Tips Budidaya

Cara Budidaya Udang Vaname dengan Sistem Bioflok [Lengkap!]

Muhammad Dzakwan
Muhammad Dzakwan
1 Oktober 2023
Bagikan artikel
shrimp-cultivation-with-biofloc-technology.jpg

Dalam budidaya udang, biaya pakan menjadi salah satu faktor yang paling menguras biaya operasional. Diperkirakan sekitar 60 hingga 70 persen dari total biaya budidaya udang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan.

Seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya efisiensi dalam budidaya, metode budidaya udang vaname dengan teknologi bioflok kini kerap menjadi sorotan.

Namun, penting untuk diingat bahwa kesuksesan penerapan teknologi bioflok dalam budidaya udang vaname membutuhkan pengelolaan yang tepat dan konsisten. Oleh karena itu, artikel ini akan membahas secara lengkap tentang penggunaan sistem bioflok dalam budidaya udang.

Daftar Isi
Artikel Terkait

Apa itu Sistem Bioflok?

Bioflok merupakan inovasi bioteknologi dalam budidaya udang yang memanfaatkan bakteri baik untuk membentuk gumpalan flok, yaitu gabungan bahan organik dan anorganik seperti sisa pakan, feses, oksigen, hidrogen, nitrogen, dan karbon di dalam tambak.

Flok menjadi sumber makanan yang kaya protein bagi udang yang dibudidayakan, sehingga penggunaan pakan menjadi lebih efisien. Selain itu, bioflok juga dapat membantu petambak dalam memperbaiki kualitas air.

biofloc-system-in-shrimp-farming.jpg

Tidak hanya itu, studi ilmiah juga telah membuktikan bahwa penggunaan bioflok pada budidaya udang vaname dapat meningkatkan laju pertumbuhan harian dan persentase Survival Rate (SR) secara signifikan.

Dengan kata lain, udang yang dibudidayakan akan tumbuh lebih cepat dan jumlah udang yang berhasil dipanen akan lebih banyak dibandingkan dengan sistem budidaya yang mengandalkan pergantian air secara rutin saat terjadi penurunan kualitas air.

Bagaimana Cara Kerja Sistem Bioflok?

Udang hanya mampu menyerap protein pakan sekitar 16-40%, sedangkan sisanya akan dikeluarkan menjadi limbah dalam bentuk feses dan amonia.

Limbah organik tersebut dapat dimanfaatkan oleh bakteri heterotrof seperti Paracolobacterium aerogenoids, Bacillus subtilis, dan Bacillus cereus untuk membentuk flok (bioflocculant). Bakteri ini akan mengkonsumsi limbah budidaya sebagai sumber energi kehidupan.

Secara bersamaan, bakteri-bakteri tersebut juga mengeluarkan lendir metabolit dan molekul biopolimer yang menyebabkan terbentuknya flok-flok di kolom air.

Selain berperan sebagai bioflocculant, bakteri dalam sistem bioflok juga mampu untuk melakukan beberapa hal lain, yaitu:

  1. Membuat nilai konversi pakan (FCR) menjadi lebih rendah dan meningkatkan retensi pakan pada udang.
  2. Menghasilkan senyawa aktif yang dapat menekan populasi bakteri patogen seperti Vibrio sp. di dalam kolom air.
  3. Berfungsi sebagai imunostimulan yang meningkatkan respons imun non-spesifik pada udang jika termakan, sehingga meningkatkan ketahanan tubuh udang terhadap penyakit dan meningkatkan Survival Rate (SR) udang.

Lalu, apa saja yang perlu Anda perhatikan saat menggunakan sistem bioflok? Berikut di antaranya:

  • Teknologi bioflok memerlukan aerasi yang kuat sebagai sumber oksigen untuk mengoptimalkan kinerja biologis bakteri dan udang di dalam wadah budidaya. Proses aerasi yang kuat juga ditujukan untuk mengaduk partikel organik dan anorganik agar tidak ada yang mengendap di dasar.
  • Kekuatan aerasi perlu diperhitungkan dengan memperhatikan beberapa hal yaitu luas wadah, volume air, nilai rasio C/N, dan bobot biomassa udang, serta kepadatan bakteri di dalam wadah budidaya.
  • Bioflok juga memerlukan pH air yang stabil. Dalam kondisi pH rendah, flok cenderung lebih mudah hancur. Sehingga, monitoring air perlu dilakukan secara rutin. Kondisi pH air yang rendah umumnya diatasi dengan penebaran kapur dolomit ataupun jenis kapur lainnya untuk meningkatkan pH.
banner-cta-jala-app.png

