Tips Budidaya

Menjaga Kualitas Udang, Menjaga Reputasi Indonesia

Wildan Gayuh Zulfikar
Wildan Gayuh Zulfikar
22 Mei 2020
Bagikan artikel
menjaga-kualitas-udang-menjaga-reputasi-indonesia.jpg

Kini udang vaname berada pada papan atas produk perikanan ekspor Indonesia. Secara volume dan nilai ekspornya terus naik dari tahun ke tahun. Lebih dari 80% atau sekitar 120-130 ribu ton udang diekspor ke berbagai negara seperti Amerika Serikat (AS), Tiongkok, Jepang, dan negara-negara di Uni Eropa tiap tahunnya. Udang masuk dalam daftar sari laut (seafood) favorit di US. Angka konsumsi perkapita juga naik terus tahun ke tahun.

Ratusan ribu ton udang yang diekspor adalah berasal dari hasil budidaya. Selain karena udang vaname tidak ada di laut Indonesia, ketersediaannya di alam pun tidak akan mampu memenuhi jumlah permintaan. Indonesia termasuk dalam jajaran negara pengekspor udang terbaik. Tidak lepas dari pengalaman dan panjang pesisir pantainya yang dapat digunakan untuk budidaya. Selain itu dikenal sebagai budidaya yang mampu mempertahankan nilai sintasan (SR) udang yang tinggi. Namun ada satu kekurangan, dengan luasnya wilayah Indonesia transportasi menjadi masalah yang harus segera diperbaiki. Konsistensi dan kualitas hasil budidaya ini harus terus ditingkatkan agar terus dipercaya sebagai penyuplai udang terbesar di dunia.

Akuakultur tulang punggung pangan dunia

Menurut Bank Dunia, 52% seafood dunia berasal dari hasil budidaya, dan pada 2030 nanti diperkirakan menjadi 63%. Jumlah udang di alam terbatas, apalagi dengan terus naiknya permintaan. Permasalahannya bukan lambatnya pertumbuhan atau perkembangbiakkan udang tetapi habitatnya yang terganggu dan rentan dari perubahan iklim dan pencemaran lingkungan. Jika tanpa akuakultur, tidak akan lagi tersisa seafood 10 tahun mendatang. Terjaminnya metode budidaya yang tidak berbahaya bagi kehidupan laut seperti koral dan hewan laut lainnya menjadikan budidaya udang sebagai salah satu sektor akuakultur tulang punggung pangan dunia.

Akuakultur adalah yang paling efisien dalam hal pakan yang digunakan dibandingkan dengan peternakan sapi ataupun ayam. Untuk menghasilkan 1 kg daging sapi memerlukan 4-10 kg pakan, atau pada ayam untuk menghasilkan 1 kg daging memerlukan 2 kg pakan, sedangkan pada akuakultur 1 kg pakan dapat menghasilkan 1 kg daging. Akuakultur juga menghasikan emisi gas rumah kaca yang lebih kecil daripada peternakan.

Budidaya sesuai standar menghasilkan udang yang aman dikonsumsi

Budidaya udang kini diupayakan sesuai standar yang bertujuan mendukung produktivitas yang baik dan bertanggung jawab pada kelestarian lingkungan. Protein pada pakan <40% karena pakan pada udang 66,49% hilang. Pergantian air tidak lebih dari 10% per hari. Terdapat protokol biosekuriti, misalnya skema rutin pemantauan kesehatan dan penyakit udang, perencanaaan respon adanya penyakit, dan pembuangan udang mati di tempat khusus. Kemudian benur tidak boleh yang berasal dari alam, harus didapatkan dari hatchery.</p>

Balai-balai perikanan di bawah naungan Kementerian Kelautan dan Perikanan telah mengeluarkan standar operasional prosedur (SOP) budidaya. Selain itu tidak jarang pabrik pakan juga memiliki SOP sendiri yang kemudian digunakan oleh petambak sekaligus didampingi oleh tenaga ahli dari pabrik pakan tersebut. Semua itu semata-mata untuk menjamin proses budidaya yang produktif dan hasil budidaya memiliki standar terbaik, yaitu standar ekspor. Produksi dan produktivitas terus ditingkatkan, tetapi keamanan juga harus tetap diutamakan. Misalnya menyesuaikan standar masing-masing negara tujuan.

