Udang menjadi salah satu komoditas perikanan di Indonesia yang memiliki peluang besar untuk dikembangkan. Indonesia sendiri menempati urutan keempat sebagai negara pengekspor udang terbesar di dunia setelah Ekuador, India, dan Vietnam. Jenis utama udang yang dibudidayakan di Indonesia adalah udang vaname (Litopenaeus vannamei), udang windu (Penaeus monodon), dan jenis udang lainnya.
Udang vaname (Litopenaeus vannamei) menjadi udang unggulan ekspor di Indonesia. Udang vaname menjadi primadona pasar ekspor karena memiliki nilai gizi lebih tinggi dan dapat dibudidayakan dalam densitas tinggi. Dari data Kementerian Kelautan dan Perikanan, produksi udang sepanjang 2022 mencapai 1.099.976 ton atau naik 15% dibandingkan tahun 2021 yang hanya mencapai 953.177 ton. Produksi udang akan terus ditingkatkan menjadi 1,829 juta ton pada 2023 serta mencapai target 2 juta ton pada 2024. Sejumlah proyek percontohan budidaya digulirkan guna mengejar kenaikan ekspor sebesar 250% pada 2024 nanti (Lukita, 2023).
Untuk mencapai target tersebut, salah satu langkah untuk menjaga kepercayaan pasar adalah mengekspor udang yang memiliki kualitas terbaik. Hal itu akan membuat negara-negara tujuan ekspor bergantung pada udang Indonesia. Kriteria agar udang memenuhi kualitas terbaik untuk diekspor ditentukan untuk diterapkan dalam proses sortasi. Berikut beberapa kriteria udang yang tidak lolos dalam sortasi pabrik pemrosesan karena tidak memenuhi standar kualitas udang untuk ekspor:
- Terdapat bintik hitam (black spot)
Udang dengan bintik hitam akan ditolak oleh pabrik karena beberapa negara tujuan ekspor seperti Jepang yang tidak mentoleransi udang yang terindikasi bintik hitam. Adanya bintik hitam ini dipengaruhi adanya radiasi sinar matahari terhadap kulit udang, dan biasanya terjadi pada waktu panen jika petambak terlambat menyimpan udang di es pada waktu panen. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dadang (2016), bintik hitam disebabkan oleh adanya hormon di kepala udang yang memicu timbulnya bercak hitam.
- Terdapat lumut pada tubuh udang
Udang dengan lumut pada tubuhnya akan ditolak oleh pabrik karena beberapa negara tujuan ekspor seperti Amerika dan China tidak mentoleransi udang yang terindikasi lumut. Adanya lumut bisa disebabkan karena kecerahan air tinggi pada waktu budidaya, sehingga sinar matahari menembus air budidaya dan memicu pertumbuhan lumut. Lumut yang menempel pada udang saat proses penerimaan di pabrik disebabkan karena kurangnya pencucian saat pasca panen.
- Warna kecoklatan dan under color
Beberapa negara tujuan ekspor terutama China meminta secara khusus kualitas udang yang berwarna putih cerah atau warna fresh. Beberapa pabrik yang tujuan ekspornya adalah negara China akan menolak udang yang berwarna kecoklatan dan under color. Warna kecoklatan biasanya disebabkan oleh stres pada udang ketika panen dan penanganan pasca panen yang terlalu lama. Sedangkan, under color dapat disebabkan oleh proses pasca panen yang terlalu lama. Udang yang mati karena kesalahan teknis budidaya juga memicu under color ketika proses di pabrik.
Meminimalisir udang dengan ketiga kriteria tersebut dapat diantisipasi sejak budidaya di tambak maupun saat proses pasca panen sehingga hasil panen dapat mendapat harga terbaik, bahkan diterima di pasar ekspor. Hal ini tidak hanya akan mendorong keberhasilan budidaya udang agar produktif berkelanjutan, tetapi juga meningkatkan citra Indonesia sebagai salah satu produsen udang terbesar di dunia.
Apabila Anda ingin menghasilkan udang yang layak ekspor, pastikan Anda menjalankan budidaya dengan tepat. JALA App #HadirMembantu Anda mencatat, memantau, dan memahami kondisi budidaya secara praktis.
Mari mulai perjalanan budidaya Anda bersama JALA! Daftar di app.jala.tech atau download aplikasinya di Google Play Store atau App Store.
Referensi:
Dadang. (2016). Cara Sederhana Menunda Black Spot Pada Udang. Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya. ITS Media Center.
Karunia,. (2017). Peluang dan Kendala Ekspor Udang Indonesia Ke Pasar Jepang. eJournal Ilmu Hubungan Internasional.
Produksi Perikanan. Statistik KKP. Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Lukita G,. (2023). Menakar Capaian Produksi Udang.
Tentang Penulis
Penulis merupakan alumni Universitas Airlangga program studi Akuakultur. Saat ini penulis merupakan karyawan JALA.