Tips Budidaya

Trending! Tambak Udang Kolam Bundar

Wildan Gayuh Zulfikar
Wildan Gayuh Zulfikar
23 September 2021
Bagikan artikel
getting-trending-circular-shrimp-pond.jpg

Tambak udang vaname dengan kolam bundar semakin diminati. Sebab tambak dengan kolam bundar bisa dilakukan dalam skala rumah tangga. Modal tidak terlalu besar, praktis, dan tidak memakan banyak lahan jika dikembangkan untuk skala rumahan. Petambak dan pengusaha muda kini semakin banyak yang melirik sistem budidaya kolam bundar ini. Hal ini merupakan kondisi yang positif untuk ikut serta dalam mewujudkan target peningkatan ekspor hingga 250% pada 2024 nanti.

Kolam bundar juga telah banyak diaplikasikan untuk budidaya komoditi lainnya seperti ikan lele, patin, sidat, dan lain sebagainya. Sebelum memutuskan untuk mengikuti trend budidaya di kolam bundar, kenali kelebihan, tips, dan beberapa hal yang harus diperhatikan berikut ini.

Apa saja kelebihan kolam bundar?

Konstruksi yang lebih cepat, sehingga ongkos konstruksi bisa lebih murah. Beberapa produsen bahkan menawarkan kolam siap pakai hingga kolam portable (bisa dengan mudah dilipat dan dipindah). Sirkulasi air di kolam bundar bisa terbentuk dengan optimal. Dasar kolam bisa lebih bersih dengan penambahan central drain di tengah kolam untuk outlet pembuangan limbah.

Kebersihan kolam menjadi lebih terjaga. Kolam bundar dapat "membersihkan dirinya sendiri". Hal ini dikarenakan kecepatan arus air secara umum menurun dari bagian luar hingga bagian terdalam (tengah) dari kolam dengan menyapu atau membawa materi organik menuju central drain. Selain itu, kolam bundar dapat meminimalisir adanya titik mati yang rentan menurun kualitas airnya.

Bagi petambak yang suka bereksplorasi dengan berbagai metode budidaya cocok dengan memiliki kolam bundar. Berbagai model budidaya bisa dicoba untuk mengetahui metode terbaik dan optimal yang cocok diterapkan di tambaknya. Resiko penyebaran penyakit antar kolam bisa lebih minim.

Model kolam bundar juga cocok untuk penerapan teknologi terkini dalam budidaya. Misalnya penggunaan autofeeder, aerator, dan alat monitoring kualitas air. Salah satu penerapan model kolam bundar adalah pada program tambak milenial di Situbondo dan Jepara. Kolam bundar juga bisa diterapkan untuk teknologi budidaya menggunakan RAS (Recirculating Aeration System) atau ZWD (Zero Water Discharge).

Circular shrimp ponds, operated as part of the Millenial Shrimp Farming Project, Situbondo, East JavaKolam Bundar Millenial Shrimp Farm BPBAP Situbondo (Sumber: KKP)

Tips budidaya di kolam bundar

  1. Konstruksi kolam menggunakan bahan-bahan yang kuat agar dapat dioperasikan untuk beberapa siklus budidaya hingga beberapa tahun. Gunakan plastik tipe LDPE/HDPE dengan rangka baja atau tipe lainnya yang sesuai dengan intensifitas budidaya, hal ini agar volume air tertampung dengan baik.
  2. Jika konstruksi terpal/plastik atau beton/cor baru, hilangkan terlebih dahulu bau karet/plastik atau semen agar tidak mengganggu kenyamanan udang.
  3. Peralatan penunjang, minimal yang harus dipersiapkan diantaranya alat cek kualitas air, peralatan pembersih kolam, pompa air, dan aerator. Peralatan tersebut diperlukan untuk mendukung kelancaran budidaya terutama dalam menjaga kualitas air yang nyaman untuk pertumbuhan udang.
  4. Suplai air yang cukup. Pastikan lokasi budidaya dekat atau mudah mendapatkan suplai air yang cukup. Air yang sehat diperlukan sepanjang budidaya sehingga suplai yang cukup juga diperlukan kapanpun dibutuhkan.
  5. Benur udang berkualitas. Usahakan mendapat benur yang bersertifikan SPF, memiliki keseragaman yang tinggi, dan bergerak aktif. Periksa kualitas benur dan lakukan aklimatisasi sebelum dimasukkan ke kolam budidaya. Benur sehat dan berkualitas merupakan salah satu kunci kesuksesan budidaya.
  6. Menerapkan prinsip biosekuriti. Hal ini penting sebagai langkah untuk mencegah masuk dan menyebarnya sumber penyakit (patogen) di tambak. Gunakan air yang telah disterilisasi sebelum digunakan budidaya atau ditambahkan ke kolam budidaya. Peralatan budidaya juga diusahakan terpisah setiap kolam untuk meminimalisir penyebaran patogen.
  7. Menjaga kualitas air. Cek secara rutin agar kualitas air bisa dalam kisaran ideal untuk pertumbuhan. Lakukan treatment jika diperlukan dalam menjaga kualitas air seperti penambahan molase, kapur, probiotik, dan berbagai bahan lainnya sesuai kebutuhan.
  8. Program pakan yang tepat untuk mendukung pertumbuhan udang. Pakan menjadi sumber utama pertumbuhan udang. Penggunaan pakan berkualitas diiringi program pakan yang tepat akan menghasilkan pertumbuhan udang dan rasio konversi pakan yang efisien.
  9. Pembersihan kolam dari bahan organik yang berlebihan. Hal ini akan dimudahkan dengan adanya central drain untuk melakukan sipon. Kotoran seperti klekap atau plankton mati di permukaan air juga perlu rutin dibersihkan.
  10. Penggantian air. Ganti air saat air kolam menunjukkan penurunan kualitas. Air pengganti harus memiliki kualitas yang lebih baik. Lakukan penggantian air secara bertahap 5-10% per hari hingga air menunjukkan perbaikan kualitas. Air baru dimasukkan terlebih dahulu kemudian baru dibuang. Usahakan kincir atau aerator dioperasikan agar kualitas air tercampur merata. Air baru yang dimasukkan idealnya telah ditampung terlebih dahulu di tandon agar kualitasnya terjaga.