Keamanan yang dimaksud adalah udang tidak terkontaminasi bahan berbahaya dan diperoleh dengan cara yang ramah lingkungan. Konsumen di negara-negara maju seperti AS dan Uni Eropa sangat peduli akan hal ini. Adanya SOP dan kepedulian petambak akan hal tersebut bukanlah hal yang sulit untuk menghasilkan udang yang aman untuk dikonsumsi.

Meskipun begitu masih tersisa citra buruk akan budidaya udang di negara tropis seperti di Indonesia. Misalnya tambak udang biasanya menggusur hutan mangrove dan segala hasil alamnya sehingga menggusur mata pencaharian yang mengandalkan keberadaannya. Selain itu masih ditemukan udang yang terdapat residu antibiotik dan bahan berbahaya lainnya.

Negara-negara di Uni Eropa sangat peduli dalam memastikan seafood yang masuk melalui impor aman untuk dikonsumsi. Mereka memastikan udang ditumbuhkan pada air yang tidak tercemar dan diberi perlakuan bahan kimia yang tidak meninggalkan residu sehingga mengganggu kesehatan manusia. Melalui European Food Law, negara-negara di eropa memiliki standar untuk menentukan tingkat kemanan, kualitas, dan transparansi produk seafood-nya kepada konsumen. Di AS juga terdapat badan otoritas untuk memeriksa produk makanan yang masuk melalui Food and Drug Administration (FDA). Badan otoritas ini akan memeriksa produk bebas dari kontaminasi dengan melakukan tes keberadaan residu obat, pestisida, logam berat dan bahan pencemar.

Kekhawatiran adanya residu antibiotik dan bahan kimia berbahaya harus diakhiri dengan melarang penggunaannya. Salah satunya oleh pemerintah Indonesia melalui peraturan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) nomor 39 tahun 2015 tentang pengendalian residu obat ikan, bahan kimia, dan kontaminan pada kegiatan pembudidayaan ikan konsumsi. Terbukti dari tahun ke tahun laporan adanya kontaminasi bahan berbahaya terus menurun. Pengawasan dan intervensi pemerintah terhadap industri akuakultur harus turut memastikan tidak terjadi pelanggaran ketenaga kerjaan, penggunaan antibiotik, dan penggusuran hutan mangrove.

Isu kesehatan menjadi penting dengan mempertimbangkan dari mana makanan yang dikonsumsi berasal dan didapatkan. Udang Indonesia yang mayoritas masuk pasar ekspor harus memenuhi standar yang aman dikonsumsi. Menjadi tanggungjawab seluruh pelaku sektor ini untuk menjaga produk udang kita tetap dalam standar kualitas ekspor, dimulai dari budidaya yang baik, penanganan setelah panen, pengemasan, hingga proses transportasi. Dengan begitu reputasi Indonesia sebagai pengekspor udang tetap terjaga di mata dunia.

 

Referensi:
Clark, M. 2019. What Are We Supposed to Think About Shrimp? The New York Times
GAA. 2020. Farmed Seafood Promotes Good Health and Wellbeing. Global Aquaculture Alliance.
GAA. 2019. Farmed Seafood: Fact vs. Fiction. Global Aquaculture Alliance.
Hollan, J. 2018. Report: Shrimp Imported to EU is Safe to Eat. Seafood Source.
Medium. 2017. 4 Best Countries to Get Your Farmed Shrimp.

Ikuti Berita Terbaru JALA

Dapatkan pemberitahuan tips budidaya, update fitur dan layanan, serta aktivitas terkini JALA.