Semua Penyakit

Taura Syndrome Virus

Taura Syndrome adalah penyakit udang yang disebabkan oleh Taura Syndrome Virus (TSV). Infeksi virus ini dapat terjadi 14-40 hari setelah tebar benur dan menyebar melalui kanibalisme antar udang. Kulit udang yang terinfeksi virus ini menjadi lembek dan saluran pencernaannya kosong. Tanda-tanda fisik ini sering muncul menjelang akhir masa molting.

Indikasi Penyakit

Nama

Taura Syndrome Virus

Tanda-tanda klinis

Penyakit ini umumnya menginfeksi udang pada fase juvenil saat udang memiliki berat 0,15-5 gram atau pada DoC 1-45 hari. Udang yang terinfeksi TSV akan melemah dan mengalami disorientasi. Seluruh permukaan tubuhnya berwarna kemerahan terutama bagian kipas ekor. Terdapat pula bercak hitam pada bagian tubuh yang mengalami perubahan warna. Selain itu, kulitnya akan menjadi lembek, saluran pencernaannya kosong, dan jika sudah parah udang bisa mengalami kematian.

Metode diagnosis

Diagnostik morfologi, histopatologi, dan RT-PCR menggunakan sampel hemolimfa, pleopod, dan insang udang.

contoh-udang-yang-terkena-tsv.jpg Udang yang terinfeksi TSV

Patogen

Nama

Taura Syndrome Virus

Tipe patogen

Virus

Sinonim

Belum ada data.

Karakter

Virus ini memiliki diameter 30-32 nm dan termasuk ke dalam golongan picornavirus. Ada indikasi bahwa TSV menyebabkan masalah kesehatan di lingkungan produksi hewan akuatik dengan populasi yang padat.

Dampak Patogen

Toksisitas

Virus ini umumnya menginfeksi udang pada umur budidaya 14-40 hari. Pada udang yang terkena penyakit ini, khususnya udang di fase post larva dan juvenil, tingkat mortalitas atau kematiannya naik menjadi 80-95%. Udang yang selamat dari kematian akibat TSV akan terus membawa virus ini hingga menjadi udang dewasa dan sulit terkena penyakit ini lagi.

Faktor predisposisi

Pengelolaan kualitas lingkungan dan manajemen kualitas air yang kurang baik dapat memicu munculnya virus ini.

Transmisi

TSV dapat menyebar melalui air dan kontak langsung antara udang. Selain itu, beberapa jenis krustasea, serangga air, dan burung laut terindikasi bisa menjadi pembawa virus ini.

Epidemiologi

Virus ini pertama kali muncul pada tahun 1997 di Sungai Taura yang terletak di Ekuador. Kebanyakan kasusnya ditemukan di Kolombia, Peru, Brasil, serta Texas, Florida, dan Hawaii di Amerika Serikat.

Inang atau vektor

Penyebaran virus ini dapat terjadi apabila kontrol kualitas benur impor tidak tersertifikasi. Jika benur tidak tersertifikasi, peluang kerentanan terhadap penyakit semakin besar. Beberapa jenis udang budidaya juga dapat menjadi inang virus ini, di antaranya Litopenaeus vannamei, Litopenaeus stylirostris, dan Penaeus monodon. Sementara itu, vektor potensial yang membawa virus ini adalah hewan invertebrata, burung pemakan udang, dan serangga akuatik.

Dosis infeksi

Dosis rendah sebesar 0,05 ml dan dosis tinggi sebesar 0,15 ml (mulai terlihat gejala klinis yang sangat jelas).

Periode inkubasi

Umumnya sekitar 4-8 hari sejak awal terjangkit hingga mati.

Stabilitas dan Kelangsungan Hidup

Kerentanan terhadap obat

Belum ditemukan.

Kerentanan terhadap desinfektan/probiotik

Belum ditemukan.

Inaktivasi fisik

Belum ditemukan.

Penanganan dan Pencegahan

Peringatan dini

Amati bentuk atau morfologi udang secara langsung. Jika terdapat bercak hitam pada badan udang dan bagian kipas ekor udang berwarna merah, tandanya udang terkena penyakit TSV.

Pencegahan

Penyakit ini dapat dicegah dengan memilih benur berkategori Specific Pathogen Free (SPF) atau Specific Pathogen Resistant (SPR), mengelola kualitas lingkungan dengan baik karena penyebaran TSV selalu dipicu oleh kualitas lingkungan kolam yang menurun, melakukan persiapan kolam yang memadai, menyiapkan air untuk budidaya termasuk menyediakan pakan alami, melakukan manajemen air dan pakan selama budidaya dengan tepat, serta membuang udang yang sakit dan mati dari kolam untuk mencegah penyebaran penyakit melalui kanibalisme.

Pengobatan

Lakukan panen segera sebelum udang mengalami kematian atau mortalitas.

Eradikasi

Pengelolaan lingkungan dan kualitas air untuk mengurangi terjangkitnya virus TSV bisa melalui kontrol parameter berikut:

  • Parameter Fisika: pH, DO, salinitas, suhu, warna, bau, TSS, DHL
  • Parameter Kimia: TAN, total Fe, hardness, COD, BOD, dan total alkali
  • Parameter Biologi: TBC dan TVC

Regulasi dan Informasi Lain

Belum ada informasi lebih lanjut. Namun, penelitian Wilisiani, dkk (2013) menemukan bahwa udang vannamei lebih mudah terinfeksi TSV dalam dosis rendah jika dibandingkan dengan udang galah (Macrobrachium rosenbergii).

Referensi

FAO Fisheries Technical Paper 402/2.

Ganjoor, M. 2015. A Short Review on Infectious Viruses in Cultural Shrimps (Penaeidae Family). Journal of Fisheries Science. 9 (3): 9-33.

Genics Pty Ltd. 2023. Genics Education Series: Taura Syndrome Virus (TSV).

Lightner, D.V. and R.M. Redman. 1998. Strategies for the Control of Viral Disease of Shrimp in the Americas. Fish Pathology. 33 (4): 165-180.

Lotz, J.M. 1997. Special Topic Review: Viruses, Biosecurity and Specific Pathogen-free Stocks in Shrimp Aquaculture. World Journal of Microbiology & Biotechnology. 13: 406-413.

Rodriguez, S.A.S., B. Gomez-Gil, and A. Roque. 2009. Shrimp Disease and Molecular Diagnostic Methods.

Surfianti. O., N.C. Prihartini, M. Fathoni, E.R. Ekoputri, Laminem, R.Wilis, E.Pujiastuti, Sokhib dan A.D. Koswara. 2010. Deteksi Penyakit TSV( Taura Syndrome Virus) secara PCR pada Udang Vanamei (Litopenaeus vannamei) dengan berbagai Ekstraksi Suhu dan Waktu Penyimpanan. Indonesian Journal of Veterinary Science & Medicine. Volume II Nomor 1 : 15-24.

Taura Syndrome Virus of Penaeid Shirmp, Fisheries and Oceans Canada.

Wilisiani. F., N. Rohmah, I. N. Rahmawati, N. Wijayanti. 2013. Deteksi Molekuler Infeksi Taura Syndrome Virus Pada Udang Vanamei (Litopenaeus vannamei) dan Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii). Jurnal Sain Veteriner. 31(2) : 243-250.