi umumnya dikenal sebagai bahan dasar dalam pembuatan roti atau bir. Sel ragi mengandung sejumlah nutrien yang dibutuhkan ikan maupun udang, yaitu protein, lipid, vitamin and mineral. Ragi ternyata juga bisa digunakan sebagai feed additive ke dalam pakan udang karena memiliki kandungan β-glukan[1]. Senyawa β-glukan pada sel ragi telah dibuktikan melalui berbagai riset dapat meningkatkan aktivitas enzim phenol oxidase dan serangkaian respon imun udang dalam melawan infeksi bakteri patogen seperti Vibrio harveyi[3].
Imunostimulan yang Bersumber dari Feed Additive
Pakan udang dapat diperkaya kandungannya dengan ditambah berbagai macam feed additive sesuai kebutuhan. Penambahan feed additive, seperti vitamin A, C, dan E, dengan dosis yang tepat dapat memperkuat daya tahan tubuh udang terhadap penyakit. Senyawa karotenoid juga menjadi salah satu jenis feed additive komersial yang dapat mengurangi tingkat stress terhadap perubahan lingkungan, dan sebagai antioksidan sebelum atau setelah terserang penyakit[3].
Penggunaan Imunostimulan Guna Memperkuat Sistem Imun Udang secara Berkelanjutan
Bakteri probiotik, fungi, alga, dan tumbuh-tumbuhan telah terbukti efektif sebagai imunomodulator bagi udang yang dibudidayakan. Penggunaan imunostimulan berbasis sumber daya hayati dapat mengurangi penggunaan antibiotik secara berlebihan. Ini tentunya lebih aman diterapkan dalam budidaya udang untuk menjamin keamanan produk dan keberlanjutan kegiatan produksi.
Selain penggunaan imunostimulan, keberhasilan dan keberlanjutan budidaya udang juga tidak terlepas dari manajemen pakan, kualitas air, dan pengelolaan air limbah yang baik.
Dan untuk semakin meningkatkan keberhasilan budidaya, Anda juga perlu rutin mengecek berbagai parameter budidaya dengan menggunakan JALA App!
Sebab, JALA App dapat membantu Anda mencatat, memantau, dan memahami kondisi budidaya dengan lebih mendalam dan praktis. Daftarkan diri Anda segera di app.jala.tech dan unduh versi mobile-nya di Google Play Store atau App Store untuk memulai perjalanan budidaya Anda bersama JALA!
Referensi: [1] Babu DT, Antony SP, Joseph SP, Bright AR, Philip R. 2013. Marine yeast Candida aquaetextoris S527 as a potential immunostimulant in black tiger shrimp Penaeus monodon. Journal of invertebrate pathology. 112(3):243-252. [2] Karunasagar I, Ababouch L. 2012. Shrimp viral diseases, import risk assessment and international trade. Indian Journal of Virology. 23:141-148. [3] Kumar S, Verma AK, Singh SP, Awasthi A. 2023. Immunostimulants for shrimp aquaculture: paving pathway towards shrimp sustainability. Environmental Science and Pollution Research. 30(10):25325-25343. [4] Kongnum K, Hongpattarakere T. 2012. Effect of Lactobacillus plantarum isolated from digestive tract of wild shrimp on growth and survival of white shrimp (Litopenaeus vannamei) challenged with Vibrio harveyi. Fish & shellfish immunology. 32(1):170-177. [5] Kumar R, Ng TH, Wang HC. 2020. Acute hepatopancreatic necrosis disease in penaeid shrimp. Reviews in Aquaculture. 12(3):1867-1880. [6] Shen WY, Fu LL, Li WF, Zhu YR. 2010. Effect of dietary supplementation with Bacillus subtilis on the growth, performance, immune response and antioxidant activities of the shrimp (Litopenaeus vannamei). Aquaculture Research. 41(11):1691-1698.