Langkah-Langkah Budidaya Udang Vaname dengan Sistem Bioflok

Bila Anda tertarik untuk memanfaatkan sistem bioflok di tambak udang Anda, berikut adalah langkah-langkah yang bisa Anda ikuti:

1. Siapkan Tambak

Langkah pertama yang perlu Anda lakukan adalah mempersiapkan tambaknya terlebih dulu. Ada beberapa aspek yang perlu Anda perhatikan, yaitu:

  • Ukuran Tambak – Ukuran tambak harus disesuaikan dengan jumlah populasi udang yang akan dibudidayakan.
  • Ketahanan Tambak – Pastikan tambak tidak bocor dan mampu menahan volume air yang cukup. Hal ini bisa dilakukan dengan melapisi tambak menggunakan plastik HDPE atau semen
  • Kedalaman Tambak – Umumnya, kedalaman minimal tambak adalah 1 meter, namun dalam beberapa kasus bisa mencapai 2 hingga 3 meter, tergantung pada kebutuhan aerasi udang.
  • Probiotik – Sebelum memasukkan udang, tambahkan probiotik ke dalam air untuk membentuk sistem bioflok yang diperlukan. Bakteri probiotik seperti bacillus subtilis dan bacillus cereus sering digunakan untuk memulai proses pembentukan bioflok.
  • Penggunaan Kincir Air – Letakkan kincir air atau aerator dengan tepat di tambak untuk memaksimalkan kinerjanya dan menjaga kualitas air tetap baik serta memastikan pasokan oksigen yang cukup bagi udang.

2. Gunakan Probiotik

Pemilihan bakteri probiotik yang tepat adalah kunci dalam membentuk dan menjaga sistem bioflok agar berfungsi secara optimal dalam budidaya udang.

Bacillus subtilis dan Bacillus cereus memiliki peran utama dalam membantu menjaga kualitas air dan membentuk flok, sedangkan bakteri isolat denitrifikasi berperan dalam menguraikan senyawa nitrogen yang berpotensi merugikan bagi udang.

Sebelum memilih dan menggunakan bakteri probiotik, pastikan untuk berkonsultasi dengan ahli atau petambak yang berpengalaman dalam budidaya udang sistem bioflok agar mendapatkan saran yang tepat sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan tambak Anda.

3. Buat Starter Bioflok

Proses pembuatan starter bioflok bertujuan untuk memperbanyak jumlah mikroorganisme, terutama bakteri probiotik, yang dibutuhkan dalam sistem bioflok.

Selain berfokus pada pertumbuhan jumlah bakteri, tahap ini juga fokus pada kualitas Biopolymer (PHA) yang dihasilkan. PHA ini penting dalam membentuk floc yang memadat dan membantu dalam menekan pertumbuhan patogen negatif.

Dalam proses pembuatan starter bioflok, menjaga keseimbangan pH menjadi kritis. Idealnya, pH harus dijaga sekitar angka 6. Untuk menjaga pH tersebut, penambahan larutan buffer diperlukan agar kualitas bioflok tetap terjaga.

Dengan membuat starter bioflok, Anda dapat menciptakan lingkungan yang optimal untuk pertumbuhan mikroorganisme yang mendukung sistem bioflok agar berfungsi secara efektif dalam menopang budidaya udang vaname.

4. Tebarkan Benur ke Tambak

Penyebaran benur bertujuan untuk memulai siklus pertumbuhan udang dalam kolam tambak dengan sistem bioflok.

Pastikan Anda memilih benur dengan kualitas tinggi dan telah tersertifikasi. Sebab, benur yang baik akan memberikan hasil budidaya yang lebih baik juga.

Setelah benur ditebarkan, lakukan pemantauan secara berkala terhadap kondisi benur dan lingkungan di dalam kolam. Pastikan bahwa benur beradaptasi dengan baik dan ambil tindakan jika terdapat masalah seperti stres, penyakit, atau kondisi lingkungan yang tidak sesuai.