Perhatikan ini jika memutuskan menggunakan kolam bundar

  1. Tetap perlu kolam tandon. Kunci pencegahan penyakit masuk yang berasal dari sumber air. Tandon menyediakan air yang berkualitas untuk menyuplai kolam dalam pergantian air atau penambahan air akibat proses sipon.
  2. Memperhatikan efisiensi lahan, karena tidak semua luasan lahan bisa terpakai untuk kolam dibandingkan tambak udang pada umumnya yang berbentuk persegi atau persegi panjang. Ada banyak ujung lahan yang akan terbuang.
  3. Perhatikan padat tebar, tidak perlu terlalu ambisius menerapkan padat tebar fantastis. Cukup dengan padat tebar 100 ekor per m2. Semakin tinggi padat tebar semakin sulit pemeliharaannya dari sisi pemeliharaan kualitas air, manajemen limbah, dan resiko terkena penyakit. Jika mampu mempertahankan survival rate (SR) tinggi dan feed conversion ratio (FCR) rendah maka keuntungan bisa diraih.
  4. Saat musim hujan, tambak udang menjadi lebih rentan terutama udang yang stres akibat perubahan kualitas air seperti salinitas, pH, dan suhu. Bisa diantisipasi dengan pembuatan kolam indoor/beratap dan membuang air permukaan yang berasal dari air hujan.
  5. Perlu memperhatikan kekuatan dasar dan ketebalan plastik yang digunakan. Hal ini juga dikaitkan dengan ketinggian dan diameter kolam agar tekanan air didistribusikan merata. Rasio diameter:kedalaman yang disarankan adalah 5:1 hingga 10:1.
  6. Titik mati bisa terbentuk jika tidak memperhatikan kedalaman dan diameter kolam. Titik mati tersebut berada pada pojok dasar kolam. Penempatan aerator yang tepat juga akan meminimalisir adanya titik mati.
  7. Pembentukan arus yang tidak terlalu kencang. Arus air yang terlalu kencang justru akan memaksa udang tetap aktif berenang sehingga seluruh energinya terpakai untuk berenang dan semakin sedikit yang disimpan untuk pertumbuhan. Selain itu, arus yang terlalu kencang akan menyulitkan udang menemukan makanannya. Arus dibentuk dengan tujuan cukup untuk mengumpulkan kotoran di central drain.

Titik mati di kolam bundar (huruf A dan C) (Sumber: Portz et al., 2006)

 

Referensi dan bahan bacaan lanjutan:
Bulkini, A. 2021. The Circular Economy: Why Indonesian Shrimp Farmers are Changing the Shape of their Ponds. The Fish Site.
Ebrary. 2021. Circulating Units. Ebrary.net.
Naqvi, M. R. 2021. Indonesian Farmers Shifting to Circular Ponds. Intelligon.
Portz, D. E., C. M. Woodley, J. J. Cech Jr. 2006. Stress-associated Impacts of Short-term Holding on Fishes. Rev. Fish Biol. Fisheries. DOI 10.1007/s11160-006-9012-z
TROBOS AQUA. 2020. TAMBAK BUNDAR KIAN BERSINAR. TROBOS AQUA.
Ikuti Berita Terbaru JALA

Dapatkan pemberitahuan tips budidaya, update fitur dan layanan, serta aktivitas terkini JALA.