Budidaya udang merupakan salah satu potensi besar perikanan budidaya di Indonesia. Berwirausaha budidaya udang ini sangat menjanjikan dan potensial di masa depan. Apalagi seiring meningkatnya populasi penduduk dunia, maka kebutuhan protein dari seafood akan melonjak. Namun, budidaya udang tidak selalu mudah karena ada penyakit yang mengintai hewan air yang satu, salah satunya white spot disease.
Penyakit yang umum dikenal sebagai penyakit bintik putih dapat menyebabkan udang tidak tumbuh optimal hingga memicu gagal panen. Tetapi, tidak perlu risau karena sebenarnya ada tips untuk mengatasi penyakit tersebut. Simak info dan cara mengatasi penyakit bintik putih pada udang berikut ini.
Apa itu penyakit bintik putih (white spot disease)?
Penyakit bintik putih (white spot disease) merupakan penyakit pada udang yang disebabkan oleh virus White Spot Syndrome Virus (WSSV) yang berpotensi mengakibatkan kematian total pada populasi udang. Penyakit ini biasanya menyerang udang vaname pada usia >30 hari. Penyakit ini masih disebut sindrom karena masih terdapat dugaan beberapa faktor atau agen patogen yang menyebabkan munculnya bintik putih pada tubuh udang.
Gejalanya ditandai dengan munculnya bintik putih berdiameter 0,5-2 mm pada bagian cephalothorax atau bagian kepala yang kemudian bisa menyebar ke seluruh tubuh udang. Tubuh udang juga menjadi pucat kemerahan. Tidak hanya itu, tubuh udang menjadi lebih lemah dan ususnya kosong. (Selengkapnya bisa baca di: White Spot Syndrom)
Cara mengatasi penyakit white spot pada udang
Penyakit bintik putih pada udang bukanlah penyakit yang mudah disembuhkan. Hal itu dikarenakan sekali ada udang yang terinfeksi, maka udang-udang lainnya mudah tertular sehingga pada akhirnya mengalami kematian massal. Sebelum lebih banyak kerugian terjadi, berikut beberapa strategi untuk mengatasinya.
- Identifikasi sejak dini
Apabila udang yang ada di tambak atau kolam budidaya mengalami tanda-tanda telah terinfeksi virus WSSV tersebut, sebaiknya langkah pertama yang harus dilakukan adalah identifikasi kondisi udang. Pastikan udang tersebut memang terkena virus WSSV dan cek kondisi tubuh udang. Penyakit ini akan cepat terdeteksi apabila rutin melakukan pengecekan udang melalui pengecekan harian, misalnya pada saat cek anco (feeding tray).
- Panen lebih awal
Meski akan merugi, ini bisa disebut sebagai solusi alternatif dibandingkan membiarkan udang tetap hidup namun berujung pada kematian massal. Jika ternyata penyakit bintik putih tersebut belum menyebar luas, maka pembudidaya bisa melakukan panen lebih awal.
Tentunya, harus disortir udang-udang yang masih layak dikonsumsi dan yang berpenyakit. Tetapi, jika memang kondisinya sangat buruk keseluruhan, sangat disarankan untuk membuangnya. Maka dari itu, pengecekan dan pencegahan penyakit udang ini sangatlah penting agar hal tersebut tidak terjadi.
- Sterilisasi lokasi
Setelah dilakukan panen, bukan berarti masalah selesai. Justru di sinilah bagian pentingnya, yakni melakukan sterilisasi pada area tambak khususnya tempat budidaya agar virus tersebut tidak menyerang udang kembali. Proses ini disebut pula eradikasi, yakni dengan memasukkan klorin sebanyak 30 ppm pada kolam yang telah terisi air. Air tersebut baiknya didiamkan selama 4 hari.
Adapun udang atau hewan lainnya yang mati pada saat pemanenan tersebut bisa dikubur atau dibakar guna mencegah penyebaran penyakit. Sebisa mungkin untuk mensterilkan area tersebut baik peralatan, lokasi, dan media lainnya yang berpeluang bisa menjadi tempat munculnya virus WSSV tersebut.
Cara mencegah white spot pada udang
Hal terpenting dalam budidaya udang ini adalah melakukan pencegahan sejak dini agar tidak memicu timbulnya penyakit udang atau masalah lainnya yang membuat gagal panen. Penyakit white spot ini sulit disembuhkan dan langkah terbaik adalah melakukan tindakan pencegahan. Simak, cara mencegah penyakit bintik putih pada udang di bawah ini.