5. Atur Pemberian Pakan

Saat flok belum terbentuk sepenuhnya, petambak dapat memberikan pakan seperti biasa dalam budidaya udang vaname. Sesuaikan jenis pakan dan jumlahnya dengan kebutuhan dan jumlah populasi udang yang ada.

Ketika flok mulai terbentuk, petambak dapat mulai mengurangi pemberian pakan secara bertahap. Flok yang terbentuk dalam sistem bioflok dapat berperan sebagai sumber pakan alami untuk udang.

Dengan adanya flok yang berfungsi sebagai sumber pakan alami, petambak dapat menghemat biaya operasional pakan, karena udang akan lebih banyak memanfaatkan sumber pakan alami dari flok daripada pakan yang diberikan secara buatan.

6. Panen Udang

Waktu panen udang dalam budidaya sistem bioflok bisa bervariasi tergantung pada jenis varietas udang yang dibudidayakan. Periode panen juga dapat disesuaikan dengan perkiraan ukuran udang yang diinginkan atau kebutuhan pasar.

Sebelum melakukan panen, penting untuk membersihkan floc atau endapan yang terbentuk di dalam tambak. Hal ini dapat dilakukan untuk mempermudah proses panen dan menjaga kualitas udang yang akan dipanen.

Setelah persiapan selesai, proses panen dimulai dengan menjaring atau menangkap udang yang ada di dalam tambak. Udang bisa diambil menggunakan alat jaring atau perangkap yang sesuai untuk memastikan penanganannya tidak menimbulkan stres pada udang.

Kesimpulan

Sistem bioflok adalah solusi bagi petambak udang vaname yang ingin meningkatkan efisiensi pakan. Karena, sistem ini memungkinkan petambak untuk mengandalkan pakan alami dan mengurangi penggunaan pakan buatan.

Ada beberapa langkah yang bisa Anda ikuti untuk menerapkan sistem bioflok di tambak udang Anda:

  1. Siapkan tambak sebelum memulai budidaya.
  2. Gunakan probiotik yang berperan dalam membentuk flok.
  3. Buat starter bioflok untuk menumbuhkan bakteri probiotik.
  4. Tebarkan benur ke tambak.
  5. Atur pemberian pakan berdasarkan fase pembentukan flok.
  6. Panen udang.

Setelah menerapkan sistem bioflok pada budidaya udang Anda dengan baik, Anda bisa rutin memantau parameter kualitas air tambak Anda melalui JALA App. Aplikasi ini juga dapat membantu Anda melakukan banyak hal, contohnya seperti:

  • Memantau 40+ parameter budidaya udang (Mulai dari data pakan dan data sampling, hingga data kualitas air)
  • Membuat estimasi performa budiddaya, mulai dari biomassa, survival rate, hingga harga jual udang
  • Mengelola keuangan dan manajemen stok bisnis budidaya udang Anda
  • Mengecek tren harga udang di berbagai daerah

Jadi tunggu apa lagi? Yuk install JALA App sekarang juga!

Referensi:

  • Probiotics for Biofloc Systems: Harness Beneficial Bacteria | QB Labs
  • Arsad S, Afandy A, Purwadhi AP, Saputra DK., Buwono NR. 2017. Studi kegiatan budidaya pembesaran udang vaname (Litopenaeus vannamei) dengan penerapan sistem pemeliharaan berbeda. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 9(1):1-14.
  • Pantjara B, Nawang A, Usman, Rachmansyah. 2010. Budidaya udang vaname sistem bioflok. Media Akuakultur. 5(2):93-97.

Tentang Penulis: Penulis artikel ini bernama Muhammad Dzakwan. Saat ini, penulis adalah seorang mahasiswa aktif program studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya di IPB Universitas. Selama di kampus, penulis banyak mempelajari tentang ilmu kesehatan, reproduksi, genetika, dan nutrisi serta manajemen bisnis dari organisme akuatik yang dibudidayakan. Selain itu, penulis juga aktif dalam sebuah organisasi riset mahasiswa yang bernama IPB SSRS Association untuk mendalami ilmu riset dan melakukan publikasi jurnal ilmiah di bidang Fish & Aquaculture.

Ikuti Berita Terbaru JALA

Dapatkan pemberitahuan tips budidaya, update fitur dan layanan, serta aktivitas terkini JALA.