IHHN atau infeksi hypodermal dan nekrosis hematopoietik
Pada udang juvenil, penyakit ini menyebabkan runt deformity syndrome (RDS). Pertumbuhan dan beratnya tidak stabil serta pembentukan karapasnya terhambat. Udang yang terinfeksi akan berenang ke permukaan air, diam tidak bergerak, kemudian berputar dan tenggelam ke dasar kolam. Perilaku ini mungkin dapat berulang hingga terjadi kematian. Selain itu, bagian perut dan moncong udang mengalami cacat.
Membawa sampel udang untuk dilakukan pengecekan lebih lanjut di laboratorium menggunakan uji histopatologi dan real-time PCR.
Dampak IHHNV (Sumber: vinnbio.com)
Infectious Hypodermal Haematopoietic Necrosis Virus (IHHNV) dari famili Parvoviridae
Virus
Belum ada data.
IHHNV merupakan virus dengan rantai tunggal DNA dan memiliki rata-rata diameter sekitar 22 nm. Organ target dari virus ini adalah hipodermis, hemosit, organ hematopoetik, dan jaringan penghubung. IHHNV termasuk dalam jenis parvovirus kategori C-1, yaitu kategori yang dapat menyebabkan kematian massal dan dapat menyebar dalam suatu wilayah serta sulit untuk disembuhkan.
Saat virus ini menjangkit udang, kanibalisme bisa terjadi meskipun nafsu makan udang akan menurun dan potensi kematiannya meningkat. Dampak virus ini pada udang dewasa cenderung tidak terlalu signifikan, tetapi pada udang di fase post larva (PL) dan juvenil, yang terjadi adalah sebaliknya. Tingkat kematiannya bisa naik hingga 80-90% dalam dua minggu. Jika tidak menyebabkan kematian, virus ini bisa menyebabkan udang berukuran kecil saat waktunya panen karena pertumbuhannya terhambat.
Pemilihan benih udang yang kurang tersertifikasi dan kurangnya upaya dalam menjaga kualitas air dapat memicu munculnya patogen ini.
Virus ini dapat menginfeksi melalui peristiwa kanibalisme sesama udang. Selain itu, virus juga dapat ditularkan melalui kontak dengan individu yang membawa atau terkena virus, dari indukan ke anakan, serta melalui air yang di dalamnya terdapat udang yang terinfeksi IHHNV.
Penyakit ini pernah terjadi di Ekuador, India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Peru, Taiwan, Cina, dan Thailand. Awal identifikasi terjadi pada tahun 1981 di Hawaii.
Turunan IHHNV dapat menginfeksi Penaeus vannamei, Penaeus stylirostris, dan Penaeus monodon. Ada pula kemungkinan menyebar ke negara lain melalui sistem ekspor benur.
Belum ada data.
Setelah terinfeksi, penyakit ini mulai terlihat jelas 35 hari pasca tebar, dan durasi inkubasi virus ini 5-14 hari setelah terjadi kontak dengan virus.
Belum ditemukan.
Belum ditemukan.
Belum ditemukan.
Mengamati fisik benur untuk melihat apakah terdapat kecacatan.
Memilih benur bersertifikasi Specific Pathogen Free (SPF) terutama bebas IHHNV. Menjaga kualitas air tambak selama budidaya juga merupakan faktor penting dalam mencegah tersebarnya virus ini.
Belum ada informasi.
Melakukan manajemen kualitas air yang baik dan terkontrol, contohnya menjaga agar kisaran DO tetap optimal pada 5-9 ppm dan kisaran suhu pada 28-32°C. Lakukan juga pemantauan kualitas air secara mingguan, misalnya dengan mengukur parameter TAN, NH3, total alkalinitas, dan HCO3.
Baticados, M.C.L. 1998. Disease. In: Biology and Culture of Penaeus monodon. SEAFDEC Aquaculture Department. pp: 139-178. FAO Fisheries Technical Paper 402/2.
Ganjoor, M. 2015. A Short Review on Infectious Viruses in Cultural Shrimps (Penaeidae Family). Journal of Fisheries Science. 9 (3): 9-33.
Genics Pty Ltd. 2023. Genics Education Series: Infectious Hypodermal and Haematopoietic Necrosis Virus (IHHNV).
Infectious Hypodermal and Haematopoietic Necrosis Virus (IHHNV) of Penaeid Shrimp, Fisheries and Ocean Canada.
Infectious hypodermal and haematopoietic necrosis (IHHN) virus, Aquatic Animal Diseases Significant to Australia: Identification Field Guide 4th Edition Australia Government.
Mulyadi, M., C. R. Handayani, H. P. Kusumaningrum, dan A. Budiharjo. 2013. Prediksi Resistensi Udang Vaname (Litopenaus vannamei) terhadap Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus (IHHNV) dari Tambak Intensif dan Semi Intensif Jepara Menggunakan Marka RAPD. BIOMA. Vol. 15, No. 2 : 73-80.
Lightner, D.V. and R.M. Redman. 1998. Strategies for the Control of Viral Disease of Shrimp in the Americas. Fish Pathology. 33 (4): 165-180.
Lotz, J.M. 1997. Special Topic Review: Viruses, Biosecurity and Specific Pathogen-free Stocks in Shrimp Aquaculture. World Journal of Microbiology & Biotechnology. 13: 406-413.
Rodriguez, S.A.S., B. Gomez-Gil, and A. Roque. 2009. Shrimp Disease and Molecular Diagnostic Methods.