- Pencegahan secara ramah lingkungan
Bagi pembudidaya, pencegahan penyakit udang umum menggunakan obat, antibiotik, atau bahan kimia tertentu. Sebenarnya, cara tersebut kurang disarankan karena bisa mengancam status kesehatan udang yang berujung pada status keamanan udang sebagai bahan pangan.
Salah satu cara pencegahan yang ramah lingkungan adalah menggunakan probiotik. Probiotik dikenal sebagai mikroorganisme yang bermanfaat bagi kesehatan usus udang dan mampu memperbaiki kualitas lingkungan dengan menyeimbangkan kondisi mikrobiologi udang atau komunitas mikroba lingkungan hidupnya. Caranya melalui stimulasi pertumbuhan dan pengaktifan bakteri-bakteri baik yang ada pada saluran pencernaan udang. Efeknya yaitu sistem imun pada udang akan meningkat.
Probiotik yang diberikan pada udang kemudian menempel pada usus udang kemudian akan bekerja melakukan pencegahan penempelan patogen (virus penyebab white spot/WSSV). Selain itu, probiotik tersebut akan menstimulasi untuk memusnahkan patogen dari saluran pencernaan udang yang terinfeksi.
Cara ini dinilai ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya dan membantu peningkatan sistem imun pada udang secara alami. Artinya, kemampuan udang dalam bertahan hidup dioptimalkan sehingga mampu melawan virus-virus atau patogen yang masuk.
- Penerapan biosekuriti yang tepat
Biosekuriti merupakan strategi penting ketika budidaya udang akan dimulai. Biosekuriti dapat dilakukan dengan membuat batasan atau pagar berupa pematang yang kedap, petak tambak atau salurannya dikelola menjadi biofilter. Pagar biosekuriti tersebut berfungsi mencegah masuknya carrier atau penyakit.
Pagar biosekuriti tersebut dapat berupa plastik atau waring kasa yang dipasang tegak dengan ketinggian minimal 30 cm bergantung dari ukuran tambak atau kolam. Plastik tersebut dimasukkan ke dalam pematang sekitar 10 cm. Biosekuriti tersebut dipasang mengelilingi kawasan tambak sehingga mencegah hewan lain masuk.
Selain itu, air yang diisikan pada tambak atau kolam perlu ditampung dan diendapkan terlebih dahulu agar kualitasnya lebih baik dan mencegah adanya carrier dari luar. Air tersebut dapat ditampung pada tandon khusus sebagai petak penampungan air sehat.
- Memastikan benur udang bebas penyakit
Penyakit bintik putih tersebut bisa berasal dari air yang digunakan, tandon, atau bahkan muncul dari benur udang yang ditebar. Maka dari itu, pastikan bahwa benur tersebut dalam kondisi sehat. Penebaran juga disarankan tidak dilakukan pada musim dengan suhu yang lebih dingin.
- Rutin melakukan pengecekan
Apabila kegiatan budidaya telah dimulai, lakukan pengecekan secara rutin. Pengecekan tersebut bisa dimulai dari pengukuran kualitas air secara harian, pengamatan pada tingkah laku udang ketika diberi pakan, dan sampling udang secara berkala untuk melihat kondisi tubuh udang.
Untuk membantu Anda dalam melakukan pengecekan, Anda bisa menggunakan JALA App, aplikasi ini sangat cocok untuk mendukung keberhasilan budidaya Anda!
Sebab, JALA App dapat membantu Anda mencatat, memantau, dan memahami kondisi budidaya dengan lebih mendalam dan praktis. Daftarkan diri Anda segera di app.jala.tech dan unduh versi mobile-nya di Google Play Store atau App Store untuk memulai perjalanan budidaya Anda bersama JALA!
Referensi:
- Firmansyah A. 2002. Uji patogenitas white spot syndrome virus (WSSV) pada udang windu (Penaeus monodon Fabr) [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
- [KKP] Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2020. Strategi Pengembangan Bisnis Budidaya Udang.
- [KKP] Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (BPBAP Situbondo). 2021. Budidaya Udang Vaname di Tambak Milenial (Millenial Shrimp Farming).
- Pranawaty RN. 2012. Aplikasi Polimerase Chain Reaction (PCR) konvensional dan real time PCR untuk deteksi white spot syndrome virus pada kepiking. Jurnal Kelautan dan Perikanan. 3(2): 61-74.
- Rangkuti RFA. 2017. Pencegahan penyakit ko-infeksi ringan white spot syndrome virus (WSSV) dan Vibrio harveyi pada udang vaname (Litopenaeus vannamei) dengan suplementasi pakan mengandung mikrokapsul sinbiotik. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
- Supito. 2017. Teknik Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). Jepara: Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara.