Semua Penyakit

Infectious Myonecrosis Virus (IMNV/Myo)

Penyakit Infectious Myonecrosis yang juga dikenal sebagai Myo adalah salah satu penyakit yang paling berbahaya dan mematikan bagi udang. Penyakit Myo disebabkan oleh virus Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) yang membuat udang mengalami kerusakan pada jaringan otot. Penyakit ini berpotensi membawa kerugian besar bagi petambak tanpa pencegahan atau penanganan yang benar.

Indikasi Penyakit

Nama

Infectious Myonecrosis atau infeksi myonekrosis, lebih akrab disebut dengan penyakit Myo.

Tanda-tanda klinis

Ciri-ciri udang di tambak jika terkena Myo adalah tubuh yang pucat, kram dan perubahan warna pada otot menjadi putih. Pada tahap infeksi yang sudah parah, udang memerah di bagian ruas bawah sampai ekor, serta mengalami pembusukan jaringan otot dan lesi pada ujung perut. Penampakan tanda-tanda klinis biasanya muncul jika terdapat stresor di air kolam, seperti kualitas air yang buruk, kepadatan yang terlalu tinggi, atau panen yang tidak memperhatikan faktor penyebab stres seperti suhu yang terlalu tinggi atau durasi yang terlalu panjang.

Metode diagnosis

Penyakit Myo dapat didiagnosis melalui uji polymerase chain reaction (PCR).

imnv-image.png Sumber: Taukhid, Yani Lestari

Patogen

Nama

Infectious Myonecrosis Virus (IMNV)

Tipe patogen

Virus

Sinonim

Belum ada data.

Karakteristik

IMNV adalah virion kecil dalam famili Totiviridae berukuran 40 nm dengan RNA beruntai ganda yang bereplikasi dalam sitoplasma sel target.

Dampak Patogen

Toksisitas

Penyakit Myo termasuk dalam tipe kronis, atau membutuhkan waktu lama hingga menyebabkan kematian. Kematian biasa terjadi pada hari ke 9-13 setelah infeksi. Udang dalam fase post-larva (PL), juvenil dan dewasa pada DoC 60-80 rentan terserang virus ini, dengan potensi kematian 50-70% dari populasi di tambak. Rendahnya salinitas < 30 ppm juga mempercepat replikasi virus, sebaliknya pada salinitas 35 ppm proses replikasi terjadi lebih lambat.

Faktor pre-disposing

IMNV menyebabkan penyakit di lingkungan hidup hewan akuatik yang berpopulasi tinggi. Stresor lingkungan seperti perubahan kualitas air (suhu dan salinitas) secara mendadak dapat membuat udang lebih rentan terserang IMNV. Selain itu, sisa pakan yang menumpuk di dasar tambak dan berubah menjadi amonia berpotensi membuat udang stres sehingga lebih mudah terserang penyakit.

Transmisi

Penularan IMNV terjadi secara horizontal karena kanibalisme dan melalui air, serta secara vertikal dari induk ke benur.

Epidemiologi

Di Indonesia, penyakit Myo pertama kali diketahui terjadi pada udang vaname dari tambak di Situbondo, Jawa Timur, pada tahun 2006 dengan prevalensi 11,11% dan gejala klinis serupa dengan kejadian wabah Myo di Brazil pada tahun 2002. Karena itu, Myo diperkirakan terjadi karena impor udang vaname dari Brazil ke Asia.

Inang atau vektor

Myo dapat ditularkan dari induk ke benur.

Dosis infeksi

Belum ada data.

Periode inkubasi

Penyakit ini mulai teramati pada DoC 40-60 hari.

Stabilitas dan Kelangsungan Hidup

Kerentanan terhadap obat

Belum ada data.

Kerentanan terhadap desinfektan/probiotik

Belum ada data.

Inaktivasi fisik

Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa inaktivasi IMNV dengan desinfeksi tambak rutin seperti pengeringan matahari atau klorinasi lebih sulit dilakukan dibandingkan dengan virus lainnya seperti IHHNV, YHV1, WSSV dan TSV.

Pencegahan dan Penanganan

Peringatan dini

Udang yang terserang Myo akan mulai memucat dan memiliki gumpalan putih di bagian perut, kemudian memerah di bagian ruas bawah sampai ekor.

Pencegahan

Myo dapat dicegah dengan memperketat sistem biosekuriti. Sejumlah langkah yang bisa dilakukan adalah menggunakan benur dari indukan yang sudah terbukti bebas dari penyakit atau SPF (Specific Pathogen Free). Selain itu, kurangi kepadatan tebar benur dan pastikan aerasi yang mencukupi. Panen dapat dilakukan secara parsial untuk menjaga kapasitas kolam.

Selain itu, sebelum memulai siklus baru, lakukan pengeringan tambak selama 2 minggu. Jika melakukan pemberian klorin, klorin harus dibilas keluar dari tambak dengan mengalirkan air ke dalam tambak, kemudian dibuang. Selanjutnya, lakukan penggantian air secara rutin dan lakukan aplikasi plankton dan probiotik untuk mata rantai serangan penyakit.

Langkah lainnya untuk mencegah penyakit Myo adalah dengan memasang jaring atau plastik di dasar tambak untuk mencegah biota air seperti kepiting masuk tambak dan menggunakan alat penghalau burung. Penerapan biosekuriti juga sebaiknya dilakukan pada satu area pertambakan yang menggunakan satu saluran atau sumber air dan benur yang sama.

Pengobatan

Tidak ada vaksinasi efektif untuk IMNV. Pada awal fase infeksi ketika mortalitas masih rendah, lakukan stabilisasi kualitas air khususnya suhu, salinitas, dan pH. Kemudian, tingkatkan aerasi dan berikan pakan tambahan yang mengandung vitamin C, molase (25% dari FR/hari) dan probiotik, serta kurangi jumlah pakan atau hentikan pemberian pakan sementara.

Eradikasi

Klaster tambak dapat diterapkan agar dapat membuat kesepakatan pengelolaan antar petambak dalam satu kawasan. Ini dapat membantu koordinasi perlakuan pada air yang akan dibuang jika terdapat serangan Myo untuk meminimalisir penyebaran penyakit ke tambak lainnya.

Regulasi dan Informasi Lain

Berdasarkan Keputusan Menteri No.4/2001, impor udang vaname diizinkan untuk dibudidayakan, tetapi hanya induk udang berkualitas unggul dan bebas penyakit yang boleh diimpor.

Referensi

Amri dan Iskandar. 2012. Budidaya Udang Vaname Secara Intensif, Semi Intensif dan Tradisional. Gramedia: Jakarta.

Genics Pty Ltd. 2023. Genics Education Series: Infectious Myonecrosis Virus (IMNV).

Koesharyani, I., L. Gardenia, dan T. Mufidah. 2015. Sebaran Infeksi Taura Syndrome, Infectious Myonecrosis, dan Penaeus vannamei Nervous Virus (TSV, IMNV, PvNV) Pada Budidaya Udang Litopenaeus vannamei di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali. Journal Riset Akuakultur. 10 (3): 415-422.

Melena, J., J. Tomala, F. Panchana, I. Betancourt, and C. Gonzabay. 2012. Infectious Muscle Necrosis Etiology in the Pacific White Shrimp (Penaeus vannamei) Cultured in Ecuador. Brazilian Journal of Veterinary Pathology. 5 (1): 31-36

OIE. 2007. Infectious Myonecrosis. Aquatic Animal Disease Cards.

OIE. 2018. Manual of Diagnostic Tests for Aquatic Animals.

Prasad, K.P., K.U. Shyam, H. Banu, K. Jeena, and R. Krishnan. 2017. Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) – An alarming viral pathogen to Penaeid shrimps. Aquaculture. 477: 99 -105

Ramxel. 2018. IMNV (Infectious Mionecrosis Virus) on White Shrimp (Penaeus vannamei) and How to Prevent it. Shrimp Culture.

Rekasana, A., L. Sulmartiwi, dan Soedarno. 2013. Distribusi Penyakit Infectious Myo Necrosis Virus (IMNV) Pada Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di Pantai Utara Jawa Timur. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 5 (1): 49-54

Rodriguez, S.A.S., B. Gomez-Gil, and A. Roque. 2009. Shrimp Disease and Molecular Diagnostic Methods.

Sarah, H., Prayitno, S.B., Haditomo, A.H.C. 2018. Studi kasus keberadaan penyakit IMNV (Infectious Myonecrosis Virus) pada udang vaname (Litopenaeus vannamei) di pertambakan Pekalongan, Jawa Tengah. Jurnal Sains Akuakultur Tropis: 2(2018)1:66-72

Poulos, B.T. and D.V. Lightner. 2006. Detection of infectious myonecrosis virus (IMNV) of penaeid shrimp by reverse-transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR). Diseases of Aquatic Organisms. Vol. 73: 69–72.

Taukhid and Y.L. Nur’aini. 2009. Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) in Pacific White Shrimp (Litopenaeus vannamei) in Indonesia. The Israeli Journal of Aquaculture – Bamidgeh. 61 (3): 255-262.

Zaujat, R.C., S. Setiyaningsih, A.M. Lusiastuti. 2016. Prevalensi dan Karakterisasi Molekuler Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) di Sentra Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) Propinsi Banten. Acta Veterinaria Indonesiana. Vol. 4, No. 2: 88-96.